Jumat, 31 Juli 2015

PERJALANAN 7: Sacro Monte di Varallo (Gunung Suci Varallo)

Setelah makan pagi di penginapan dengan menu cofee late yang hangat dan harum  ditemani roti kruisan serta selai dengan aneka rasa yang lezat, peserta melanjutkan perjalanan napak tilas dengan memaknai kembali arti peziarahan bagi pertumbuhan iman, sebagaimana dilakukan Santa Angela semasa hidupnya. Salah satu tempat yang diziarahi Angela adalah Gunung Suci Varallo. 
Untuk menuju gunung ini, kami harus keluar dari Brescia menuju luar kota atau pedesaan Italia. Sepanjang jalan kami menyaksikan hutan-hutan yang diselingi dengan ladang anggur, zaitun, gandum, jagung, kentang, dan beberapa tanaman yang tidak saya kenal jenisnya. Pegunungan  Alpen membentang sepanjang perjalanan kami. Berwarna hijau kebiruan. Saya merasa takjub karena saya membaca dan menyebut kata Pegunungan Alpen itu sejak saya belajar di SD tentang geografi. Nah, sekarang saya melihatnya dari dekat, bahkan saya berada dilingkupi oleh pegunungan itu. Luar biasa! Tak pernah sekalipun ketika saya membaca dan belajar geografi membayangkan akan sampai di tempat ini! Puji Tuhan.
Mari kita mengenal sedikit seperti apakah Varallo itu.
       Varallo umumnya dikenal sebagai Varallo Sesia, adalah comune (pembagian daerah administratif di Italia setara dengan kotamadya/kabupaten) dan kota di provinsi Vercelli di wilayah Piedmont di Italia Utara. Wilayahl ini terletak di Valsesia,  450 meter (1.480 kaki) di atas permukaan laut, 66 kilometer (41 mil) timur laut dari Vercelli, dan 55 kilometer (34 mil) barat laut dari Novara. Daerah ini dibagi dalam dua distrik (Varallo Vecchia dan Varallo Nuova) yang dibatasi  oleh aliran sungai  Mastallone yang merupakan anak Sungai Seisa.

Lembah Seisa
          
      Kota Varallo Sesia memiliki luas sebesar 88.71 km². Daerah ini merupakan lembah yang di dalamnya mengalir Sungai Sesia dan Sungai Mastallone yang memisahkan kedua wilayah Varallo. Nama Sesia (Latin Sesites atau Sessites) adalah sebuah sungai di utara-barat Italia , yang merupakan anak sungai Po.  Sumbernya adalah gletser Monte Rosa di perbatasan  Swiss . Mengalir melalui lembah Alpine Valsesia dan kota-kota Varallo Sesia , Quarona , Borgosesia, dan Vercelli . Sesia mengalir ke Sungai Po dekat Casale Monferrato . Kualitas air kedua sungai itu sangat baik sehingga bisa dimanfaatkan untuk air minim dan jaringan pusat  layanan air. Curah hujan paling banyak antara bulan April sampai Juni, sehingga sungai ini bisa dimanfaatkan untuk wisata air kano dan kayak. Selain itu di sungai ini pun hidup ikan trout (ikan air tawar seperti belut, patin, dll). Karena itu dimanfaatkan pula untuk budidaya ikan.

           Lembah Varallo Seisa dikelilingi oleh kaki Pegunungan Alpen dan tidak jauh dari Monte Rosa, yang terlihat samar-samar dari bukit-bukit sekitarnya. Monte Rosa adalah sebuah gunung yang terletak di Zermatt, Swiss. Monte Rosa adalah gunung tertinggi kedua di Swiss sesudah Pegunungan Alpen. Gunung ini melintasi perbatasan antara negara Swiss dan Italia. 
        
Sacro Monte di Varallo
Sekitar 150 meter (490 kaki) di atas kota terdapat  Sacro Monte di Varallo, adalah salah satu situs ziarah yang paling terkenal dan yang tertua di Piedmont dan Lombardy. Situs ini sudah dinyatakan sebagai warisan dunia  yang ditorehkan oleh UNESCO dalam Daftar Warisan Dunia pada tahun 2003. Untuk sampai ke tempat suci ini, para pengunjung harus melalui jalan  berliku dan menanjak. Namun, sekarang ada pilihan lain untuk sampai ke tempat ini dengan menaiki cabel car.
Gunung suci yang dikelilingi pegunungan Alpen dan Monte Rosa yang menjulang hijau kebiruan  ini sangat hening dan kudus. Ketika kami sampai ke tempat ini, suasana tak begitu ramai karena pengunjung tidak begitu banyak. Dari bukit suci ini kita bisa melihat Lembah Seisa yang tampak menawan dan damai di bawahnya. Pemandangan kota kecil Italia  yang menawan.
         Tempat Suci dibangun pada akhir abad kelima belas oleh  Fransiskan Friar, yang dipimpin oleh Pastor Bernardino CAIMI. Beliau  pernah menjadi wali Makam Suci di Yerusalem pada tahun 1478. Ia ingin mewujudkan impiannya mendirikan tempat ziarah di bukit di atas kota Varallo yang meniru tempat-tempat suci Palestina. Tujuannya agar memungkinkan umat beriman untuk melaksanakan ziarah dengan berpusat  pada kehidupan Kristus.  Bernardino CAIMI, pendiri Sacro Monte, lahir pada abad kelima belas, ia mengambil sumpah sebagai Fransiskan dan tinggal selama beberapa tahun di Biara Sant'Angelo di Milan, kemudian di biara Lodi. Bapak Ciami meninggal pada tahun 1499. Beliau sangat berjasa untuk membantu memudahkan  kaum beriman melihat visualisasi peristiwa-peristiwa dalam Al Kitab dengan sangat nyata dan jelas pada keempat puluh tiga kapel di Gunung Suci Varallo. 

Bernardino CAIMI, pendiri Sacro Monte

           Gunung Suci Varallo memiliki 43 kapel. Kapel pertama didirikan dengan  konstruksi sangat sederhana, yang kadang-kadang terlihat seperti arsitektur alam (gua) dan bangunan pedesaan.  Baru berikutnya  dilanjutkan dengan  model arsitektur dan bahan yang meniru budaya arsitektur Valsesia. Hal ini dibuktikan dengan  kompleks kuno Nazaret (C. 2, 3, 4), kapel Temptation of Christ (C.13), dan bagian tertua dari kompleks Betlehem (C. 5, 6, 7, 8, 9) yang telah mempertahankan tampilan gereja sederhana dengan menara dan loggia tradisi lokal.
Dalam bangunan  ini lukisan dan patung dibuat  seukuran manusia agar menampilkan suasana sesuai dengan peristiwa asli yang telah terjadi. Setiap lukisan dan patung di Gunung Suci ini sangat nampak ekspresi dan emosi dari setiap tokoh yang divisualkan.  Patung  tertua di Sacro Monte adalah patung batu pemberian minyak suci (saat ini disimpan di Pinacoteca dari Varallo), karya  De Donati.


Salah satu lukisan di Gunung Varalo

 
Pada awal abad ke-16 proyek Sacro Monte melibatkan seorang pelukis, pematung,  dan arsitek ternama yaitu Gaudenzio Ferrari. Proyek ini mendapat dukungan dari tokoh masyarakat kala itu yaitu Duke of Milan, Ludovico il Moro, dan para tokoh yang lain. Bapak Bernadio Caimi mempertimbangkan melibatkan tokoh-tokoh  ini dari sisi sosial, politik, dan ekonomi. Beliau berpikir dengan berdirinya tempat berziarah ini, perekonomian di daerah yang kala itu miskin sumber daya dan gersang, tetapi strategis dan ditunjang dengan kemolekan alam ini,  bisa berubah. Padre Caimi membutuhkan dukungan dari tokoh – tokoh penting bangsawan lokal untuk menjaga kemanan dan tentu saja dukungan dana. Karena itu, kita bisa menemukan ukiran nama-nama para tokoh pendukung dalam pembangunan situs ini.
Pada sekitar tahun 1560-an Sacro Monte  secara radikal didesain ulang atas prakarsa Giacomo d'Adda, seorang pemilik modal  kaya dari Milan. Dia menugaskan arsitek dan perencana kota Galeazzo Alessi untuk memperbaahrui Sacro Monte secara  lengkap. Mereka juga merestorasi lukisan dan patung dengan mendatangkan para seniman Lombardi yang juga mengerjakan proyek Katedral Milan.

Pada tahun 1583 Duke of Savoy, Charles Emmanuel I, mengunjungi Sacro Monte dan memberikan  dana untuk kapel baru Slaughter dari Innocents (C.11) pada tahun berikutnya. Pada tahun yang sama Carolus Borromeus, melakukan  kunjungan terakhir ke Sacro Monte. Dijelaskan oleh penulis biografinya,  Charles Bascapè, sesaat sebelum wafat, beliau bermeditasi di gunung suci itu. Saat kunjungannya, beliau  membawa beberapa penasihat ahli teologi dan arsitektur, Bapa Panigarola, Pellegrino Tibaldi,  dan Coin  untuk memberikan sentuhan di tempat suci itu. Namun,  kematiannya mencegah realisasi proyek ini.

Dari tahun 1593-1615 Uskup Novara, Carlo Bascapè, memimpin transformasi baru dari kompleks keagamaan ini. Beliau juga mengubah jalur kapel sesuai dengan  alur cerita kehidupan Kristus. Beliau menunjuk para seniman berkualitas  untuk memperbaharui situs suci itu. Salah satu seniman itu adalah  Pierfrancesco Mazzucchelli, "il Morazzone".  Ia mengerjakan  lukisan kapel Jalan ke Kalvari (c.36), Ecce Homo (C.33) dan Penghukuman Kristus (C. 35). Selain itu dilibatkan juga seniman Flemish Juan de Wespin dan Giovanni d'Enrico. 
Pada abad ke-17 bekerja untuk Sacro Monte para seniman dari berbagai latar belakang. Di antaranya adalah pelukis Valsesian,  tetapi sangat dipengaruhi karya-karya Caravaggio, yaitu Tanzio dari Varallo. Beliau mengerjakan kapel Presentasi Kristus Sebelum Pilatus (C.27), Pilatus Mencuci Tangan (C.34), dan Kristus di Istana Herodes (C.28). Setelah dia, ada seniman lokal, seperti pelukis Martinoli dan pematung Gaudenzio Scetis.


Basilika di Gunung Varalo

Sekitar tahun 1740, Arsitek Pertama Raja, Benedetto Alfieri , memperbaiki proyek altar utama dan ruang bawah tanah Basilika Perawan. Kapel terakhir, Kristus Sebelum Pengadilan Anna (C.24), diperbaiki dengan mendatangkan pematung Tandardini.
           Gunung ini mempunyai aura tersendiri seperti paad umumnya gereja-gereja tua. Ketika kami melewati setiap kapel patung – patung yang seukuran manusia itu membantu kami untuk menghayati peristiwa kehidupan Kristus. Pada setiap stasi, kami berhenti untuk  berdoa dan tentu saja mengambil gambar. Udara dan matahari yang cerah di musim panas menambah keindahan alam di sekitar tempat ini. Saya selalu berusaha mendekati Padre Ignatio agar bisa mendengarkan penjelasan dari setiap gambar, patung, dan tulisan dalam bahasa Latin yang ada  pada ke-43 stasi tersebut. Kunjungan kami di sini diakhiri dengan pembagian medali dari suster kepala yang dibeli di tempat penjualan souvenir di situs ini. Akhirnya, kami pun kembali menuruni bukit ini dengan menaiki cabel car seperti tadi kami datang.

(Ch. Enung Martina) 




Senin, 20 Juli 2015

PERJALANAN 6: ANTARA SALO-DESENZANO

Perjalanan kami pada hari ke-5 yaitu Kota Salo dan Dezensano. Dua tempat yang berarti dalam perjalanan hidup Santa Angela Mericci.

Salo
Salo ternyata merupakan kota yang dan dulu pernah menjadi basis fasisme di Italia dipimpin oleh mantan pemimpin Italia Mussolini yang membentuk Republic of Salo pada tahun 1943. Sedikit tentang peristiwa sejarah ini kita simak: Pada bulan September 1943, Italia menyerah kepada Sekutu setelah Benito Mussolini dipecat dari kedudukannya sebagai Perdana Menteri. Reaksi Hitler atas pengkhianatan Sekutunya itu adalah dengan menduduki Italia dan wilayah pendudukannya di Balkan dan Prancis Selatan. Untuk menopang kedudukannya, diktator Nazi itu membentuk sebuah rezim Fasis di Salo, Italia Utara. Untuk memimpin pemerintahan boneka Nazi itu dia mengangkat Mussolini, yang berhasil dibebaskan dari penjara Italia oleh pasukan komando Jerman. Untuk menopang pertahanan negara boneka Italia tersebut, Hitler memerintahkan Wehrmacht membentuk unit-unit tempur yang terdiri atas para prajurit Italia yang pro-Fasis dan bersedia tetap bertempur di pihak Jerman melawan Inggris dan Amerika.

Salò berada di bantaran kiri Danau Garda, yang di situ terdapat pantai dan pelabuhan. Di utara Salò terdapat taman alam setempat bernama Alto Garda Bresciano. Di selatannya terdapat timbunan miring yang banyak dimanfaatkan untuk pertanian.  Berdasarkan sejarah Salò didirikan dengan nama Pagus Salodium oleh bangsa Romawi. Pada tahun 1337, Salodium menjadi ibu kota daerah otonom Magnifica Patria, tempat  bantaran barat danau dan Valle Sabbia membentuk bagian Republik Venesia.

Ketika kami sampai di kota ini, di depan mata terbentang pemandangan yang bikin mulut ternganga. Danau yang begitu luas, riak air danau berwarna biru bersih yang tenang, deretan gunung berpuncak runcing-runcing ( bila musim dingin kata Louis, gunung tersebut  berlapis salju)  tampak di kejauhan, musim panas membuat matahari terasa sangat bersinar dan sangat terang sehingga membuat bunga-bunga di pantai Danau Garda nampak lebih cantik dan lebih berseri.  Langit biru terang membentang luas, plus hembusan angin semilir di awal musim panas yang menyegarkan. Che bella vista! Aaah  sungguh kemewahan yang tiada tara. Sempurnalah segalanya!

Kota Salo mempunyai arti tersendiri bagi Santa Angela Merici. Sesudah kedua orang tuanya meninggal dunia, tak mungkin lagi bagi Angela untuk tetap tinggal di desanya, Desenzano, sebab pada masa itu tak pantaslah seorang gadis tinggal hidup sendirian. Karena itu, dengan berat hati ditinggalkannya desanya tercinta menuju ke Salo, untuk tinggal bersama pamannya.

Salo sangat dekat dengan Desenzano, tetapi jelas Salo lebih besar dan lebih penting kedudukannya pada masa itu. Di kota ini banyak bangsawan dan cerdik cendekia tinggal. Kehidupan di kota ini jelas berbeda dengan kehidupan di kota kecil Desenzano. Namun, gaya hidup Salo, tak mampu mengubah pribadi dan melunturkan semangat kemiskinan yang meresapi diri Angela. Angela merasa kerasan tinggal di rumah pamannya, karena suasana keluraga Biancosi tak jauh berbeda dengan keluarganya yang mendasarkan pada hidup kekeristenan yang saleh. Dengan penuh kasih sayang keluarga itu menerima Angela sebagai anaknya sendiri.

          Keluarga Biancosi termasuk keluarga bangsawan menengah dan dikenal sebagai orang kaya di kota itu. Corak kehidupan keluarga ini berbeda dengan keluarga Angela. Di rumah pamannya segala sesuatu tersedia, banyak pelayan yang siap sepanjang waktu untuk melayani. Namun, Angela tak membiarkan dirinya dimanjakan. Dia tetap mengurus dirinya sendiri dan mengerjakan pekerrjaan rumah tangga. Rasa humornya dan kerelaannya menolong, ternyata banyak menawan hati banyak orang. Di rumah pamannya, Angela mempunyai kesempatan untuk bergaul dengan para bangsawan. Pengalaman ini tentunya membantu Angela kelak dalam karyanya karena beliau banyak berhubungan dengan kaum bangsawan dan cerdik-cendekia. 

         Salo memperkaya Angela. Di sini ia mulai berkenalan dengan para biarawan Fransiskan. Pada masa itu, para Fransiskan merasul dengan hebat sekali sehingga banyak menawan hati orang-orang. Di samping berkhotbah, para Fransiskan ini  melakukan jenis kerasulan lain seperti: membuka rumah yatim piatu, rumah gadai untuk orang miskin, rumah sakit, dan rumah penampungan. Santo Fransiskus Asisi sendiri rupanya mau mengikutsertakan kaum awam dalam pengabdian mereka kepada gereja dengan menyusun sebuah peraturan hidup bagi Ordo Ketiga yang anggotanya terdiri dari kaum awam yang menyadari tugas dan kewajibannya sebagai garam dunia.  
Terdorong keinginannya untuk menyambut komuni setiap hari, Angela mendaftarkan diri menjadi anggota Ordo Ketiga Fransiskan. Sampai akhir hayatnya, kesetiaan Angela pada persekutuan itu tak pernah luntur. Dia selalu memperkenalkan diri sebagai Sour Angela Terziaria. Angela berusaha memenuhi kewajibannya sebagai anggota Ordo Ketiga. Dia tekun menerapkan dan menghayati kemiskinannya dengan berdoa dan mati raga. Angela mendapat pengaruh yang sangat besar dari Ordo Ketiga Fransiskan dalam pembentukan spiritual dan kerasulannya. Demikian besar kesetiaan Angela, sampai dia minta dimakamkan dalam pakaian Ordo Ketiga.
Di kota Salo kami mengunjungi Duomo di Salo, yaitu  katedral yang dipersembahkan untuk memperingati Maria yang mendapat kabar suka cita. Gereja ini dibangun pada tahun 1453. Di dalam katdedral ini ada lukisan karya Moretto yang menggambarkan St. Angela sedang berdoa. 

Desenzano del Garda

          Desenzano adalah sebuah kota resor danau yang indah di tepi Lago di Garda, Italia Utara. Cuaca yang cerah di musim panas menimbulkan suasana romantis. Nama kota ini sekarang dikenal dengan Desenzano del Garda. Kota ini termasuk di Italia bagian utara , Wilayah Lombardia, Provinsi Brescia. Kota ini tak bisa lepas dari Danau Garda, danau terbesar di Italia. 

Danau Garda

Danau yang juga dikenal sebagai Lago di Garda ini banyak dikunjungi para wisatawan.  Wisatawan  bisa berolahraga di atas permukaan air yang tenang. Berenang, berlayar, atau mendayung sampan, dapat dilakukan sambil menikmati air yang sewarna zamrud. Kota-kota kecil di tepian danau Garda bagian selatan memiliki mikro iklim Mediterania yang hangat sehingga pohon-pohon anggur serta zaitun pun dapat tumbuh dengan baik di sana.

Di kota kecil ini pula,kita bisa memperkaya wawasan arsitektur dengan memperhatikan bangunan-bangunannya yang masih dalam kondisi terjaga. Beberapa bangunan dari tahun 1004  sudah direstorasi dengan baik. Meski tata ruangnya kini bergaya kontemporer dengan lantai kayu ek dan mebel yang  simpel, tetapi dari kejauhan tetap memancarkan aura masa lalu. Gereja-gereja tua juga sudah banyak yang direstorasi, tetapi masih mempertahankan keasliannya.

Di Desenzano,  tepi danau Garda ini, kami mengunjungi gereja yang pada masa hidup Angela sering dikunjungi beliau. Kami mengunjungi Duomo. Gereja ini dibangun di atas reruntuhan Gereja St. Zeno. Pembangunan selesai pada tahun 1480. Gereja ini dipersembahkan untuk menghormati St. Maria Magdalena. Seabad kemudian warga Desenzano memugar secara bertahap. Akhirnya tahun 1611 gereja selesai dibangun dan diresmikan. Di sana ada altar yang diperuntukkan kepada Santa Angela yang dibangun pada tahun 1874.  Pada altar gereja ini tertanam relikwi Santa Angela. Pada gereja ini pula ada altar yang sering dikunjungi Santa Angela untuk berdoa  semasa hidupnya, yaitu Altar St. Nicholas Tolentino, St. Vincentius, St. Anastasius, dan St. Catherina dari Alexandria. Kami berdoa dan menikmati keindahan bangunan kuno ini. Ada keharuan yang menyeruak ketika kami memasuki gereja tempat santa pelindung kami juga berdoa di dalamnya.

Untuk sampai di Desenzano, kami dari Salo diajak menyusuri Danau garda dengan cruize yang sudah tersedia untuk kami. Keindahan danau kami nikmati sepanjang kami berada di cruize. Danau ini bermuara di Provinsi Brescia, Provinsi Trento, dan Provinsi Verona dengan luas 2.350 km² yang terdiri dari 5 pulau. Danau ini dikenal sebagai destinasi favorit para traveller dan sosialitas Italia, bahkan tidak hanya dari dalam negri saja. Turis dari berbagai negara pun kerap mengunjungi tempat ini guna menikmati pemandangan alamnya yang sangat indah. Tidak peduli musim semi, musim panas,  atau musim dingin, dalam setiap musim danau ini tetap menjadi tujuan  para turis. Saat musim panas  dan cuaca cerah, kita dapat melakukan aktivitas air mulai dari diving hingga berlayar mengelilingi daerah sekitar. Sementara saat musim dingin dan turun salju. Kawasan ini merupakan spot ski yang cukup ramai dikunjungi setiap tahunnya. Begitu kata Louis ketika saya mengobrol tentang keindahan danau ini.


Secara topografis kawasan Danau Lago Di Garda dikelilingi oleh perkebunan anggur, peternakan, serta bukit dan pegunungan yang bayangan indahnya dapat kita lihat melalui pantulan di permukaan airnya. Danau Garda juga terkenal sebagai tempat para sosialita Eropa menikmati aktifitas water sports, seperti berlayar, wind-surfing, dan diving. Saat  cuaca yang sejuk dan saat langit berwarna cerah, katanya, kita  bisa berjalan-jalan ke bagian lain danau ini, yaitu ke pegunungan Dolomites yang sempurna untuk menikmati olah raga panjat tebing ataupun hiking. Namun, kami tidak ke sana karena bukan bagian dari perjalanan kami.

Selain itu, Danau Garda merupakan danau terbesar di Italia dan terletak di antara Milan dan Venice serta merupakan salah satu titik liburan terpopuler bagi orang Italia. Daratan bagian selatan merupakan rumah bagi penginapan dengan warna-warna pastel dan hotel-hotel dengan atap terakota. Daerah selatan juga merupakan daerah yang sepi dan nyaman. Bagian utara merupakan titik tertinggi Dolomit, magnet bagi para pejalan kaki dan pesepeda yang ingin menguji nyali mereka.

Desenzano dan  Masa Angela
          Masa kecil Angela dihabiskan di Desenzano. Kota kecil ini sejak dulu sudah terkenal keindahan alamnya. Di sebelah utara Danau garda tampak menjulang tinggi lereng Pegunungan Alpen yang curam. Bagian selatan Danau ini melengkung bagaikan sebuah busur. Dengan bentuk  yang unik ini, menjadikan Desenzano sebagai salah satu kota pelabuhan alam yang penting. 

Le Grezze Mericci: Rumah keluarga Angela Mericci di Desenzano

Dengan naungan alam nan molek inilah, Angela Mericci dibesarkan dalam keluarga Kristen sederhana yang saleh. Di tengah kemerosotan moral pada zamannya, keluarga Merici memberikan pelajaran agama dan moral kepada kedua putrinya. Giovanni Mericci selalu membacakan riwayat para martir  dan para orang kudus kepada anak-anaknya. Sampai akhir hayatnya, Angela selalu terkenang akan kemesraan keluarganya. Suasana keluarga yang demikian baik dan kesaksian yang diberikan ayahnya, menyuburkan benih panggilan yang ditanam Tuhan dalam hati Angela.

Seperti gadis-gadis Desenzano pada umumnya, Angela pun tidak pergi ke sekolah, melainkan membantu orang tuanya di ladang dan di rumah. Pada masa itu hanya para gadis kaum bangsawan saja yang bersekolah. Angela menerima pendidikan yang baik dari kedua orang tuanya yang saleh. Ibunya mengajarkan pekerjaan rumah tangga kepada putri-putrinya. Dan sifat sosial ibunya yang selalu memperhatikan orang-orang yang mengalami kesukaran dan kemiskinan direkam oleh Angela. Ayahnya memiliki sebuah ladang anggur. Kedua orang tua Angela seusai bekerja di ladang., sering menceritakan kisah orang kudus kepada anak-anaknya, sehingga seringkali kedua putrinya bermain dan berkhayal menjadi pertapa dan pendoa.

          Kebahagiaan Angela bersama keluarga di Desenzano tak berlangsung lama. Adik tercintanya yang sekaligus menjadi temannya bermain direnggut maut. Sepeninggal adiknya Angela merasa kesepian dan sangat kehilangan. Hatinya dipenuhi kedukaan dan kecemasan akan keselamatan adiknya. Dia cemas kalau-kalau adiknya mengalami penderitaan. Terdorong rasa cinta dan kecemasan akan keselamatan adiknya, Angela selalu berdoa bagi adiknya.

        Hingga pada suatu siang saat  musim panen,  di ladang yang berlokasi di Brudazzo, tepatnya saat ia mengaso dan berdoa, tiba-tiba ia melihat langit terbuka. serombongan malaikat naik turun tangga yang menghubungkan dunia dengan surga.... dan di antara malaikat-malaikat itu ada serombongan gadis-gadis. Angela mengenali saudarinya juga ada di sana di antara para gadis itu.
   
     Penampakan itu menimbulkan kepastian dalam dirinya bahwa adiknya sudah mengalami kebahagiaan abadi. Sesudah mengalami peristiwa itu, Angela merasa semakin dekat dengan Tuhan. Tekadnya untuk membaktikan dirinya seumur hidup semakin kuat.
     
       Peristiwa kematian adiknya belum hilang dari ingatan Angela, tetapi wabah besar datang melanda Italia. Tanpa kenal belas kasihan, wabah itu pun menyerang penduduk Desenzano, termasuk kedua orang tua Angela. Angela yang kira-kira berusia 13 tahun pun kini yatim piatu.  Karena itulah, Angela memutuskan menerima ajakan pamannya, Biancossi, untuk tinggal bersamanya di kota Salo.
              
         Kunjungan kami di Desenzano diakhiri dengan mengikuti perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Romo Igantius Ismartono, SJ. Ekaristi ini diseleggarakan di Mericianum, yaitu sebuah bangunan modern yang dibangun oleh para suster Ursulin dari St. Carolus Baromeus dari tahun 1963 sampai 1973. Tempat ini digunakan sebagai pusat spiritual Mericci (Mericcian Spirituality Center). Mericcianum Center merupakan asosiasi yang didirikan pada tanggal 9 Mei 1984. Asosiasi ini bertujuan melakukan riset dan mempertahankan semua warisan iman serta budaya dari St. Angela, baik berupa tulisan ataupun gagasan. (Ch. Enung Martina) 





Minggu, 19 Juli 2015

Perjalanan 5: Brescia Kota Bersejarah


Selesai kami bereksplorasi di Cinque Terre, kami melanjutkan napak tilas kami menuju ke Brescia untuk menginap di rumah Ursulin. Perjalanan ke Brescia ditempuh sekitar 2,5 jam  dengan jarak dari Cinque Terre 215 Km. Di Brescia kami dibagi dalam dua rombongan penginapan karena ketersediaan tempat yang tidak memunginkan. Penginapan pertama bertempat di Compagnia di S. Orsula (CSU) yang beralamat di Via Martinegro da Barco 4. Penginapan kedua di Convitto Vescoville S. Giorgio, via S. Galilei 67. Kedua lokasi tersebut 35 menit berjalan kaki (kalau jalannya / gangnya benar: karena teman saya menempuhnya dalam waktu 60 menit).

Brescia merupakan salah satu kota penting dalam napak tilas kami. Bagi orang Italia, Brescia sering hanya dianggap sebagai daerah industri yang penuh polusi. Di sana memang terdapat pusat industri besi dan baja. Di balik wajah kerasnya, berdasarkan pendataan beberapa tahun lalu, kota kecil Brescia yang hanya memiliki 89.979 rumah, ternyata menyimpan keanggunan tersendiri. Kota Brescia terletak di Wilayah Lombardia, Italia bagian utara. Masih bertetangga dengan kota Milan, berjarak 88 km dan dengan Bergamo (48 km). 
salah satu sudut Brescia
Nama “Brescia” sendiri konon diadopsi dari kosa kata kuno yang artinya “bukit”. Stadion Mario Rigamonti adalah salah satu landmark paling terkenal di Brescia. Digambarkan kaya akan karakter sejarah, di pelosok Brescia -terutama di puncak perbukitan, berdirilah kastil-kastil yang anggun. Bagi penggemar sepak bola ada stadion yang menjadi tiang sejarah kota Brescia dan menjadi stadion kandang Brescia Calcio yang  memiliki sejuta kisah yang jauh dari perihal prestasi. Klub sepak bola Brescia eksis di antara dua seting yang bertolak belakang intelektual dan pekerja pabrik. Tak mengherankan jika tifosi Brescia berasal dari dua kalangan yang mendominasi kota: pekerja pabrik dan kaum intelektual. Kota ini cukup berbangga memiliki klub seperti Brescia Calcio, meski prestasinya ibarat langit dan bumi kalau dibandingkan dengan tetangganya AC Milan dan Internazionale Milan. Brescia juga telah melahirkan pemain bintang Italia Andrea Pirlo, serta pernah diperkuat Josep Guardiola dan striker Rumania Gheorghe Hagi. Brescia pernah menjadi juara Piala Anglo-Italia tahun 1994, yang menjadi pencapaian terbesar mereka dalam sejarah. Namun, Brescia baru terlihat kiprah besarnya pada tahun 2000, ketika berhasil mendaratkan pemain terbaik dunia FIFA, Roberto Baggio. 
Brescia bagi perjalanan karya Angela merupakan kota yang penting. Pada tahun 1516 di kota ini Santa Angela di ditugaskan Ordo Fransiskan, tempat ia bergabung, untuk melayani  di Brescia. Pembunuhan besar-besaran atas penduduk Brescia oleh tentara Prancis yang terjadi sekitar tahun 1512 masih segar dalam ingatan orang banyak. Brescia serta seluruh Italia bagian utara masih dalam keadaan kacau dan tidak aman. Selama 4 tahun sejak 1512, Brescia terus menerus berpindah-pindah dari tangan negara penakluk satu ke tangan negara penakluk yang lain.
Kerusakan akibat peperangan yang berlarut-larut sangat menyedihkan hati Santa Angela Merici pada kala itu. Kerisauan dan perasaan belas kasihan pada Brescia sangat mendalam dirasakan oleh Angela. Hal ini terutama karena kemerosotan moral yang terjadi di Brescia. Bagi angela, penduduk Brescia yang makin lama makin tenggelam dalam penderitaan itu, memerlukan pengertian, cinta, pengorbanan, pengabdian, dan doanya. Dengan mata iman, beliau melihat bahwa kedatangannya ke Brescia akan semakin membawanya kepada pemenuhan kehendak Tuhan. 
Patung Santa Angela
Saat Angela bertugas di kota ini, terdapat banyak anggota Divino Amore (perkumpulan relawan) yang membantu para korban perang. Selain itu, di Brescia banyak juga  bangsawan yang cerdik pandai. Salah satu keluarga bangsawan ini adalah keluarga Patengola tempat Angela tinggal di Brescia. Keluarga ini memiliki hubungan yang baik dengan para Fransiskan. Dalam waktu yang singkat Angela berkenalan dengan para pemimpin rohani kota Brescia seperti Girolamo Patingola, Agostino Gallo, dan Antonio Romano. Pada saat itu di Italia belum ada emansipasi wanita. Karena itu persahabatan dengan para pemimpin itu memberikan perlindungan dan bantuan bagi Angela. Di Brescia Angela membantu dengan menghibur, memberi nasihat, melayani korban perang, dan mendoakan orang-orang yang memerlukannya.
Khabar tentang kesucian Angela sudah tersiar di seluruh Brescia. Karena itu banyak orang dari seluruh lapisan masyarakat datang untuk minta nasihat atau didoakan. Dengan tangan terbuka Angela menyambut mereka di kamarnya yang kecil. Dilayaninya setiap orang dengan penuh kesabaran dan perhatian. Angela menghargai dan menghormati setiap orang yang datang kepadanya. Kesemuanya itu dilakukan Angela karena imannya yang teguh dan persatuannya yang erat dengan Tuhan. Tuhan adalah poros kehidupannya, dari Tuhanlah ia menimba segala inspirasi, kebijaksanaan, cinta, kekuatan, kegembiraan, harapan, dan penghiburan yang kemudian diteruskannya kepada mereka yang membutuhkan. 
rumah di Brescia
Brescia mempunyai kesan tersendiri bagi saya. Ketika saya bermalam selama 4 malam dan minum s airnya serta menikmati kelezatan makanannya, kota ini  nyaman, indah, teratur, bersih, dan penduduknya ramah. Kawan saya ibu Astuti mengatakan bahwa ia bersedia untuk tinggal di Brescia karena kotanya nyaman dan banyak orang bersosialisasi duduk di kafe atau bsekedar omong-omong.  
Saya tidur menginap di Compagnia di S. Orsula (CSU) yang beralamat di Via Martinegro da Barco 4. Rumah itu merupakan rumah Ursulin yang didapatkan dari hibah Elisabeth Girelli. Bangunan kuno yang sangat besar. Kesannya tua dan tak terurus. Namun, begitu masuk dan tidur di dalamnya akan terasa kehangatan dan kenyamanannya. Saya merasa seperti rumah Ursulin di Sukabumi. Selama berada di rumah ini, saya dan Ibu Lina, teman sekamar saya, tidur pulas hingga pagi menjelang.
beranda Compagnia di S. Orsula
Yang paling berkesaan di rumah ini adalah makananannya yang lezat dan selalu dalam keadaan hangat dan segar. Para suster di rumah ini sangat ramah, terutama Suster Fullbia. Sepertinya orang bernama Fullbia memamng slelalu gembira dan ceria. Dua orang Fullbia yang saya temukan kesannya sama: periang! Meskipun suster di sini tak bisa berbahasa Inggris, tetapi tak mengurangi keakraban kami. Dengan bahasa Inggris bercampur aduk dengan bahasa Itali yang saya pungut di sana, serta bahasa tubuh, jadilah kami berkomunikasi sangat seru. Untung kalau ada Suster Littah yang jadi penyambung lidah. Pergo! Pergo! Bono! Bono! begitulah kata-kata yang sering kami ungkapkan.
 Ch. Enung Martina






Sabtu, 18 Juli 2015

Perjalanan 4: Pesona Cinque Terre

pedesaan di Sarzana
Sekitar pukul 14.00 waktu Itali, kami melanjutkan perjalanan kami dari Roma  menuju Sarzana – La Spezia. Wilayah ini berada di Italia Utara yang terkenal kesuburannya. Menurut Wikipedia La Spezia (Spèza dalam dialek lokal Liguria) adalah sebuah kota di daerah Liguria di Italia Utara, di ujung atas La Spezia Gulf, ibukota provinsi La Spezia. Kota ini adalah salah satu pelabuhan militer dan dagang Italia utama, terletak antara Genoa dan Pisa di Ligurian Sea. La Spezia juga memiliki industri militer terbesar di Italia, bernama OTO Melara.

Di Sarzana – La Spezia kami menginap di  Hotel La Rondine, viale (jalan) Litoraneo no 58, Marinella di Sarzana setelah menempuh jarak 430 Km dalam waktu  lebih kurang 4 jam perjalanan dengan  bis wisata yang nyaman. Setibanya di hotel, kami sudah disambut dengan hidangan malam berupa pasta yang seperti selang dipotongi dengan saus kerang dan udang. Kawan saya Pak Kris menyebutnya selang diketoki.
Italia, salah satu Negara di Eropa yang di juluki Negri Pizza ini ternyata memilki banyak obyek wisata yang sangat menarik. Mulai dari perfileman, arsitektur, wisata sejarah, menara  Pisa, wisata Fassion di kota Milan, wisata agama di Vatikan, wisata makanan, galeri, wisata alam dan banyak lagi yang bisa kita nikmati. Salah satu yang terkenal dan menjadi warisan dunia adalah Cinque Terre. Di Indonesia tempat wisata ini belum begitu dikenal banyak orang. Mari saya bagi pengalaman di tempat wisata yang luar biasa ini! Kami mengunjungi tempat ini pada hari Kamis, 18 Juni 2015.

Cinque Terre yang terletak di Provinsi La Spezia, Liguaria, Italia Utara ini merupakan salah satu warisan dunia yang ditetapkan UNESCO. Cinque Terre sendiri berarti lima desa yaitu Riomaggiore Riomaggiore, Manarola, Corniglia, Vernazza, dan Monterosso. Cinque Terre sekarang dijadikan sebagai taman nasional dan suaka alam laut. Beberapa abad silam, di area ini seorang arsitek lansekap berkebun buah anggur. Kebunnya luas dan berteras dengan tekstur berundak, terlihat seperti tangga dengan dataran di bagian bawah mengarah ke laut. Karena tanah yang kuat seperti batu, undakan tidak perlu diperkuat bahan-bahan bangunan lain. Maka mulailah orang membangun desa di tempat berkarang yang terjal ini. 
Cinque Terre 
Ketika kami melihat daerah ini, salah satu teman saya, Ibu Yuli Lewar, berkomentar: daerah seperti ini di Flores ada, malah lebih indah daripada ini. Memang, pariwisata semakin meningkat ketika suatu tempat  ditemukan dan dikelola dengan baik. Pantai di Flores yang Ibu Yuli Lewar katakan pun akan menjadi seperti Cinque Terre bila pemerintah dan masyarakat mengelola dengan baik serta memasarkannya agar bisa dilihat oleh mata dunia. 

Pantai di Cinque Terre
Desa-desa di Cinque Terre yang tadinya miskin dan terpencil menjadi berkembang dengan dibangunnya infrastruktur transportasi kereta yang setiap jamnya bisa kita temukan. Jalur lalu lintas yang semakin mudah membuat lima kawasan yang mempunyai dialek dan budaya yang berbeda ini bisa menjadi satu dan menjadikan warna tersendiri di dunia pariwisata. Pengunjung bisa mendaki dan berpetualang bersama dengan masyarakat setempat dan menikmati kuliner khas di desa itu. Seperti yang komentar Ibu Yulia Lewar di atas, saya pun bertanya: kapan Indonesia bisa memajukan pariwisatanya seperti ini? Saya yakin tak hanya di Flores yang dikatakan tadi, tetapi di tempat lain di Indonesia banyak tempat yang tak kalah fantastic-nya.

Kita bisa melihat matahari bersinar, laut, pasir pantai yang indah, dan bangunan-bangunan yang menawan. Banyak wisatawan yang sengaja datang ke sini hanya untuk berenang dan juga mendaki karena kawasan ini juga berupa perbukitan yang terjal. Karena saat kami berkunjung sedang musim panas, pantai di kelima desa ini penuh dengan orang berjemur. Bagi yang ingin bermalas-malasan, tempat ini juga sangat mendukung, dengan sinar matahari yang hangat akan memanjakan diri untuk berjemur dan menikmati semilir angin. Tempat sangat cocok untuk  bersantai sejenak melepaskan diri dari rutinitas pekerjaan yang melelahkan.
Keindahan laut dan bukit terjal di Cinque Terre
Lima desa ini bisa dijangkau hanya melalui kereta api. Namun, berhati-hatilah ketika naik kereta api karena sangat padat, maka pencopet beroprasi di sini bisa tersamarkan oleh padatnya penumpang. Para pencopet ini sangat perlente. Mereka anak-anak muda yang tampan dan cantik. Bagi kita orang Indonesia rasanya tak percaya bahwa mereka pencopet bila melihat sosok mereka.  Saya mengenali mereka pencopet karena Fullbia, local guide kami, menjelaskan ciri meraka. Bahkan denagn sadisnya ia menunjukkan orangnya. Cara mereka beroprasi sangat rapi dan profesional. Teman saya, Ibu Sofie, mengalami hampir dicopet. O ya, kata Fullbia, orang Asia menjadi sasaran empuk para pencopet itu. Mereka beranggapan orang Asia selalu membawa uang cash. 
Kereta api satu-satunya tranportasi ke Cinque Terre
Desa-desa  ini terkenal dengan pelabuhan dan hasil lautnya. Banyak restoran di sana yang menyajikan hidangan laut, seperti kerang dan mix grill al mare (aneka ikan, cumi, udang, lobster panggang, disajikan dengan irisan tipis terong, paprika, dan jeruk lemon). Berbicara tentang makanan kami mengalami pengalaman seru ketika memesan makanan. Saya termasuk kelompok 9. Kami semua berenam: Pak Victor sebagai ketua, Ibu Mitha, Ibu Sofia, Ibu Darpi, Ibu Rawati, dan saya. Setiap kelompok akan bersama-sama pada saat kegiatan yang memerlukan kebersamaan agar saling melindungi dan saling memperhatikan sehingga tidak terjadi hal-hal yang tak diharapkan di negri orang.
Begini cerita seru kelompok kami. Kami mendapat jatah makan siang sebesar 13 euro. Ketika di Manarolla, kami makan siang di sebuah restoran lokal. Saat masuk restoran kecil itu, kami sudah clingak-clinguk kebingungan akan memesan makanan apa. Pelayan yang sepertinya sekaligus pemilik restoran tersebut tanggap, segeralah dia memberikan papan menu kepada kami. Kami pun asyik menyimak tulisan di papan tersebut. Tak ada gambar pada papan itu. Hanya ada tulisan dalam bahasa Italia. Setelah melalui kesepakatan, kami memesan porsi yang berbeda untuk setiap orang agar bisa saling mencicipi. Datanglah pesanan Pak Victor: pasta seperti spageti dengan bumbu seafood  kerang. Yummmy, nampak lezat! Yang kedua datang pesanan saya, spagheti dengan saus olive oil dan campuran olive muda. Lumayan! Datanglah pesanan Ibu Darpi: Pasta kotak-kotak dengan udang dan daging. Nampaknya lezat! Berikutnya pesanan Ibu Rawati: pasta bulat lonjong kecil dengan saus merah beraroma keju muda. Kami melihatnya langsung tertawa karena bentuk pastanya mirip tahi kambing. Intil wedhus! Tiba giliran pesanan Ibu Sofie. Kami penasaran dan menantikannya, ternyata bentuk pastanya sama dengan pesanan Ibu Rawati hanya sausnya berwarna hijau royo-royo. Otomatis kami tertawa lagi lebih keras dan lebih terpingkal-pingkal. Ibu Mitha tak ikut rombongan karena dia makan di atas, kakinya sudah tak kuat  berjalan terlalu jauh. Ketika kami mencicipi rasanya: yang paling lezat menurut lidah kami pesanan Ibu Darpi, kedua Pak Victor, ketiga saya, sedangkan pesanan Ibu Rawati dan Ibu Sofie, perlu waktu lama dan perjuangan kami menghabiskannya. Sepanjang makan, tak henti kami menertawakan kebodohan kami.
Inilah sedikit informasi tentang kelima desa tersebut menurut beberaap sumber dan  Fullbia, local guide, yang menjelaskannya dengan suara keras- toa, dan penuh canda. Sesuai dengan makna namanya  Fullbia berarti gembira.
Riomaggiore

toko suvenir di Cinque Terre 

Kawasan ini berada paling selatan dan merupakan tempat pertama yang bisa kita capai jika kita datang dari Provinsi La Spezia, seperti kami. Kami  sudah bisa melihat rumah-rumah yang dibangun di sepanjang tebing yang curam. Via Colombo adalah jalan utama yang bisa dilalui, di sepanjang jalan itu bisa dijumpai restauran, bar, dan toko-toko. Via dell’Amore menjadi penghubung antara Riomaggiore dan Manarola yang masih merupakan bagian dari Cinque Terre.


Manarola
Merupakan kota terkecil kedua yang menjadi bagian dari Cinque Terre. Rumah-rumah yang berwarna-warni dan desa-desa kecil terhampar di sepanjang tebing Liguria. Barangkali Manarola adalah merupakan kota tertua di kawasan ini, ditandai dengan adanya bangunan gereja San Lorenzo yang terbuat dari batu, yang terdapat angka tahun 1338. Kami mampir di gereja batu ini dan berdoa untuk beberapa saat. Dialek daerah ini agak berbeda dengan daerah di sekitarnya. Kata Manarola kemungkinan merupakan perubahan dari dialek Latin yang berasal dari kata Magna rota. Dalam dialek setempat menjadi Magna roea yang berarti roda besar. Ini mengacu pada roda pabrik di kota. Industri utama di sini adalah pemancingan dan anggur. Anggur lokal yang terkenal adalah sciacchetra. Banyak tulisan orang Romawi yang memuji kualitas anggur tersebut.

Corniglia

pertanian di Cinque Terre 
Merupakan satu-satunya dari kawasan Cinque Terre yang tidak berada di atas air. Tidak berbatasan dengan laut. Berada di sebuah tanjung yang menjulang tinggi kurang lebih 100 meter. Pada ketiga sisinya dikelilingi kebun-kebun anggur dan pada sisi yang lain merupakan tebing yang curam. Untuk mencapai Corniglia bisa dengan mendaki, lewat jalur penerbangan dan juga lewat jalur darat dengan bus kecil. Desa ini membentang sepanjang jalan utama Fieschi Road. Rumah-rumah di sana salah satu sisinya menghadap ke jalan dan yang lain menghadap ke laut. Bangunannya rendah seperti rumah di pedalaman. Jalan-jalan di sini cukup sempit jika dibandingkan kawasan yang lain. Dari stasiun kereta api, jalan setapak zigzag naik hampir 400 tangga ke puncak bukit kota. Menurut legenda, seorang petani Romawi awalnya menetap di Corniglia. Nama itu diambil dari nama ibunya, Cornelia. Dalam bahasa Italia, Cornelia diucapkan Corniglia. Warga mengklaim anak Cornelia inilah yang mampu menghasilkan anggur yang begitu terkenal.

Monterosso
Merupakan satu-satunya kota resor di Cinque Terre. Banyak hotel dan penginapan yang bisa disewa di sini. Kota ini terbagi menjadi dua bagian yang berbeda, yaitu kota tua dan kota baru. Dua daerah ini dibagi oleh sebuah terowongan tunggal yang melayani pejalan kaki dan sangat sedikit mobil di kota. Pantai Monterosso membentang di sepanjang sebagian besar garis pantai di wilayah tersebut. Biasa digunakan oleh turis dan warga lokal. Pantainya merupakan yang terluas di kawasan Cinque Terre. Monterosso merupakan kota kecil yang selalu dibanjiri turis di musim panas. Desa ini sempat dikeluarkan dari Cinque Terre pada tahun 1948 tapi kembali diperkenalkan sebagai bagian Cinque Terre. Hal ini disebabkan karena para pejabat Italia mengganggap desa itu terlalu besar untuk dianggap sebagai bagian dari jejak sejarah.

Vernazza

Jalan berliku di pantai Cinque Terre 
Merupakan permata dari Cinque Terre. Tidak ada lalu lintas mobil di kota ini. Vernazza merupakan tempat yang paling layak disebut desa nelayan. Catatan pertama tahun 1080 menyatakan bahwa kota ini adalah kota benteng yang merupakan basis dari Obertenghi, keluarga bangsawan Italia. Merupakan titik awal keberangkatan pasukan angkatan laut. Selama dua abad berikutnya Vernazza berperan penting dalam penaklukan Genova terhadap Liguria. Tempat ini menyediakan pelabuhan, armada dan tentara. Pada tahun 1209, kurang lebih 90 keluarga yang paling kuat di kota ini bersumpah setia untuk mendukung Republik Genova. Pada tahun 1400-an Vernazza fokus terhadap pertahanan dengan membuat benteng untuk menangkal serangan bajak laut. Produksi anggur menjadi menurun. Pada tahun 1800-an dibangunlah infrastruktur transportasi yang mengakhiri isolasi Vernazza, itu merupakan awal kebangkitan dari kota tersebut. Setelah UNESCO mengakui kawasan Cinque Terre sebagai Situs warisan dunia, pariwisata semakin meningkat dan untuk mempertahankan nilai sejarah maka tradisi memancing, industri anggur, dan zaitun kembali dikembangkan. Pada tanggal 25 Oktober 2011 kawasan ini dilanda hujan deras dan mengakibatkan banyak tempat yang longsor. Kerugian ditaksir mencapai 100 juta euro. Setelah dievakuasi kota ini dinyatakan berstatus darurat.

 (Ch. Enung Martina)

Kamis, 16 Juli 2015

Laporan Perjalanan 3: ROMA KOTA SENI


Saya tidak pernah bermimpi untuk berjalan jalan di kota yang penuh sejarah dan eksotis seperti  kota Roma. Setelah mengikuti audensi umum bersama Paus,  perjalanan kami lanjutkan untuk berkeliling seputar Kota Roma. Kami menikmati keindahannya dari bis yang membawa kami. Ada beberapa tempat yang kami singgahi meskipun, kami tidak bisa berlama-lama untuk menikmatinya karena alasan waktu. Benar kata orang bahwa Roma yang elok itu memerlukan waktu yang cukup untuk bisa menjelajahinya. Namun, meskipun kami melihatnya secara sekilas, kami tetap menikmati dan  mengenang keindahan kota kuno ini. Siapa tahu ke depan, saya mempunyai kesempatan untuk sekali mennjelejahinya.   

Roma memang menawan. Banyak bangunan indah yang menyimpan cerita tentang kisah-kisah masa lalu yang menyejarah. Beberapa tempat yang sempat kami lewati dan kunjungi meski sekilas adalah:
 

Basilika Santo Petrus
Tempat wisata di Roma Itali ini saya ceritakan pertama karena kegiatan ziarah kami dimulai dari temtat ini dengan mengikuti audensi umum bersama Paus. Bangunan ini mempunya keunikan karena ukuran yang maha besar  berada  tepat di jantung Kota Vatikan. Baik di dalam dan luar basilika, tempat ini  adalah ekspresi seni dan arsitektur Renaissance, yang menampilkan karya Michelangelo, Bernini, Raphael dan Bramante, yang membangun kembali basilika di situs pertama yang dipilih oleh Kaisar Konstantinus pada abad keempat. Kata Louis, tour guide local kami, Basilika ST Petrus  ini terbuka mulai pukul 07:00 sampai dengan pukul 7:00 dari bulan April sampai September, dan sampai pukul 06:00 di musim dingin.

Piazza Navona
Tempat ini tidak sempat kami kunjungi. Kami hanya melihat kemegahannya  dari balik jendela bis kami. Namun, Louis menjelaskan tempat ini kira-kira begini intinya:
Piazza Navona menggambarkan esensi dari Roma. Awalnya tempat ini merupakan arena pacuan kuda di zaman kuno,  maka bentuk oval   serta  air mancur Baroque itu adalah untuk simbol Romawi klasik. Ada tiga piazza, termasuk yang terkenal adalah Fontana dei Quatrro Fiumi yang dibuat pada abad ke-17 oleh Gian Lorenzo Bernini. Angka alegoris yang terdapat pada tempat ini adalah yang mewakili empat sungai besar  di Dunia, mulai dari  Danube, Sungai Gangga, Sungai Nil, dan Rio Plata. Semuanya   menghiasi dasar tempat ini  dengan  air mancur di atasnya dengan simbol  obelisk abad pertama. kolam air mancur ini sangat di gemari pengunjung, apalagi anak-anak yang suka percikan air di tangan mereka di dalam air. Tempat wisata di Roma Italia ini menjadi tempat favorit bagi pengunjung yang berwisata bersama keluarga dan anak-anak mereka. Tapi terlepas dari itu semua, ini adalah tempat umum tempat  keluarga Romawi berkumpul untuk menikmati kafe, toko-toko mainan, musisi jalanan. Khusus saat Natal tempat ini menjadi pasar terbuka buat umum. 

Di Piazza Navona, wisatawan bisa menikmati goresan tangan karya para pelukis jalanan. Dengan tarif tarif relatif murah, wisatawan bisa mendapatkan lukisan diri hanya dalam waktu 10 menit. Bangunan sejarah di Italia memang telah menjadi magnet bagi jutaan wisatawan. Selain itu, biasanya wisatawan menghabiskan waktu mereka, dan tidak pelak lagi mereka pun menguras koceknya berbelanja di toko dan butik di kawasan yang menawarkan produk dengan merek mendunia.


Colosseum


Colosseum mewakili semua yang sangat mengagumkan dan mengerikan tentang Romawi kuno. Bangunan ini  adalah karya arsitektur yang pernah digunakan  sebagai teater teror  pada masa kekaisaran Romawi. Forum Romawi merupakan  pusat kekuasaan dunia kuno Roma yang berdekatan dengan arena.
Colosseum atau juga disebut Flavian Amphitheatre merupakan monumen terpenting dari Roma kuno. Diresmikan pada tahun 80 masehi oleh Jenderal Titus dengan diringi sebuah festival selama 3 bulan. Sejumlah besar Gladiator dan 5000 binatang buas diadu. Amphitheatre besar ini biasa dipakai untuk pertunjukkan berdarah seperti pertarungan antar Gladiator serta perburuan binatang buas (venationes) sampai pada tahun 400 ketika Kekaisaran menghapuskan kegiatan ini. Terjadi beberapa kerusakan akibat gempa bumi pada pertengahan abad ke 5. Juga pernah digunakan sebagai benteng. Pada abad pertengahan Colosseum ini digunakan sebagai tempat pengambilan bahan baku material bagi pembangunan monumen-monumen serta gedung-gedung yang diperuntukkan bagi sejumlah Paus.
Colosseum sangat  Ramai dikunjungi pada musim panas seperti saat kami berkunjung. Berbagai bangsa dan warna kulit ada di sini. Colosseum saat ini yang masih dapat kita lihat hanyalah merupakan sisa dari sebuah kemegahan yang tak tertandingi. Menurut sumber yang terpercaya dimensi luarnya adalah sebagai berikut : sumbu utamanya 188 meter, sumbu kecilnya 156 meter, panjang kelilingnya 527 meter dan tingginya 57 meter. Bentuk gedung ini adalah elips, dengan empat tingkat. Bagian luarnya dilapisi dengan marmer. Ada empat pintu masuk utama ke dalam arena, dan pintu-pintu kecil lainnya yang memberi akses masuk ke tempat duduk penonton. Bagian dalamnya, dapat menampung 50.000 penonton yang tersusun di lantai yang tinggi dengan tiga tingkat susunan tempat duduk.
                Terdapat podium yang biasanya digunakan sebagai tempat duduk orang-orang terhormat seperti kaisar, senator, petugas pemerintahan dan lainnya. Tingkat pertama digunakan untuk para kesatria. Tingkat kedua digunakan untuk para warga negara biasa, sedangkan tingkat ketiga digunakan untuk masyarakat kelas bawah. Di arena (panggung tempat pementasan) -nya sendiri ( berukuran 76 x 46 meter ) masih dapat dilihat bagian lift tempat binatang buas dibawa ke atas dari gua bawah tanah tempat mereka dikurung sebelum pertunjukkan dimulai. Lift tersebut dioperasikan dengan tenaga manusia dengan jalan ditarik. Menurut cerita tradisi,  bahkan bagian arenanya pun dapat dibanjiri dengan air untuk pertunjukkan “perang laut” tiruan walaupun hal ini disanggah oleh para arkeolog.
                Kunjungan kami yang singkat di tempat ini mengingatkan saya akan saksi sejarah dari berbagai peristiwa hidup manusia pada masa tertentu. Kekejaman, kesakitan, penderitaan, air mata yang pada masa itu berhadapan dengan kuasa dunia yang tak seorang pun bisa menentangnya. Sementara cinta, perjuangan, kedamaian berbaur dengan ketakutan pada tirani yang berkuasa pada masanya. Namun, seperti tertulis dalam Al Kitab bahwa segalanya ada waktunya. Akhirnya kekejaman dan penderitaan pada masa gelap itu ujung-ujungnya  berlalu juga. Memang tak ada yang abadi dengan kuasa dunia.
                Sebetulnya ada begitu banyak objek wisata yang menawan di Roma ini yang tak sempat kami kunjungi  seperti : Museum Vatikan, Catacombs, Pantheon, Plasa de Italia, Monument Victor Emmanuel, Fontana del Trevi, dan Spanish Steps di Spanish Square. Sehari berkeliling di kota Roma rasanya belum cukup,  masih banyak tempat yang perlu dikunjungi dan ditelusuri. Siapa tahu  suatu saat nanti Tuhan membawa saya  ke sana lagi. Amin.
                Dari semua yang saya lihat dan saya kunjungi keindahan Roma memang tak bisa diuntai dalam beberapa lembar tulisan. Keindahannya hanya bisa kita nikmati. Pantaslah orang menyebut Roma sebagai kota seni.