Rabu, 05 September 2012

INSPIRASI DARI IRI HATI


Ch. Enung Martina

Terdengar aneh dan janggal  bukan judul di atas? Memang. Karena biasanya hal yang negatif termasuk iri hati,  mendatangkan hal yang buruk. Namun, kali ini saya mau melihat dari sisi yang lain. Sebetulnya ketika menulis tulisan ini, saya belum 100% terbebas dari perasaan tersebut. Mari kita melihatnya.

Tuhan selalu bekerja dengan cara yang tak pernah kita duga. Segala peristiwa yang tak enak, bahkan teramat buruk, tidak bisa kita lewati tanpa penyertaan-Nya.Ketika kita mencoba untuk menjadi manusia yang berkualitas, jangan pernah abaikan peran Tuhan dalam setiap prosesnya. Proses perbaikan diri kadang melibatkan banyak pihak dan banayk hal. Kita tidak hanya dituntut untuk untuk mengandalkan diri sendiri, tetapi juga mengandalkan sahabat, memiliki wawasan yang luas untuk mengimbangi segala perkembangan yang terjadi di sekitar kita, menjunjung tinggi nilai-nilai hidup, dan jangan lupa kita juga harus meyakini bahwa Tuhan ada untuk memberi petunjuk yang terbaik.

Tuhan tahu pasti apa yang kita butuhkan dan apa yang terbaik bagi kita. Ketika kita mengalami kegagalan, mungkin saat itu belum saatnya kita berhasil, atau hal itu bukan yang terbaik bagi kita. Proses penyerahan diri memang bukan sesuatu yang mudah, bahkan terkadang dalam prosesnya disertai dengan kemarahan.

Dalam peristiwa tertentu saya marah terhadap diri saya yang lalai untuk melakukan sesuatu. Saya menyalahkan diri saya. Pada peristiwa lain saya menyalahkan orang lain, dan bahkan saya juga menyalahkan Tuhan. Terkadang saya merasakan bahwa hidup ini begitu tak adil. (Memang siapa bilang bahwa hidup itu adil?) Ada banyak pertanyaan sekaligus keraguan dalam diri saya. Lantas seorang teman pernah berkata bahwa hidup bukan untuk dipertanyakan tetapi untuk dijalani. Benar juga sih, tetapi sekali-sekali bertanya boleh kan?

Peristiwa tertentu saya begitu iri hati terhadap orang lain. Keirihatian saya terutama bila teman saya dulu, atau sahabat saya dulu, atau mantan pacar saya dulu, ternyata hidupnya lebih sukses (menurut anggapan dan penglihatan saya)  daripada saya. Lantas saya berkata dalam hati: kurang ajar dia! Kenapa dia lebih berhasil daripada saya? Kemudian saya merasa panas hati, gerah, dan rasanya ingin menunjukkan kehebatan dan kelebihan saya juga di depan hidung dia. Biar dia nyaho!

Astaga, gelombang perasaan negatif itu menguasai saya! Saya seolah terpanggang di dalam gelombang api keirihatian. Perasaan tersebut tidak enak, membuat saya tidak tenang, dan tidak bahagia.
Lantas pikiran waras saya datang lagi. Untuk apa iri hati? Memangnya keberhasilan mereka itu membuat mereka bahagia juga. Belum tentu bukan? Mending kamu sekarang, punya suami yang baik, punya anak tiga , punya.... ini.... punya itu.... Lantas perasaan iri hati saya muncul lagi, tapi saya tidak punya ini.... tidak punya anu....tidak punya.....

Stop! Rugi bener saya. Yang berhasil mereka, sementara saya tertekan dengan perasaan iri hati saya dan emosi negatif itu berhasil membakar saya dengan berbagai dampaknya. Eit, tunggu dulu!  Ingat, bukan mereka atau keberhasilan mereka yang membuat saya berperasaan negatif. Kalau begitu siapa dong? Sayalah jawaban yang paling tepat. Mengapa? Saya yang membuat mereka atau keberhasilan mereka menjadi masalah bagi diri saya. Saya yang mendramatisir dan mengumbar perasaan saya. Mereka biasa-biasa saja (mungkin). Saya yang menyediakan diri untuk terbakar emosi negatif.

OK, baiklah kalau begitu, saya akan memutuskan untuk tidak aakan mengumbar keirihatian saya. Saya adalah pribadi yang bebas untuk memutuskan apakah saya terpengaruh atau tidak. Saya akan menyatakan dengan tegas bahwa saya yang sekarang ini terwujud dari masa lalu saya dan mengada pada kekinian saya, serta akan menjadi pada masa depan saya, saya nyatakan bahwa saya menjadi pribadi bebas!
Saya memutuskan untuk hidup berbahagia dengan apa yang saya miliki: orang-orang yang saya cintai (suami yang baik,   tiga buah hati, dan orang – orang  yang menjadi bagian dalam hidup saya.) So what gitu lho kalau saya bahagia tanpa embel-embel ini itu (harta dan jabatan).  Bahagia itu adalah hak dan takdir! 

Jumat, 24 Agustus 2012

DARI SEBUAH FILM




Menonton film adalah hal yang biasa untuk manusia pada zaman sekarang karena film sudah merupakan bagian dalam hidup kita. Banyak film beredar dalam masyarakat kita. Kita memanfaatkan film dalam hidup kita untuk berbagai kepentingan antara lain hiburan, pelajaran di sekolah, materi untuk berbagai pelatihan, dan bahan refleksi dalam rekoleksi atau retret.

Kita bisa asyik masuk ke dalam dunia film. Kita seolah menjadi bagian dalam film itu. Kita menyaksikan dunia lain yang tersaji di depan kita. Kita hanyut bersama petualangan dan emosi para tokoh film. Kita berkelana masuk dunia lain yang berbeda dari dunia kita. Kita berpetualang dan merasakan sensasi sebuah kebebasan dalam dunia lain.

Namun, tidak hanya sensasi petualngan saja yang diperoleh seseorang ketika berhadapan dengan sebuah film. Di dalmnya juga ada hidup yang dihadapi. Hidup itu mewakili juga hidup penontonnya. Beberapa peristiwa dan adegan juga adalah adegan hidup kita.

Karena itu, bila kita sedang asyik menonton film dan salah satu di antara kita tiba-tiba nyeletuk: Itu kan hanya film. Rekaan sutradaranya. Maka, dunia yang terbentuk tadi bisa saja berakhir dalam keping-keping kenyataan bahwa itu adalah sebuah rekaan belaka. Nah, kalau sudah seperti itu film menjadi tidak asyik lagi.
Tetapi, itulah film. Dengan film kita dihanyutkan, dengan film kita bisa dibawa ke realitas tertentu, dengan film kita bisa sejenak menjauhkan diri dari realitas diri kita sendiri. Josdeph V. Mascelli, ASC berkata: Film adalah dunia pura-pura yang meyakinkan.

Hal yang penting dari sebuah film adalah meyakinkan. Tujuan sebuah film meyakinkan penonton bahwa mereka sedang berada di suatu realitas tertentu yang nyata dan tidak dibuat-buat. Ketika kita bisa hanyut seolah film adalah dunia nyata, itu berarti pembuat film berhasil.

F.X. Murti Hadi Wijayanto, SJ mengatakan bahwa melalui film kita bisa:
Mencari hiburan, belajar tentang nilai hidup (value), mengasah kreativitas, merenung/bereflkesi. Film mengajak manusia melihat hidupnya sendiri yang sedang dibentangkan di layar lebar. Dalam cerita film ada kisah-kisah yang mewakili perasaan, kerinduan, kenangan, dan mimpi-mimpi kita.

Beliau juga mengatakan ada 3 hal penting yang bisa diambil dari dunia audio visual, termasuk film di dalamnya, yaitu: message (pesan), kemasan (graund, ambience, packing), dan vibrasi (getaran). Setiap program audio visual pasti mempunyai pesan verbal. Supaya pesan sampai kepada penonton, program harus dikemas sedemikian rupa untuk menimbulkan vibrasi yang mampu menggetarkan emosi penonton.
Demikianlah film sebuah program audio visual yang bila dikemas sedemikian rupa, ia akan mampui menyampaikan pesan dan mem-vibrasi penontonya.

Demikian sebuah media film bisa membuat pengaruh pada hidup kita. Kenyataanya kita pun sebenarnya pemain film dalam kehidupan nyata kita. Sering kita menjadi aktor/aktris, atau menjadi sutradara, atau juga hanya seorang penonton saja. Semoga saja kita mampu menarik pesan dari film yang kita tonton dan mampu memberi pesan pada permainan film dalam hidup nyata kita.

Ch Enung Martina


Sabtu, 04 Agustus 2012

KEHENDAK ROH DAN KEINGINAN DAGING


Kesalahpahaman dan pertikaian bukan karena konflik kepentingan, melainkan karena kurangnya pemahaman akan satu dengan yang lain dan juga karena pengkotak-kotakan serta labeling yang diterapkan pada orng lain.

Tidak seorang pun di dunia ini lebih baik dari yang lain. Yesus berkata: Mengapa engkau katakana aku baik? Tidak ada seorang pun yang baik selain daripada Allah. Ini berarti tak ada seorang pun memiliki hak untuk menilai, menghakimi, apalagi mengadili orang lain. 

Itu kata orang-orang bijak. Nah, saya ini belum termasuk golongan orang yang bijaksana. Saya hanya terkadang bijaksini saja. Artinya bijaknya hanya di sini, sesaat, sesudah itu tak bijak lagi. Terkadang saya ini OD. Bukan over dosis, tetapi omong doang. Saya agak malu menuliskan refleksi  ini sebetulnya karena saya sadar, saya masih jauh dari hal itu. Saya ini masih suka gossip, suka melabel orang, suka terbawa menyalahakan orang, bahkan mungkin mengadili. Sebenarnya maunya roh saya sih tidak begitu. Tapi itu, si lidah memang benar-benar tidak bertulang . Lidah itu benar-benar daging tho. Karena itu, dia sangat lentur. Mudah bekelit dan mudah membelit. Itu dia barangkali yang dikatakan Kitab Suci bahwa keinginan daging lebih kuat daripada keinginan roh.

Roh saya merindukan Tuhan dalam saat doa dan hening. Namun, keinginan daging saya lebih suka melajutkan aktivitas untuk melajutkan pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, berselancar di dunia maya, atau mengobrol ngalor ngidul tak tentu arah. Waduh kok ya keinginan daging saya ini kuat banget ya. Lha saya ini tahu bahwa menjaga kesehatan itu juga bagian dari iman untuk menjaga bait Allah karena tubuh itu adalah bait-Nya. Akan tetapi saya masih saja suka ngemil klethikan yang gurih-gurih dan berminyak, yang digoreng-goreng, dan kemeriuk itu sungguh menggoda iman saya. Boro-boro seperti pembantu saya,  Mbak Yanti , yang puasanya getol selama Ramadhan ini. Dia itu buruh nyuci - nyetrika dan nyapu-ngepel dari pintu ke pintu, tapi ya puasanya kok ya… mulus gitu lo. Yang saya tahu, dalam satu hari ada  dua rumah yang dia garap. Haduhhh, ternyata kok ya tidak mudah  menahan godaan itu. Abot tenan!

Lantas saya berpikir mengapa bisa begitu ya? Mbak Yanti kuat berpuasa dari saur sampai bedug magrib berkumandang. Sementara saya menahan untuk tidak makan goreng-gorengan saja susahnya setengah urip. Ternyata rahasianya ada pada NIAT. Mbak Yanti itu ketika akan berpuasa mengucap niat dengan doa. Nawaitu shauma sahri ramadhana Kullihi Lillahi ta’ala. Artinya : Sengaja aku berpuasa sebulan pada bulan Ramadan tahun ini kerana Allah Taala.

Lihat! Itu ajaibnya sebuah niat yang dibawa ke dalam doa! Saya merenungkan makna dari doa di atas, dan saya merasa minder! Pembantu saya lebih religious daripada saya! Religiousitas seseorang tidak diukur dari pembantu antau majikan, dari kaya atau miskin, dan dari intelek atau bodohnya seseorang.

Satu hal lain yang tentunya dijalani pembantu saya dalam melakoni puasanya adalah : dia iklas! Itu juga kunci dalam menjalankan segala sesuatu. Saya KO kedua kalinya! Lha, saya ini terkadang masih menggerutu (meski di dalam hati sekali pun)  untuk menjalai sesuatu. Benar-benar saya kalah telak dengan pembantu saya dalam hal ini.

Saudara-Saudari, saya ini terkadang merasa sudah menjadi orang yang beriman, orang yang saleh karena menjalankan kewajiban agama saya. Saya ke Gereja untuk mengikuti Ekaristi, saya berdoa pribadi, dan saya juga ikut doa dalam komunitas. Rupanya, itu semua belumlah cukup, bila semua hanya ada di permukaan saja. Hanya di luar, hanya fisik, hanya rutinitas, hanya sebatas kewajiban. Semua yang saya lakukan itu tidak samapai inti, tidak mendalam, tidak menyentuh yang hakiki, tidak menembus  sampai ke ruh saya. Semua sia-sia. Percuma.

Romo Thomas Hidya Tjaya, S.J. dalam bukunya Peziarahan Hati  berkata bahwa kita berdoa harus membuka hati . Hanya dengan hati yang terhubung pada Tuhanlah kita dapat mengalami dan merasakan keindahan kasih Tuhan secara langsung. Keindahan doa hanya dapat dirasakan kalau kita menggunakan seluruh hati dalam berdoa.

Saya tahu bahwa doa saya belum sampai pada level seperti itu. Mungkin kalau anak sekolah saya baru belajar melek huruf sedikit. Namun, saya tetap percaya meskipun tingakat iman dan doa saya baru level anak TK-B, Tuhan tetap juga menyayangi saya.

Sekarang ini kalau saya ke Gereja dengan niat mengikuti Ekaristi dengan khusyuk, rupanya belum tercapai. Saat ini kalau Saya ke Gereja dengan anak bontot saya yang berusia 2 tahun itu, menjadi sebuah perayaan Ekaristi di lapangan parkir St. Ursula. Maklum anak usia seperti itu belum bisa duduk manis di dalam Gereja. Meskipun begitu, saya tetap ke Gereja membawa anak saya dan dibawa sendiri, bukan diserahkan pembantu. Saya lebih percaya kalau ibunya yang memegang hasilnya akan berbeda dengan ketika  orang lain yang memegang. Repot. O, itu pasti. Cape dan pegal. Itu juga betul. Maklum sudah tua. Bagi saya, membawa anak ke Gereja  merupakan tugas orang tua.

Itulah yang bisa saya lakukan sekarang. Saya melakoninya. Saya sedang  belajar iklas. Saya belajar dari Mbak Yanti yang melakoni semuanya dengan begitu saja. Mengalir tanpa beban. Meski saya sadar bahwa keinginan daging saya lebih dominan daripada kehendak roh saya, saya tetap yakin bahwa kalau kita belajar dan berusaha pasti kita bisa melakukannya.. 

(Bulam Ramadhan 1443 H.)


Selasa, 19 Juni 2012

KEMELUT HIDUP


Kita menghadapi kemelut hidup dimulai dari yang kecil hingga yang besar, dari tiada menjadi ada, dari mulai kita lahir, hidup, dan akhirnya mati. Hidup memberikan begitu banyak pengalaman yang tak pernah sama untuk semua orang.

Kita berbagi pengalaman dengan orang lain. Berbagi kesakitan yang dialami kita lalui untuk menuju pemulihan. Segala sesuatu berjalan menurut proses yang memang seharusnya dilewati. Kita menghadapi berbagai tantangan yang selalu dimulai dengan tanda tanya. Kita mencoba menuntaskan kemelut itu satu persatu. Ketika semuanya berlalu, barulah kita melihat dan tersadar betapa hidup ini penuh dengan warna.

Terkadang hidup begitu penuh ceria, bahagia, tawa riang. Di sisi lain, hidup penuh dengan derita, duka, nestapa,  dan air mata. Berbagai emosi bermunculan bagai gelombang,  pasang dan surut. Terkadang kita dengan gagah berani menghadapi kenyataan tetapi lain kali kita bersembunyi karena  sudah tak mampu lagi menghadapinya. Kita sekali waktu menjadi pahlawan, tetapi waktu lain kita menjadi pecundang. Saat tertentu kita bersinar karena semangat yang begitu prima memuncak, tetapi saat lain,  kita dalam keadaan lemah, letih, lesu, tak berdaya. Hati kita dicekcoki dengan pertanyaan mengapa orang begitu baik dan mengapa orang  begitu jahat. Ternyata berbagai pertanyaan itu jawabannya terdapat di relung hati. Kita hanya perlu menyibakkan tabirnya agar bisa tersenyum saat menerima jawaban dari semua pertanyaan kita. Jawaban-jawaban itu terkadang tidak nyata dan tak gamblang, atau ceto welo-welo (terbnaca mata). Akan tetapi, pastilah semua pertanyaan ada jawaban akhirnya. Apakah jawabannya  memuaskan atau tidak, itu tergantung pada kebutuhan kita. Alangkah indahnya bila jawaban itu dapat menciptakan suatu keajaiban yang membawa kepada perubahan yang baik.

Sebetulnya semua kemelut hidup akan mendidik kita untuk menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Namun, untuk menyadari hal itu memerlukan proses yang alot dan tidak mudah. Semua itu kembali kepada seberapa lebar kita menyibak hati. Kebahagiaan adalah sesuatu yang relatif bagi semua orang.Tidak ada ukuran yang pasti untuk menimbang kebahagiaan. Karena itu harta yang berlimpah dan materi yang berlebih tak bisa menjamin hidup seseorang bahagia.

Di bawah ini beberapa langkah untuk mengalihkan berbagai perasaan tertekan menurut beberapa sumber yang saya baca:
1. melupakan semua peristiwa yang menyakitkan dengan cara menggantungkan harapan dengan
    berdoa.
2.  Carilah kegiatan positif yang merasa kita lebih berguna.
3. Mengisi hari-hari dengan kegiatan yang banyak menggunakan otak kanan, misalnya kegiatan
    yang berkaitan dengan seni dan berbagai hobi positif yang lain.
4. Bergeraklah, berolahraga.
5. Masuk dalam sebuah komunitas yang positif: mendiskusikan berbagai hal, memperluas
    pengalaman, dan memperluas wawasan.
6. Mengungkapkan perasaan negatif  melalui media (buku harian, surat, blog, dll.) atau secara
    Langsung membicarakannya.
7. Membaca bacaan/buku-buku yang menginspirasi.
            Satu lagi yang menurut saya ini paling sukar untuk dijalani yaitu bersabar. Saya mengutip pendapat dari Ahmad Fuadi dalam novelnya Ranah 3 Warna tentang kesabaran:
“ Yang namanya dunia ada masa senang dan ada masa kurang senang. Di masa kurang senanglah kita harus aktif.Aktif untuk bersabar. Bersabar tidak pasif, tetapi aktif bertahan, aktif menahan cobaan, aktif mencari solusi. Aktif menjadi yang terbaik. Aktif untuk tidak menyerah pada keadaan. Kita punya pilihan untuk tidak menjadi pesakitan. Sabar adalah punggung bukit terakhir sebelum sampai di tujuan. Setelah ada di titik terbawah, ruang kosong hanyalah ke atas. Untuk lebih baik. Bersabar untuk menjadi lebih baik. Tuhan sudah berjanji bahwa sesungguhnya Dia berjalan dengan orang yang sabar,” (Ranah 3 Warna hal. 131).
            Demikianlah hidup dengan kemelutnya akhirnya membawa kepada satu titik kesadaran bahwa kita tidak bisa melangkah sendiri. Kita memerlukan bantuan orang lain. Tentunya yang paling utama kita tak akan pernah bisa lepas dari peran Tuhan dalam hidup kita. ( Posted by Ch. Enung Martina )

#   #   #

Selasa, 24 April 2012

MAKAN TEMAN


MT adalah singkatan untuk ‘ makan teman ‘ yang biasanya terdengar di kalangan anak remaja. Dalam dunia remaja MT ini dikaitkan dengan hidup pergaulan mereka.  MT ini tentunya sesuatu yang tak disukai. Namun, rupanya MT ini terjadi tak hanya di kalangan anak remaja saja. Kenyataannya pada kehidupan orang dewasa yang sudah mapan pun berlaku juga. Bahkan, akan lebih terasa lebih sadis karena menyangkut pada hidup berkarir dan urusan berkaitan dengan banyak macamnya.

Saling mencaplok atau memakan satu sama lain terdapat dalam hukum rimba. Pemangsa  atau predator akan mencaplok mangsanya hewan yang lebih lemah. Demikian hukum alam. Rantai makanan.
Dalam rimba raya manusia, saling memakan juga tak asing. Kembali bila kita melihat manusia sebagai citra Allah yang mulia, barang tentu manusia lebih tinggi kedudukannya dibandingkan para binatang. Satu hal yang diberikan Allah kepada manusia sebagai citra Allah adalah akan dan budi yang tak diberikan-Nya kepada hewan. Diharapkan akal budi mampu membawa manusia menjadi mahluk beradab dan berbudaya sesuai yang dicitrakannya.

Namun, tidak pada keyataannya, manusia terkadang jatuh pada keserakahan dan egois serta ingin mencari pembenaran untuk dirinya. Yang sering terjadi yang satu ingin mencari keselamatan dan kemuliaan untuk dirinya dan kelompoknya dengan mengorbankan orang lain. Kesejahteraan, keselamatan, dan kenyamanan, serta kemuliaan akhirnya didapatkan oleh orang tersebut, tetapi akibatnya dirasakan oleh orang lain yang menjadi korbannya.

Dalam dunia kerja keseharian kita pun sering terjadi. Satu orang ingin mencari keselamatan dan kemuliaan di hadapan atasannya. Bila orang ini bersalah, yang akan dilakukannya adalah mencari kambing hitam yang bisa dijadikan korban. Akhirnya keselamatan dan nama baik memang dia peroleh, tetapi akibat dari mencari kambing hitam, berarti ada orang lain yang menjadi korban. Orang yang menjadi limpahan kesalahan terkena dampaknya. Dampak yang nyata kelihatan adalah kemungkinan menurunnya kinerja karena dia beranggapan sudah bekerja dengan baik saja masih disalahkan. Kalau jatuh pada orang mentalnya kurang baik akan berpendapat : lebih baik bekerja saja seenaknya daripada berlelah payah, toh masih disalahkan juga. Kalau melihat situasi ini, siapa yang rugi? Sebetulnya semua rugi. Perusahaan/ yayasan, pimpinan, teman yang suka mencari korban kambing hitam, teman yang lain, keluarga, dan pastinya orang yang bersangkutan.

Jadi dilihat dari dampaknya yang meluas itu, maka tak ada manfaatnya makan teman, bukan? Karena itulah, makanlah makanan yang bergizi supaya badan tetap sehat dan kuat daripada makan teman.

(Ch. Enung Martina)

Sabtu, 10 Maret 2012

CATATAN DARI NEGERI LIMA MENARA


Sebagai seorang guru, saya merasa begitu tergugah dengan novel ini. Novel ini berkisah tentang seorang anak remaja tanggung bernama alif Fikri yang karena suruhan ibunya ia terdampar di sebuah pesantren bernama Pondok madani. Namun, yang tadinya sebuah keterpaksaan, rupanya pendidikan pesantren ini yang menyebabkan dia menjadi  memiliki begitu banyak hal berharga dalam hidupnya. Pengalamannya  dalam rutinitas pendidikan pesantren yang ketat justru yang mempertemukan dengan jalan hidupnya dan jati dirinya.
Yang menjadi daya tarik dari kisah ini bagi saya adalah tentang pendidikan penuh keiklasan. Guru iklas berbagi bagi siswanya, siswa iklas berbagi untuk temannya, senior iklas berbagi untuk adik kelasnya, demikian pula pimpinan tertinggi pesantren itu iklas menjalankan perannya dengan penuh cinta dan komitmen yang tinggi tanpa pilih kasih, dan semua warga pesantren itu iklas menjalani semua hal untuk kemajuan bersama pesantren mereka. Sungguh suatu keiklasan yang putih. Keiklasan yang dilandaskan pada alasan bahwa hakikatnya  manusia memang bersaudara sebagai mahluk ciptaan-Nya di alam semesta ini.

Saya juga tergugah dan sekaligus terinspirasi dengan sistem pendidikan yang mengutamakan ketrampilan hidup. Terutama yang menarik dalam sistem pendidikan mereka adalah bagaimana ketrampilan berbahasa asing (Inggris dan Arab) diterapkan dalam sistem dan program pendidikan di pondok. Untuk menguasai kedua bahasa tersebut, para siswa dituntut untuk terus menggunakannya, baik secara lisan atau tulisan melalui kegiatan berbahasa sehari-hari matau melalui kegiatan pembelajaran di kelas. Berkat didikan, latihan,  disiplin, dan usaha yang super keras, akhirnya ketrampilan tersebut bisa dikuasai dengan baik.

Tidak hanya ketrampilan berbahasa saja yang diperoleh dalam sistem pendidikan itu, tetapi jauh yang lebih penting  adalah pelajaran hidup. Nilai daya juang, religiusitas, kedisiplinan, persahabatan, dan persaudaraan, terasa sangat kental dalam kisah ini. Berbagai peristiwa harian yang rutin yang konsisten dilakukan menjadikan para siswa menjadi pribadi yang utuh. Meskipun motivasi masuk Pondok Madani beragam (ada yang memang pilihan hati, suruhan orang tua, terpaksa karena keadaan, akhirnya mereka akhirnya  menemukan jalan hidup dan jati diri mereka yang penuh makna. Mereka menemukan inti kehidupan yaitu: iklas, kerja keras, doa, dan tawakal.

Ungkapan dalam bahasa Arab man jada wa jada menjadi mantra ajaib yang mampu membangkitkan semangat mereka pada saat mereka terpuruk.
Dari sini kita melihat bahwa rancangan seseorang belum tentu sejalan dengan rancangan Ilahi. Namun, yang jelas rancangan Ilahi ada di atas segalanya. Rancangan itu sudah pasti merupakan rancangan keselamatan dan damai sejahtera. Itulah yang dialami oleh Alif Fikri, tokoh utama novel ini.

Salut untuk para Sahibul Menara dan juag para pendidik Pondok Madani yang selalu mendidik dengan penuh iklas. Jempol untuk penulis yang mampu menginspirasi pembacanya, Ahmad Fuadi.

(Ch. Enung Martina)

Sabtu, 03 Maret 2012

DALAM RENGKUHAN CAHAYA


Suka cita yang lebih besar akan kita terima melalui cinta kasih. Detai-detail pengalaman penting akan membantu kita dalam mengasihi,  segala sesuatu di luar itu adalah perlengkapannya. Sepanjang kita mengikuti pesan Sang Juru Selamat seperti yang disabdakan-Nya “ lebih dari segalanya, cintailah satu sama lain “, maka suka cita itu akan menjadi milik kita.

Mencintai akan terasa manis ketika kita berhadapan dengan hal yang kita temui pada orang-orang di sekitar kita yang membuat kita tidak terlalu bersusah payah. Situasi yang wajar dan normal. Orang-orang yang mudah dipahami dan memahami. Namun, kebalikannya bila kita berhadapan dengan orang-orang yang tidak kita sukai, yang bersebrangan dengan kita, yang menurut kita prinsipnya tak sesuai dengan yang selama ini kita anut, yang membuat kita sengsara, yang juga menyengsarakan orang lain. Sungguh itu sangat tidak mudah.  

Cinta berkembang menjadi semakin luas ketika di dalamnya juga kita melibatkan perasaan itu pada setiap gerak dan langkah kita. Dia akan tumbuh di rumah, di lingkungan gereja, lingkungan masyarakat sekitar, di tempat bekerja, bahkan di satu tempat yang baru kita datangi. Dia tak akan habis ketika kita membagi-bagikannya. Justru kebalikannya, dia justru akan tumbuh subur bila kita membaginya.

Untuk mempunyai cinta dalam diri kita, kehidupan pribadi dan penuh makna itu penting. Yesus berkata: kasih adalah yang utama. Kasih harus menguasai kita. Kita membangun lingkungan kita dengan pikiran-pikiran kita dan juga terutama dengan hati yang penuh kasih. Kita diutus untuk menjalani kehidupan secara penuh dan berkelimpahan untuk menemukan suka cita dalam kreasi kita sendiri, juga termasuk di dalamnya untuk mengalami kesuksesan dan kegagalan. Dalam menjalani hidup,  kita diberi hak  untuk menggunakan kehendak bebas, untuk memperluas wawasan, mengembangkan pribadi,  dan memperkaya kehidupan kita.

Bila kita mempunyai cinta, kita bisa melakukan hal-hal baik tanpa pamrih, dengan demikian kita akan memperoleh suka cita. Namun, sebelum merasakan kesukacitaan, terkadang  harus mengalami kedukaan. Kedukaan yang ditemukan dalam berbagai peristiwa yang melintas hidup kita. Di situlah saatnya kita berjuang, berusaha, berjerih payah, dan menunjukkan ketahanan dan daya juang kita. Tantangan yang menghadang dengan penuh semangat dan rasa percaya diri serta keimanan satu persatu kita hadapi. Kritikan, cercaan, ejekan, dan hinaan, bukanlah rintangan yang berarti ketika dalam hati kita dipenuhi dengan kasih. Kita mempunyai kebebasan untuk menentukan apakah saya terpengaruh dengan semua hal negatif dari luar dan dalam diri kita, atau justru kita menjadikan hal tersebut sebagai pemicu untuk terus maju dan melejit. Sekali lagi: kita mempunyai kebebasan.

Terkadang kita mengabaikan kebenaran-kebenaran sederhana yang telah kita ketahui. Kita menganggap itu semua sebagai suatu rumus atau dalil  yang ada pada kitab-kitab suci atau buku-buku bijak lainnya. Atau justru kebalikannya kita menganggap kebenaran-kebenaran tersebut hanya omong kosong.  Salah satu kebenaran tersebut adalah :  Bila tidak ada wawasan, manusia akan celaka. Kebenaran tersebut sebetulnya berasal dari pepatah Indian kuno. Wawasan menjadi hal yang penting untuk bisa mengetahui benar dan salah. Wawasan juga berguna untuk memberikan petunjuk arah mana yang patut kita tempuh. Wawasan itu begitu banyak macamnya dan  cara untuk mendapatkannya. Namun, yang perlu kita catat semua hal baik selalu berasal dari satu sumber, yaitu Sang Pencipta, yang Ilahi.

Sebagai orang beriman Katolik kita mengakui bahwa Yesus adalah kehidupan dan cinta itu sendiri. Cinta-Nya memberikan suka cita yang sedemikian penuh hingga berlimpah-limpah. Awalnya kita hanya melihat dan memahami cinta-Nya adalah sesuatu yang abstrak, yang ada dalam deretan ayat Al Kitab, atau sederet dogma gereja  yang banyak tidak kita mengerti. Namun, begitu kita membawa Dia dalam setiap helaan nafas, setiap langkah dan tindak kita, rupanya Dia tidaklah abstrak dan tidaklah jauh. Seorang penggubah lagu mengatakan Dia hanya sejauh doa.

Kita hidup sekedar mencari cinta dan kebaikan serta menjalaninya saja. Karena itulah, kita mempunyai alsan untuk hidup di dunia. Karena itu pula kita sampai gumun(heran)mengapa ada orang yang dalam hidupnya begitu rupa mengejar hal (duniawi) yang menurutnya sangat berharga sampai dia mau melakukan apa saja untuk mendapatkan hal tersebut. Hakekat hidup ya itu tadi mencari cinta dan kebaikan. Kalau kita perhatikan orang-orang yang melakukan berbagai macam kegiatan yang halal atau yang haram akhirnya kembali pada dua hal di atas. Melakukan korupsi untuk mendapatkan uang milyaran rupiah agar bisa banyak uang, bisa membeli ini itu menyenangkan keluarga, mendapat perhatian orang lain, dan mendapat pujian menjadi orang kaya atau orang sukses. Namun semuanya dia lakukan untuk apa? Ya, karena dia ingin dipuji, disayangi, diperhatikan keluarga atau orang lain. Demikian juga seorang perempuan membesarkan atau mengecilkan  ini itu pada dasarnya supaya dia mendapat sanjunagn dari kaumnya ( sesama perempuan) dan perhatian dari pasangannya. Semuanya intinya sama bahwa seseorang memerlukan perhatian dan cinta. Orang sering mengatakan ujung-ujungnya duit (uud), tetapi saya boleh mengatakan uuc (ujung-ujungnya cinta).

Berbicara tentang cinta yang lain, yaitu cinta pada Tuhan, di dunia ini ada banyak agama, kepercayaan, dan gereja. Masing-masing dari kita berada pada tingkat pemahaman dan perkembangan spiritual yang berbeda.  Karena itu, tiap orang disiapkan dengan tingkat pengetahuan dan spiritual yang berbeda pula. Semua agama di dunia penting karena ada orang-orang yang memerlukan ajarannya. Satu ajaran agama tertentu tersebut cocok untuk yang satu, tetapi belum tentu sesuai untuk yang lain. Saya merasa cocok memilih Katolik. Bagi orang lain Katolik bukan pilihan yang tepat. Mungkin saya dan Anda bertanya: kenapa ada orang yang memilih ajaran agama yang garis keras? Itu tadi karena berada pada tingkat pemahaman dan perkembangan spiritual masing-masing orang.

Penganut suatu agama dapat saja ia tidak memiliki pemahaman lengkap tentang sabda Tuhan dan tak akan pernah paham selama dia berada dalam agamanya. Namun, agama tersebut digunakan sebagai batu loncatan untuk pengetahuan lebih lanjut. Setiap gereja memenuhi kebutuhan spiritual yang mungkin tidak dapat dipenuhi oleh gereja yang lain. Tak satu gereja pun yang dapat memenuhi kebutuhan semua orang di segala tingkat spiritual. Bagi saya (lagi) Gereja katolik memenuhi kebutuhan spiritual saya. Bagi teman saya yang berpindah ke Muslim dengan alasan apa pun, ya.... agama Islam memenuhi kebutuhan spiritualnya saat ini. Mungkin saya dan Anda bertanya lagi: Ada orang yang berpindah agama bukan karena kebutuhan spiritual, tetapi untuk kebutuhan duniawi (mencari jodoh, pekerjaan, jadi anggota dewan partai ini itu, ingin menjadi terkenal, atau karena kekecewaan) itu bagaimana? Lha, itu tadi tingkat pemahaman spiritual dia baru tingkat duniawi. Spiritual diukur dengan yang materi atau jabatan.

Apa pun pilihan seseorang bila dia mampu mengembangkan diri dan mejalankan cinta, menurut saya itu lebih dari cukup. Kita akan membandingkan dengan ketika  kita bertemu dengan orang yang mengaku mempunyai  cinta dan memiliki iman, tetapi kenyataannya tak menampakkan itu semua, malah lebih parahb bukan? Mengingat lagi apa yang sudah disimggung di atas : lebih dari segalanya, cintailah satu sama lain.



Selasa, 07 Februari 2012

MINYAK ZAITUN

diposkan oleh Enung Martina

Bagaimana Pandangan para ilmuan jaman sekarang terhadap Khasiat minyak Zaitun? Manfaat apa saja dari Minyak Zaitun? Apa kata mereka tentang khasiat Minyak Zaitun:
menyatakn para wanita mengkomsusi Minyak Zaitun lenbih sedikit terkana Kanker Rahim. >Majalah DerMartdogg Times Edisi Agustus 2000 menunjukkan bahwa Minyak Zaitun melindungi terjadinyaKanker kulit.
>Studi yang dilakukan Unversitas dan Akademi Amerika menyatakan: Minyak Zaitun membunuh Kutu Kepala.

Kegunaan Mujarab dari Minyak Zaitun

minyak zaitun mengandung asam linolenat, berupa senyawa yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh manusia dan dapat mencegah penguapan air pada tubuh. Gosokkan sedikit minyak zaitun pada rambut yamg kering dan kusut, akan membuat rambut lebih luwes; terutama pada musim dingin atau hari bercuaca lembab, minyak zaitun juga dapat mengurangi beberapa kerusakan pada rambut. Dapat pula menggunakan beberapa sendok minyak zaitun untuk memijat rambut, supaya minyak menyerap masuk lebih dalam ke kulit kepala serta akar rambut.
Dibandingkan dengan minyak anti kusut rambut yang terbuat dari minyak bumi, minyak zaitun mungkin lebih aman terhadap tubuh kucing.
Ketika tenggorokan gatal juga boleh minum satu sendok minyak zaitun untuk meredam gejala tersebut. 
Gosokkan sedikit minyak zaitun pada perabotan rumah bisa mencegah tanda tanda  belang, korosi dan bintik noda. Ia juga dapat merawat produk kulit, misalnya gunakan minyak zaitun menggosok sarung tangan baseball, selang 30 menit kemudian baru bersihkan sisa minyak zaitun.

MINYAK ZAITUN LE RICHE - (ZAITUN)

Minyak zaitun mengurangi resiko kematian akibat penyakit jantung dan kanker. Berdasarkan studi epidemiologis pada penduduk Mediterania yang banyak mengkonsumsi asam oleat dari Minyak Zaitun, menyimpulkan bahwa lemak tak jenuh yang terdapat pada minyak zaitun bisa menurunkan kadar kolesterol LDL (Low Density Lipoproein) yang mana LDL adalah kadar kolesterol darah jahat yang dapat menimbun di dinding-dinding arteri. - Untuk kulit muka yang berminyak, oleskan sedikit minyak zaitun pada wajah dan gunakan tissu dan tempelkan pada wajah sehingga minyak terangkat dan sedikit saja tinggal di wajah.
RAHASIA LAIN DARI MINYAK ZIATUN :
- Minyak zaitun dapat digunakan pada tangan, rambut, dan sebagai bahan untuk massage oil atau pijat urut.

Sumber lain: Oliveoil-oliveoil.com