Sabtu, 14 April 2018

GOLD COSTS MORE THAN MONEY



Hari ini, Juamt, 13 April 2018. Kami di EF belajar tentang kata-kata dan frase yang terkait dengan gold. Pembelajaran kali  ini dirancang guru kami Mr. Zeek berkaitan dengan  video pendek yang diproduksi oleh Hothouse Productions bekerja sama dengan The NO Project, sebuah kampanye pendidikan global. Video ini merupakan  pemenang penghargaan yang secara khusus menargetkan untuk pencapaian kesadaran remaja tentang perdagangan manusia melalui musik, seni, tari, film, animasi, olahraga, menulis kreatif dan media sosial. Dalam pelajaran ini, kami sebagai peserta didik mempraktekkan kosakata yang berhubungan dengan emas, mendiskusikan simbolisme emas, serta menonton dan menganalisa video singkat dan penelitian emas. 
Namun, saya tidak akan menulis tentang idiom yang kami pelajari berkaitan dengan gold. Yang menarik bagi saya justru tentang video pendek yang kami tonton.

Pada akhir video pendek tersebut ada beberpa caption yang menggelitik saya. Di antaranya: “Thousands of people are enslaved and exploited in gold mining in conflict zones. - International Labour Organization (ILO)”

“Approximately 25 million people dig gold by hand, mostly in poor remote areas. - International Labour Organization (ILO)”
“An estimated one million children work in mines throughout the world including gold mines.- International Labour Organization (ILO)”

Dari caption / kutipan di atas kita melihat bahwa  ribuan orang diperbudak dan dieksploitasi dalam penambangan emas di zona konflik.
Sekitar 25 juta orang menggali emas dengan tangan, kebanyakan di daerah terpencil yang miskin. Diperkirakan satu juta anak bekerja di tambang di seluruh dunia termasuk tambang emas.

Di balik gemerlapnya emas yang disebut logam mulia, ternyata ada darah dan air mata. Ada penderitaan, bahkan kematian.  Sebetulnya benda apakah emas itu? Karena penasaran, saya jadi menelusuri tentang emas.

Sifat Emas

Emas merupakan logam transisi ( trivalen dan univalen ) yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 ( skala Mohs ). Emas dapat dibentuk jadi lembaran sedemikian tipis hingga tembus pandang. Sebanyak 120.000 lembar emas dapat ditempa menjadi satu lapisan yang sedemikian tipisnya sehingga tebalnya tidak lebih dari 1 cm. Dari 1 gram emas dapat diulur menjadi kawat sepanjang 2,5 km.

Emas mempunyai karakteristik sectile ( lunak, elastis, mudah dibentuk ), memiliki warna yang menarik ( kuning, mengkilap, tidak mudah memudar ), berat, tahan lama,  tahan pada panas tinggi dan daya konduksi listrik juga sebagai perlawanan terhadap oksidasi ( tahan korosi ) sehingga emas memiliki banyak kegunaan. Namun karena emas sebagai salah satu logam coinage yang keberadaannya di alam sangat langka, menjadikannya sebagai logam yang sangat berharga.

Emas memberikan sumbangan yang amat besar bagi kehidupan manusia seperti, untuk perhiasan, peralatan elektronik, kedokteran gigi, uang, medali, dll. Sekitar 65 persen dari emas diolah digunakan dalam industri seni, terutama untuk membuat perhiasan. Selain perhiasan, emas juga digunakan di peralatan listrik, elektronik, dan industri keramik. Industri aplikasi ini telah berkembang dalam beberapa tahun dan kini menempati sekitar 25 persen dari pasar emas.

Secara kimiawi emas tergolong inert sehingga disebut logam mulia. Emas tidak bereaksi dengan oksigen dan tidak terkorosi di udara di bawah kondisi normal. Namun emas terurai dalam larutan sianida dalam tekanan udara. Emas juga tidak bereaksi dengan asam atau basa apapun. Akan tetapi emas bereaksi dengan  halogen dan aqua regia.

Emas, merupakan salah satu logam tertua yang digunakan oleh manusia. Emas dikenal antara lain di Mesopotamia dan Mesir. Referensi ke awal mula penemuan emas didasari legendaris atau mitos. Oleh karena itu, beberapa penulis menyebutkan bahwa penemu emas pertama kali adalah Cadmus, bangsa Phoenicia. Sedangkan yang lainnya mengatakan bahwa Thoas, raja Taurian, yang pertama kali menemukan logam berharga dalam legenda Pangaeus Mountains di Thrace. Legenda dan mitos serupa tentang awal penemuan emas juga terdapat dalam sastra kuno dari Hindu ( the Vedas ) serta Cina dan bangsa lainnya.

Emas dari estetika properti fisik dikombinasikan dengan properti sudah lama menjadi logam yang berharga. Sepanjang sejarah, emas telah sering menjadi penyebab konflik :  misalnya ada awal tahun 1500-an Raja Ferdinand dari Spanyol menetapkan prioritas kepada para  conquistador – penakluk –  hambanya yang akan berangkat mencari Dunia Baru, “Bawa pulanglah emas,” perintahnya kepada mereka, “kalau bisa, dapatkan semanusiawi mungkin, tapi apapun risikonya, bawalah emas.” Titah sang raja tersebut menjadi awal pemusnahan peradaban Aztec dan Inca. Konflik karena perebutan emas juga terjadi pada  awal ketika Amerika berburu emas ke Georgia, California, dan Alaska.

Sebelum Perang Dunia II, Indonesia adalah penghasil emas terbesar di Asia Tenggara. Satu-satunya pengelola tambang emas di Indonesia pada awal tahun 1980-an adalah PT Aneka Tambang, sebuah BUMN di bawah Departemen Pertambangan dan Energi. Namun, sejalan dengan berkembangnya waktu dan bergulirnya politik di negri ini, sekarang kita mengenal ada yang janggal dengan penambangan emas kita. Papua yang merupakan tambang emas besar, kenyataannya masyarakatnya tak bisa menikmati hasil alam dari bumi Papua. Yang menikmati hanya segelintir orang bahkan orang asing. Ironi memang. Di pulau emas ada anak-anak bangsa yang mati kelaparan. Seperti apa yang diungkapkan dalam kebijaksanaan lama nenek moyang kita dalam pribahasa: Ayam mati di lumbung padi. Arti peribahasa ini untuk kenyataan di Papua adalah : anak-anak mati   kelaparan di daerah penghasil emas  karena orang tuanya tak mampu membeli makanan saking miskinnya.

Begitulah emas. Gemerlapnya menyilaukan. Harganya  yang fantastic. Namun, di baliknya ada darah dan air mata, bahkan nyawa yang menjadi korban.

 Disarikan dari berbagai sumber: Ch. Enung Martina


Minggu, 08 April 2018

INSPIRASI DARI GURU EF


FROM LONELINESS TO SOLITUDE (dari Kesepian Menuju Keheningan)



Setiap hari Juamt, kami para guru Santa Ursula BSD diberi fasilitas oleh Yayasan untuk mengembangkan diri dengan kursus bahasa Inggris di EF, BSD. Puji Tuhan, saya mempunyai kelas yang luas biasa bersemangat.  Dalam belajar kelas kami kompak dan mempunyai niat belajar. Kami pernah mempunyai guru yang tak bisa mengajar, tetapi kami berhasil menggiring guru tersebut untuk mengajar kami. Kami juga pernah mempunyai guru yang sukanya bermain game yang tak ada korelasinya dengan pelajaran hanya untuk menghabiskan waktu. Kami  protes dan dengan tegas mengatakan bahwa kami ke EF untuk belajar bukan hanya untuk main-main. Karena kami sudah mengeluarkan energi, waktu, dan juga uang. Rugi bagi kami kalau ke EF tak mendapatkan apa-apa.


Nah, sekarang kami sedang mendapatkan guru yang enak. Dia mengajar tentang kehidupan bukan hanya materi ataau bermain game yang tak jelas. Guru kami bernama Mr. Zeek. Ketika memberi pelajaran dia memberikan pelajaran seolah kami sedang kuliah filsafat. meskipun kami lelah dan mengantuk, kami tetap terjaga dan bersemangat karena dia memberikan hal yang baru bagi kami.

Jumat,  6 April 2018 yang lalu Mr. Zeek berbicara tentang pentingnya orang untuk mempunyai waktu bagi diri sendiri untuk berefleksi  dan beristirahat secara mental/rohani. Lebih tepatnya menjadi SOLITUDE.

Karena penasaran dengan kata  SOLITUDE, maka saya mencarinya. Ini hasil pencarian saya tentang kata tersebut saya meramunya di bawah ini!

SOLITUDE secara harafiah berarti kesendirian. Orang solitude itu lebih menjaga pemikiranya sendiri dari hal hal di luar sana, tidak membiarkan dirinya hanyut oleh keadaan sekitar. Dia mampu mengatasai kesendiriannya menjadi sebuah nilai yang bermutu, bahkan menuju pada hal yang luhur, agung, dan spiritual.   

Dalam bukunya yang berjudul The Power of Transformation, Aribowo Prijosaksono dan Marlan Mardianto menuliskan bahwa untuk memasuki hidup tenang secara batin adalah melalui meditasi atau solitude : keheningan memasuki hadirat Ilahi.

Tujuan solitude  adalah untuk menurunkan gelombang otak sehingga mendekati gelombang otak delta. Gelombang otak ini merupakan suatu kondisi saat kita seperti tertidur, tetapi kita tetap sadar dan terjaga.

Solitude adalah saat kita memasuki hadirat Tuhan memasuki persekutuan yang indah bersama-Nya. Itu adalah saat teduh. Saat untuk berefleksi diri dan mendengarkan hati nurani, suara Pencipta Semesta, suara Tuhan.
Solitude adalah saat menarik diri dan mempersiapkan diri menuju sasaran secara efektif.  Saat kita memasuki keheningan bertemu diri sendiri dan Sang Pencipta  secara pribadi dalam gelombang spiritual.

Solitude dimulai dengan proses relaksasi memasuki gelombang otak alpha. Dengan semakin seringnya kita melakukan solitude kita semakin berada dalam gelombang otak yang lebih rendah. Kita mempunyai kebebasan untuk memutuskan sampai sejauh mana kita menyelami bawah sadar kita. Apakah hanya sampai alpha saja atau semakin menukik ke dalam menuju ke delta? Yang pasti semakin menuju ke dalam, keheningan dan kesunyian akan semakin kita rasakan. Selain itu, energi yang kita miliki pun akan semakin besar dan dahsyat kekuatannya.

Melalui solitude kita menembus alam kesadaran yang lebih luas dan lebih dalam. Dengan solitude kita memperoleh energi kehidupan, kekuatan, terlebih lagi tuntunan untuk menghadapi persoalan kehidupan.

Dalam solitude kita berada pada posisi diam (stillness)  dalam keheningan (silence) dan kesendirian. Dengan demikian solitude adalah jalan kita menuju ketenangan batin dan semakin mendekatkan diri dengan Sang Pencipta.

Solitude bukan ritual agama tertentu.  Ini adalah cara kita memasuki Hadirat Sang Pencipta. Memasuki pikiran suprasadar. Hati kitalah yang akan memimpinnya untuk berada dalam solitude.

Langkah untuk solitude:persiapkan batin untuk mencapai ketenangan. Bisa dibantu dengan berdoa dan diiringi musik lembut. Berdoa agar kita dapat memasuki Hadirat-Nya, memasrahkan diri pada kuasa-Nya. Yakin bahwa kuasa Tuhan lebih besar dari segala sesuatu.  Dengan demikian kita yakin bahwa tak ada roh apa pun yang menganggu atau memasuki diri kita. Jangan takut ketika mendapat pengalaman sensasi tubuh bergoyang, tubuh serasa terbang,  atau visualisasi melihat cahaya. Semuanya pasrahkan kepada Sang Pencipta.  

Solitude adalah memasuki kehidupan spiritual yang akan membawa seseorang pada kehidupan nyata yang lebih berenergi, suka cita, dan penuh damai. Penting untuk seseorang memasuki solitude agar bisa menghadapi kehidupan nyata dan berada pada saat sekarang sehingga hidup dihayati lebih bermakna dan berguna.

Seseorang akan masuk pada solitude untuk masuk pada kedalaman diri serta mampu menghadapi kesepiannya, penderitaannya, tantangannya dengan penuh makna.Bukan menghadapi semua itu dengan kemarahan, dendam, sedih, atau putus asa.  Akhirnya orang tersebut mampu bersyukur atas hidupnya.

Sebuah kutipan menyatakan:  “The spiritual life is that constant movement between the poles of loneliness and solitude, hostility and hospitality, ilusion and prayer. The life of Jesus (Master) has made it very clear to us that spiritual life does not allow by –pass. By passing loneliness, hostility or ilusion will never lead us to solitude, hospitality, and prayer. (Henry Nouwen, Reaching Out to Our Innermost Self)

Kehidupan spiritual adalah pergerakan terus menerus di antara kutub kesepian dan keheningan, kebencian dan keramahan, ilusi dan doa. Kehidupan Yesus (Sang Guru) dengan sangat jelas mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada jalan pintas untuk kehidupan rohani. Tanpa melewati kesepian, kebencian, dan ilusi, kita tidak akan mengalami keheningan, penerimaan, dan doa.

Untuk memasuki kehidupan spiritual, kita harus berani memasuki padang gurun kesepian kita dan dengan tekun dan kelembutan berusaha mengubahnya menjadi taman keheningan. Hal itu bukan hanya sekedar memerlukan keberanian, tetapi juga iman yang kuat. Walaupun kita sulit percaya bahwa padang gurun yang kering kerontang dapat menghasilkan beraneka ragam bunga yang indah. Demikian juga sulit membayangkan bahwa kesepian kita menyembunyikan keindahan yang belum kita kenal.

Pergerakan dari kesepian adalah permulaan kehidupan spiritual yaitu pergerakan dari ketidaktenangan kepada roh yang tenang, dari ketergantungan ingin mencari ke luar (duniawi-kedagingan) kepada pencarian ke dalam diri (keilahian-keinginan roh), dari cengkraman ketakutan kepada keberanian untuk bertindak yang benar.   

Sungguh sebuah petualangan. Kita akan menemukan hal-hal yang menakjubkan, kalau kita mampu melewati tahap kesunyian, kebosanan, kecemasan yang disebabkan oleh keheningan.  Kita akan mengalami bahwa dalam keheningan (yang gelap, tak bisa diperkirakan) sebenarnya penuh dengan kedamaian, suka cita, dan pencerahan. Akhirnya membawa orang pada kehidupan yang bermakna dan berbuah.  Itulah solitude!
(Ch. Enung Martina)