Kamis, 30 Januari 2014

BERHARAP PADA HARI BARU

           Tujuan hidup memang membuat pilihan-pilihan yang benar. Hambatan untuk mendapatkan pilihan-pilihan yang benar itu adalah kelekatan. Kelekatan adalah ketergantungan pada berbagai bentuk manusiawi kita yang indrawi. Untuk supaya kita bisa tak terlalu lengket pada hal-hal yang membuat kita tidak berkembang, maka hendaknya hidup dalam kebaruan. Apa tuh maksudnya? Artinya kita tidak selalu tergantung pada satu hal yang selama ini menjadi kelekatan, kelangenan, kecintaan, kebiasaan, dan kenikmatan kita. Begitu kata orang-orang yang bijak bestari itu.

               Wah, bagaimana ini kalau dengan diriku ini? Saya ini begitu banyak kelekatan. Lekat pada anak, lengket pada suami. Selain itu juga tak bisa lepas dari nasi. Setiap hari pasti saya makan nasi. Terus teman saya berkata:  lha,  kalau nggak lengket dengan suamimu, kamu mau lengket dengan laki orang?  Atau kebalikannya, suami kamu lengket dengan perempuan lain? Wah, kalo yang ini saya gak usah komentar, nanti ada yang tersinggung. Yang dimaksud dengan kelekatan di sini adalah orang yang benar-benar tak bisa melepaskan dengan rela. Ketergantungan tinggi. Semacam tak bisa hidup kalau tak ada ITU.

              Terus bagaimana agar saya gak terlalu lekat-lekat banget? Begitu pertanyaan saya. Nah, ini kata para kaum bijak , kita ini harus percaya 100% pada penyelenggaraan Tuhan. Tak perlu kuatir. Wah, atuh itu mah semua orang juga tahu! Ya, betul tahu, tetapi belum tentu menjalani. Tahu saja tidak cukup, katanya. Jadi saya harus bagaimana dong? Katanya lagi, harus hidup dalam Roh Allah. Waduh, kok makin rumit kalau sudah begini. Emang betul itu! Intinnya kata orang bijak itu, kalau kita hidup dalam roh kita selalu akan bahagia dan penuh pengharapan. 

                Beginilah garis besar hidup sehari – hari dalam Roh
1.      Bangun dengan rasa penuh harapan
2.      Penasaran dengan apa yang akan disiapkan Allah untuk hari ini
3.      Bertanya tentang apa yang akan dikatakan Allah pada hari ini
4.      Menjadi teka-teki bagaimana Allah akan membimbingku
5.      Menjadi bersemangat karena ingin mengetahui apa yang akan menjadi saat-saat penting pada hari ini

              Ada sebuah ungkapan mengatakan demikian:  bahwa yang tidak mengharapkan apa-apa, maka ia tak akan mendapat apa-apa. Ungkapan ini tidak semata dilihat secara harafiah belaka, tetapi dilihat tentang pemaknaan terhadap hal yang dialami setiap saatnya. Artinya bukan hanya melulu berharap tanpa melakukan tindakan nyata. Tindakan itu merupakan usaha. Dalam Alquran juga dikatakan: Allah tak akan mengubah nasib suatu kaum tanpa usaha dari kaum itu. Itu kata Ua Penah, tetangga saya yang rajin ikut pengajian setiap minggu.

              Namun, seperti yang kita ketahui bahwa ketumpulan jiwa memang penyakit manusia turun - temurun. Seperti saya ini yang seperti kebanyakan orang. Orang sering berpikir bahwa hidup itu tidak tinggal landas karena memang orang tersebut tidak percaya kalau hidup itu dapat tinggal landas. Saya juga begitu kadang kurang percaya. Tidak ada apa-apa yang terjadi bagi kebanyakan orang, karena kebanyakan orang tidak mempunyai daya reka cipta, kepekaan, serta kebebasan untuk membiarkan segala sesuatu terjadi. Saya juga begitu. Saya kadang tidak yakin pada yang seharusnya saya yakini.

              Sebetulnya, kalau saya setiap hari bangun dengan rasa kebaruan, ketajaman, kesiapan untuk hidup dalam kesegaran hari, dalah keharumannya dan cahaya hari, sudah pasti segalanya akan nampak berbeda. Saya pasti akan lebih bersemangat, lebih percaya diri, lebih yakin, lebih antusias, lebih bersuka cita, lebih, bahagia, lebih....  Saya samar-samar mengingat tentang sebuah kalimat bijak yang berkata bahwa tidak pernah ada dua kali terbitnya matahari  yang sama persis. Nah, lo! Berarti setiap hari itu berbeda dong! Ya.... iya... lah...masa gitu aja gak tahu!

Hubungannya dengan doa?
                Sebagai orang yang mengaku diri beriman, kayaknya  tidak pas kalau tidak mengaitkan dengan doa. Baiklah begini penjelasannya: Doa menguasai seluruh hari. Meskipun doanya terasa tergesa dan kurang masuk di hati? Nah, kalau yang ini saya mengalaminya. Namun, saya tak tahu jawabannya. Sing penting wis madep karo Gusti Allah. Biarlah Tuhan yang menilai doa seseorang. Pada kala saya berdoa, saya menghadapi Allah yang berlainan, tidak sama setiap kali saya berdoa. Artinya Allah jadi banyak? Bukan begitu, tetapi yang saya maksud situasi hati saya pada saat berelasi dengan Dia itu tak sama setiap saatnya. Satu saat saya berdoa khusyuk, lain kali saya galau, kali lain saya bersemangat, dan kali lain saya tenang penuh kesadaran. Namun, sisi lain saya juga melihat-Nya tetap diam mendengarkan saya, sabar, tak pernah berubah, abadi, tak berkesudahan.

               Seharusnya saya berdoa juga mendengarkan, memandang, merefleksikan, mensyukuri berkat hidup yang saya dapat. Seharusnya dalam doa saya juga merasakan dan menikmati kasih-Nya yang luar biasa. Akhirrnya saya jadi tahu bahwa gerak hati saya yang saya alami itu ditangkap dalam doa sebagai persiapan dan latar belakang untuk menghadapi hidup saya yang penuh dengan pilihan-pilihan yang akan menjadi bagian hari-hari saya. Setelahnya juga doa menjadi ucapan syukur atas semua hal yang saya sudah alami dan saya terima.

              Puncak dari semua itu, bagi saya yang mengaku diri sebagai orang Katolik, adalah dalam perayaan Ekaristi ( catatan: meskipun saya merayakan Ekaristi tidak duduk manis di bangku gereja, tetapi menjadi pengasuh yang baik bagi seorang anak balita yang tak bisa diam). Ekaristi puncak kontak saya dengan Allah. Pergi ke gereja ( bagi yang beragama lain:  kenisah, mesjid, kuil, pure, dll.)  artinya masuk ke Hadirat Allah. Artinya juga saya masuk untuk menemukan kehendak Allah, yang akhirnya saya akan mengambil keputusan untuk menentukan pilihan-pilihan dalam hidup saya. Pilihan besar atau kecil, sepele atau penting, bukan menjadi kadar ukuran untuk sebuah kontak. Dalam situasi itu berarti saya berhadapan dengan Pencipta, menerima perintah, mendapat petunjuk.

              Begitulah kira-kira. Dengan begitu saya berharap selalu siap menghadapi dan menjalani hari-hari saya. Saya bertemu dengan hal-hal baru untuk setiap harinya. Bagaimana dengan Anda?

Januari 2014, saat hujan mengguyur seluruh penjuru tanah air
Christina Enung Martina