Kamis, 24 Maret 2011

TIDAK HANYA SEKEDAR KATA-KATA

Hanya cerita....(kata-kata) yang menyelamatkan anak-anak kita dari kesalahan besar seperti pengemis buta yang berjalan ke arah duri-duri pagar kaktus. Cerita (kata-kata) adalah penjaga kita. Tanpanya, kita buta. ( Chinua Achebe: Anthills of The savanah )

Karunia manusia yang unik adalah kata-kata. Kata-kata dirangkai menjadi cerita. Kita sudah lama mengetahui bahwa cerita sejak lama sudah lama membimbing dan menghibur kita. Dengan keajaiban kata-kata yang terangkai lewat cerita, nenek moyang kita telah menurunkan kebijaksanaan yang memungkinkan kita bisa berkembang dan bertahan dalam situasi tersulit. Selama berabad-abad cerita telah digunakan untuk berbagi kebenaran. Bahkan, cerita merupakan pelajaran yang lebih penting daripada sejarah yang terkadang dibelokkkan sesuai dengan kebituhan politik pada masanya.

Cerita mempunyai kekuatan yang menyampaikan kebenaran. Dalam setiap cerita di situ nyata ada kehidupan. Kita menemukan sepotong diri kita dalam cerita. Di dalam cerita ada benang yang menyambungkan dengan kisah hidup kita. Benang itu juga menguatkan. Ya... itulah cerita!

Cerita terkumpul dalam kata-kata. Bersemi dan hidup karena kata-kata. Kata-kata yang tepat memberi jiwa dan menghidupi. Perkataan mempunyai kekuatan yang hebat. Jangan meremehkan kata-kata!

Kata-kata bisa menguatkan bila digunakan untuk hal yang tepat. Namun, sekaligus kata-kata bisa membunuh. Sekali lagi: jangan meremehkan kata-kata!

Tyron Edward berkata: Perkataaan bisa lebih baik dan lebih buruk dibandingkan pikiran. Perkataan mengekspresikan pikiran dan menambahkan makna pada pikiran. Perkataan memberi pikiran kekauatan untuk berbuat baik dan buruk. Perkataan mengawali pikiran pada perjalanan tanpa akhir. Perkataan membawa pada instruksi dan kenyamanan, juga berkat, atau pada luka, duka, dan kehancuran.

Berkaitan dengan perkataan adalah: hal yang terbaik yang dapat kita lakukan untuk orang lain adalah menahan lidah kita. Ada kalanya kita tergoda untuk memberikan nasihat yang tidak diinginkan, kita sangat ingin pamer, kita merasa butuh untuk menunjukkan kesalahan orang lain, kita ingin protes karena perlakuan tak adil, atau kita hanya ingin menunjukkan eksistensi kita agar dipuji. Kebijakan yang terbaik untuk situasi seperti ini adalah kita tidak mengatakan apa pun. Tidak mengatakan apa-apa. Diam adalah emas.

Seorang jurnalis dari Inggris pada abad 19 bernama George Sala mengatakan: Kita harus berupaya tidak saja mengatakan sesuatu yang tepat di tempat yang tepat, tetapi lebih sulit membuat sesuatu sesuatu yang tidak tepat tidak dikatakan pada momen yang menggoda.

Kita berharap untuk diri kita masing-masing bisa mengendalikan lidah kita. Saya akui itu memang sangat sulit. Saya mudah keterucutan kalau berbicara. Sesudah selesai berkata baru saya sadar bahwa sebetulnya perkataan itu tidak patut saya ucapkan. Ya... sudah keterucutan mau apa.

Kata-kata bijak Raja Salomo adalah: Seperti buah apel emas di pinggan perak, begitulah perkataan yang diucapkan pada situasi yang tepat.

Ho ho ho, ..... sungguh luar biasa! Kata-kata itu tidak sekedar meluncur dari mulut. Semoga kata-kata yang keluar dari mulut saya, mulut Anda, mulut kita semua mampu membangun hal yang positif dalam diri kita dan orang lain.

(Enung Martina yang sedang belajar bahasa bayi)

Sabtu, 19 Maret 2011