Kamis, 27 Februari 2014

LANGKAH KECIL

Hidup dibentuk oleh langkah-langkah kecil. Setiap langkah adalah penting. Seperti yang kita ketahui bahwa jalan hidup itu mengejutkan, tak terduga, penuh emosi. Siapa pun di antara kita tak pernah tahu apa yang menanti di depan kita. Kesulitan hidup juga adalah sebuah jalan yang harus ditempuh dan dilalui.
            Ada saatnya dan akan tiba saatnya kita harus menghadapi hidup ini seorang diri. Ada saatnya langit dalam kehidupan kita menjadi gelap dan kita tinggal sendirian. Namun, ada yang mengatakan bahwa: kehidupan mungkin bisa menderita, tetapi bisa teratasi. Orang beriman telah menemukan di dalam Yesus suatu harapan yang lebih kuat daripada sejarah dan cinta yang lebih kuasa dari kematian (Anthony Padovano).
            Manusia tak pernah merasa puas dengan berkah yang diterima, sekali pun berkah itu berlimpah ruah. Ada yang mengatakan kalau direntang terus tanpa henti, tanpa perhitungan, di luar batas kemampuan dan kecepatan tinggi, maka manusia itu akan kembali ke titik awal. Para pembaca mungkin pernah mendengar tentang dongeng Tukang Batu? Mari kita menyimak kembali kisahnya!
            Ada seorang tukang batu. Ia merasa tak puas dengan dirinya dan hidupnya. Ia berbikir alangkah enaknya kalau menjadi orang kaya yang berlimpah harta. Tentunya ia tak perlu bersusah payah lagi. Dewa mengabulkan keinginannya. Jadilah ia saudagar kaya, banyak harta, banyak uang, dan juga banyak saingannya. Pada suatu hari ke desanya datanglah seorang pejabat kerajaan. Pejabat itu diiringi oleh para pengiringnya. Semua orang menghormatinya termasuk orang kaya. Ia merasa tersaingi dan merasa tak puas menjadi orang kaya. Maka ia pun berpikir alangkah enaknya bisa menjadi seorang pejabat. Dewa mengabulkan keinginannya yang kedua. Jadilah ia menjadi seorang pejabat yang banyak pengikutnya dan banyak pula musuhnya. Tak berapa lama ia menikmati hidupnya menjadi pejabat, tiba-tiba ia diperintahkan oleh Kaisar untuk pindah ke bagian lain. Ia pun berpikir alangkah enaknya menjadi kaisar. Kali yang ketiga ini pun, Dewa mengabulkan permohonannya. Jadilah ia seorang kaisar dengan daerah kekuasaan yang luas dan juga para pejabat dan tentara ada pada kuasa tangannya. Suatu hari Kaisar berjalan-jalan ke alam terbuka. Ketika ia sedang ditandu, ia merasakan sengatan matahari yang sangat terik. Ia iri terhadap matahari karena semua mahluk, termasuk kaisar harus berlindung dari sinarnya. Ia berpikir betapa hebatnya menjadi matahari. Dewa mengabulkan keinginannya lagi. Jadilah ia matahari. Setiap hari matahari ini memancarkan sinarnya yang terik ke seluruh penjuru jagat. Semu mahluk tak ada satu pun mampu menghindari sinarnya yang terik. Namun, suatu hari matahari yang sedang bersinar terik itu terhalang oleh awan gemawan. Dengan sekejap matahari terutup dan sinarnya yang terik pun tak mampu menembus awan. Alangkah murkanya matahari. Ternyata masih ada yang lebih hebat dari dirinya, yaitu awan. Ia pun menginginkan dirinya menjadi awan. Dewa yang baik pun mengabulkan keinginannya kembali. Berubahlah dia menjadi awan. Setiap hari awan ini menutupi langit sehingga matahari tak bisa memancarkan sinarnya dengan sempuna. Puaslah hatinya untuk sesaat. Namun, ketika awan itu sedang menjadi mendung tebal di langit, datanglah angin yang menyibakkan awan tadi. Dengan segera awan itu bergeser tertiup angin. Astaga rupanya masih ada juga yang mengalahkan dirinya. Ia pun berpikir untuk menjadi angin. Terkabullah keinginannya itu. Angin jelmaan itu segera menggunakan kekuatannya untuk menerbangkan segala. Semua benda tak tersisa terbawa angin. Ia menjadi badai yang ganas, sekali waktu berubah menjadi angin puyuh, angin puting beliung, angin dingin, angin panas, bahkan tofan dahsyat. Ia merasa puas sementara karena ia menjadi tak terkalahkan. Hingga akhirnya angin menjadi ragu akan kekuatannya kala dia tertumbuk pada gunung batu yang berdiri dengan kokohnya. Ia tak tergoyahkan meskipun sang angin sudah mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk merobohkannya. Ia kembali mempertanyakan kekuatannya. Ia kembali melontarkan keinginanya: ingin menjadi gunung batu. Maka jadilah demikian. Ia berdiri dengan pongahnya tak gentar dan tak tergoyahkan oleh badai tofan sekali pun. Hingga suatu kali ia merasakan guncangan pada tubuhnya, mula-mula perlahan, tetapi makin lama makin sering. Ia merasakan tubuhnya dipukuli dan dilubangi. Rupanya nun di bawah sana seorang tukang batu sedang giat bekerja menggunakan palunya untuk mendapatkan bongkahan-bongkahan batu. Selama ini ia salah, sebetulnya yang paling hebat, paling berkuasa, dan paling sempurna adalah menjadi tukang batu. Demikianlah, kisah ini berakhir dengan kembalinya ia menjadi seorang tukang batu.
            Kalau demikian bagimanakah kita bersikap untuk masalah puas dan tak puas? Prinsip ajaran Zen berkata: hiduplah untuk hari ini. Menikmati hari ini dengan penuh syukur adalah pintu menuju kepuasan dan kebahagiaan. Hari ini dinikmati dengan sepenuh hati. Hidup dalam Roh Allah dimulai ketika bangun dipenuhi dengan harapan baik. Ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa seseorang yang tidak mengharapkan apa-apa, ia tidak mendapat apa-apa. Sambil menjalani hari ini kita boleh menyelipkan pertanyaan: Apa yang akan disiapkan Allah untuk saya pada hari ini? Apakah yang akan dikatakan-Nya? Bagaimana Dia akan membimbing saya? Apa yang akan menjadi saat-saat penting hari ini: jalan simpangan, pertemuan dengan orang-orang, tanda-tanda, peristiwa, tempat?
            Saya pernah membaca,tetapi saya lupa apa persis sumbernya, bahwa ketumpulan jiwa adalah penyakit kesayangan umat manusia. Hidup tidak tinggal landas karena yang menjalaninya tidak percaya bahwa hidup itu tinggal landas. Tidak ada apa-apa yang terjadi dalam hidupnya bagi orang yang tidak memiliki daya reka cipta dan kepekaan serta kebebasan untuk membiarkan segala keajaiban terjadi.
            Keajaiban pada hidup seseorang terjadi karena ada kepercayaan akan keajaiban itu. Kejaiban dimulai dari langkah kecil kita yaitu: percaya akan keajaiban. Hal yang beriktnya adalah kita melanjutkan langka-langkah kita dengan penuh semangat dan keyakinan. Perjuangan besar kita dalam hidup ini adalah mampu mengalahkan diri sendiri. Saya merasa hingga umur saya yang sudah godlen age ini, mengalahkan diri sendiri adalah pekerjaan yang tidak mudah. Saya bisa saja mengomel panjang pendek pada anak, suami, murid, teman, atau siapa pun tentang banyak hal. Namun, tak akan berpengaruh banyak bila saya juga tak melakukan apa yang saya omelkan tersebut. Saya hanya OD, omong doang, tanpa melakukan tindakan apa pun.
            Demikian sebuah langkah kecil memulai segala sesuatu dari sendiri mampu mengubah banyak hal dalam hidup seseorang. Memang pasti perlu pengorbanan untuk ini. Namun, pengorbanan itu tak seberapa ketika menuai hasil di akhir dari perjuangan itu. Kesetiaan dan kesabaran merupakan teman seiring sejalan yang tak bisa terpisahkan untuk meraih hasil yang maksimal. Terkadang rasanya saya ingin menyerah saja pada saat saya mengalami rintangan di tengah jalan. Di situ letaknya kesetiaan pada apa yang sudah kita pilih dan sedang kita perjuangkan rupanya menjadi sebuah nilai-value yang sangat berarti.

            Saya dan Anda sedang menapaki langkah-langkah dalam hidup kita masing-masing. Langkah itu terkadang lancar,  penuh energi, dan semangat yang membara. Namun, terkadang langkah kita tertatih, letoy, tak bertenaga, dan kehabisan apinya. Biasanya kala kita dalam keadaan terpuruk ditambah dengan komentar dari kiri kanan kita yang menjatuhkan dan tak mendukung, termasuk dari orang yang kita harapkan memberi dukungan, lengkap sudah paket daya juang kita: sudah jatuh tertimpa tangga. Apa yang kita sebaiknya kita lakukan? Sangat dibolehkan bila kita berhenti sejenak, bahkan mungkin mundur beberapa langkah sebelum kita maju melanjutkan langkah. Ini bukan berarti kalah. Ini bagian dari strategi. Dalam situasi ini kita perlu waktu untuk diri sendiri, menyusun tenaga baru. Kembali  melihat ulang tujuan, rancangan, kondisi, sarana, dan   dukungan yang kita punyai. Barangkali juga kita membutuhkan pernasihat yang bijak untuk menatanya. Namun, surutnya langkah kita tak berarti surut pula perjuangan kita. Setiap langkah kecil kita menjadi penentu untuk langkah-langkah besar kita. Selamat berjuang menapaki setiap langkah yang sedang diperjuangkan.  
(Ch. Enung Martina)