Selasa, 01 Oktober 2013

MENCAPAI TUJUAN

Setiap orang mempunyai tujuan dalam hidupnya. Tujuan itu ada yang benar-benar disadari dan diperjuangkan. Namun, ada juga yang tak disadari karena seseorang mersa hidup itu mengalir begitu saja: mempunyai keluarga, mempunyai teman dan jaringan sosial, mempunyai pekerjaan, mempunyai pendidikan, mempunyai harta yang mungkin didapat sendiri atau warisan. Dengan demikian orang ini tak pernah berpikir apa itu tujuan hidupnya. Tak pernah terpikirkan, tak ingin memikirkannya, dan tak mempunyai kesempatan untuk memikirkan. Semuanya hidup terasa ada begitu saja, sudah wajar, sudah biasa.

 Begitu kita melihat bahwa hidup itu tidak hanya sekedar ada dan berlalu begitu saja, melihat hidup dari sudut pandang yang berbeda, tentunya baru menyadari bahwa hidup ada tujuannya. Untuk mencapai tujuan itu seseorang harus berjuang dan harus berlajar. Dalam proses belajar ini seyogyanya seseorang mempertahankan sikap dan akal budi seorang pemula. Artinya hendaknya kita selalu siap menerima pelajaran yang baru. Selalu dengan rendah hati menerima kritik dan saran. Siap menerima pelajaran baru. Selalu siap dan bersemangat untuk mendapatkan hal-hal baru. Setiap saat kita melihat dan merasakan hal-hal baru, meskipun dari pengamatan luar sepertinya yang dilakukan dan dipandang masih sama saja dengan hari yang lalu. Sanubari dan mata batin dilatih untuk menatap sesuatu dengan perasaan dan intuisi, segar, dan baru. Dengan cara demikian orang dapat menghindari kejenuhan dalam belajar, berlatih, atau bekerja.

Dalam mencapai tujuan itu orang juga bekerja. Dalam bekerja apa pun pekerjaannya dikehendaki rasa syukur menyambut momen-momen yang dijalani. Tak ada kebosanan, tak ada rutinitas, sebab yang dihadapi adalah aliran waktu dengan sekelilingnya  yang terus berubah. Disiplin dalam berlatih adalah suatu keharusan yang baik. Dalam hidup, baiklah kalau kita bisa mengedepankan yang konkret dan menekankan pada berbuat kini dan di sini. Namun, tak berarti kita mengabaikan hal yang rohani.

Kembali kita pada belajar untuk meraih tujuan dalam hidup. Seseorang belajar agar mempunyai kecerdasan dan trampil pada bidang tertentu. Berbagai upaya untuk mencapai keahlian dalam bidang tertentu, bagaimanakah prosesnya? Mula-mula orang tidak menyadari akan ketidakmampuannya dan tidak kompeten dalam bidang tertentu. Kedua, dia mulai menyadari ketidakmampuannya dalam bidang tertentu. Ketiga orang mulai belajar dan berpraktik. Pada tahap ini kesadaran perlu disiagakan penuh. Keempat orang tersebut sudah trampil dalam bidang tertentu. Bawah sadar telah merekam kemampuan tersebut. Sesudah tahap empat senantiasa yang ditekankan adalah bukan sekedar ketrampilan dalam laku fisik, tetapi kekuatan antara tubuh, jiwa, dan roh. Proses belajar itu tidak sama pada setiap orang tentunya. 

Menurut Robert Collier dalam The Amazing Secrets of Masters of the Far East (1985), orang yang berhasil mencapai tujuan hidupnya, bahkan menonjol atau unggul di dunia, rupanya  tidak semuanya adalah orang-orang jenius. Bahkan sebagian di antaranya adalah orang-orang medicore (orang-orang biasa saja-kepalang tanggung, ya seperti kita ini, orang yang rata-rata). Kesuksesan mereka disebabkan perilaku, sikap, dan pandangan hidup.  Kemampuan seseorang untuk memusatkan segenap daya,  baik yang kelihatan atau yang tak kelihatan, merupakan bagian dari kunci sukses seseorang mencapai tujuan dalam hidupnya. Segala sesuatu ada di bawah kontrolnya dengan sesadar-sadarnya. Semuanya dilakukan dengan penuh kesadaran. Hal ini sering pula disebut dengan istilah DHARANA.

Dengan dharana ini, orang yang sedang-sedang saja akan mempunyai daya yang luar biasa sehingga menjadi orang yang menonjol. Menjadi orang yang unggul. Untuk memancing keluarnya kekuatan tersembunyi yang diperlukan adalah dengan konsentrasi tanpa ketegangan, kemauan yang tak dipaksakan, kedisiplinan, dan kepasrahan total berdasarkan keyakinan yang kuat. 

Ilusi dan Motivasi
Manusia tak pernah merasa puas dengan berkah yang diterimanya, sekalipun orang itu sudah berkelimpahan. Orang akan terus berilusi menjadai lebih dan lebih. Dia selalu beranggapan masih kurang. Kalau direntang terus tanpa henti, tanpa perhitungan, di luar batas kemampuan, dan dengan kecepatan tinggi, maka orang akan melingkar kembali ke titik awal. Ingat kembali akan dongeng tukang batu yang menjadi orang kaya, kemudian jadi pejabat, jadi raja, jadi matahari, jadi awan, jadi angin, jadi gunung batu, dan kembali menjadi pemecah batu.  Apa yang dia raih tak pernah memuaskan dirinya sehingga orang itu kembali ke titik awal. Rupanya titik awal bagi tukang batu dalam dongeng ini bila disadari dengan penuh syukur itulah yang menjadi sempurna. Sepertinya hidup tak selalu dianggap berhasil dengan memuaskan keinginan untuk mencapai semua yang dikehendaki. 

Dalam belajar untuk mencapai tujuan, betapa banyak pilihan dalam hidup ini. Karena itu, kita jangan terpaku pada pola-pola yang sama. Semangat atau kepercayaan diri adalah hal yang utama, tetapi belum lengkap tanpa daya juang dan keterbukaan hati untuk menerima apa yang terjadi dalam hidup. Ada orang yang mudah untuk mengepakkan sayapnya berjuang mengarungi angkasa kehidupan. Namun, ada juga orang yang mudah kehilangan kemauan kuat dan daya juangnya. Determinasi begitu lebih tepatnya, adalah kemauan kuat yang tidak mengenal kata menyerah, rupa-rupanya sangat diperlukan untuk mengarungi samudra kehidupan yang penuh tantangan ini. Agar determinasi itu tetap ada, rupanya diperlukan suatu dorongan yang terus mendorong tanpa henti. Motivasi memang diperlukan untuk itu.

Mengenal diri kita dengan segala kelebihan dan kekurangannya, mengenali musuh dengan segala kekuatan dan kelemahannya, adalah salah satu strategi untuk meraih tujuan. Mengenal medan tempat kita berjuang, mengenali iklim di sekitar lingkungan kita, maka kemenangan akan datang perlahan kepada kita. Mengenal diri sendiri, bukan hanya semata mengetahui kelemahan dan kelebihan kita, tetapi juga  mengetahui juga hal-hal yang tak nyata dan tak disadari selama ini. Musuh diartikan juga sebagai lawan atau partner dalam bidang kerja kita. Iklim yang dimaksud bukan hanya sekedar alam saja, tetapi juga menyangkut pada perubahan zaman dengan segala kemajuannya.

Sebelum bertindak perlu juga waspada. Pikirkan yang  terburuk. Setiap peristiwa, setiap masalah, hendaknya dihadapi dengan sikap menghadapi sesuatu yang baru: serius, antusias, dan tidak menganggap remeh.

Strategi Meraih Tujuan
Selain motivasi, seseorang juga perlu memikirkan strategi, teknik, taktik, informasi, dan skenario keluar dari kejatuhan jika segala sesuatunya tak berjalan mulus dan lancar sesuai yang diharapkan. Strategi itu bisa saja kita meniru, mencontek, mengadopsi dari orang yang pernah mengalami masalah serupa. Namun, baik juga jika kita mempunyai kekhasan yang keluar dari diri kita. Yang asli, yang orisinil. Keaslian ini sangat baik karena menunjukkan jati diri seseorang.  Pengalaman langsung, kewajaran, dan spontantanitas merupakan ciri-ciri utama yang menjiwai keaslian.

Bila kita mengalami kejatuhan dalam meraih tujuan, orang perlu kembali melihat semua yang sudah terjadi. Merunutnya dan memandangnya dengan lebih objektif. Dalam keheningan  total, kesadaran murni akan membimbing orang ke arah kebenaran sejati yang tanpa amarah, tanpa rasa dengki, dan tanpa dendam.

Perlu pula diperhatikan dalam strategi untuk bertahan adalah jangan tergoyahkan oleh kritikan atau pujian. Sampai batas mana perlu sikap teguh hati, tidak ambil pusing, dan di mana batas untuk bersikap  terbuka, mau menerima penilaian orang? Itu semua diperlukan kebeningan pikiran dan hati untuk memilahnya. Bolehlah menjadi satu acuan bagi kita bahwa sekali pun pengalaman pribadi dan pencerapan langsung mendapat tempat utama, tetapi masukan dari luar senantiasa boleh diterima untuk disaring. Pendapat dan pengalaman orang lain juga bisa menjadi bahan pelajaran untuk memperkaya diri kita dan menambah wawasan. Dengan talenta, kemampuan, ,  kepercayaan diri, daya juang, motivasi dari orang-orang kepercayaan, keterbukaan hati pada inspirasi dari orang lain, dan keyakinan akan rahmat Ilahi, kita semua berharap segala asa dan tujuan hidup kita bisa tercapai dengan baik. (Ch. Enung Martina )