Ch.
Enung Martina
Terdengar aneh
dan janggal bukan judul di atas? Memang.
Karena biasanya hal yang negatif termasuk iri hati, mendatangkan hal yang buruk. Namun, kali ini
saya mau melihat dari sisi yang lain. Sebetulnya ketika menulis tulisan ini,
saya belum 100% terbebas dari perasaan tersebut. Mari kita melihatnya.
Tuhan selalu
bekerja dengan cara yang tak pernah kita duga. Segala peristiwa yang tak enak,
bahkan teramat buruk, tidak bisa kita lewati tanpa penyertaan-Nya.Ketika kita
mencoba untuk menjadi manusia yang berkualitas, jangan pernah abaikan peran
Tuhan dalam setiap prosesnya. Proses perbaikan diri kadang melibatkan banyak
pihak dan banayk hal. Kita tidak hanya dituntut untuk untuk mengandalkan diri
sendiri, tetapi juga mengandalkan sahabat, memiliki wawasan yang luas untuk
mengimbangi segala perkembangan yang terjadi di sekitar kita, menjunjung tinggi
nilai-nilai hidup, dan jangan lupa kita juga harus meyakini bahwa Tuhan ada
untuk memberi petunjuk yang terbaik.
Tuhan tahu pasti
apa yang kita butuhkan dan apa yang terbaik bagi kita. Ketika kita mengalami
kegagalan, mungkin saat itu belum saatnya kita berhasil, atau hal itu bukan
yang terbaik bagi kita. Proses penyerahan diri memang bukan sesuatu yang mudah,
bahkan terkadang dalam prosesnya disertai dengan kemarahan.
Dalam peristiwa
tertentu saya marah terhadap diri saya yang lalai untuk melakukan sesuatu. Saya
menyalahkan diri saya. Pada peristiwa lain saya menyalahkan orang lain, dan
bahkan saya juga menyalahkan Tuhan. Terkadang saya merasakan bahwa hidup ini
begitu tak adil. (Memang siapa bilang bahwa hidup itu adil?) Ada banyak
pertanyaan sekaligus keraguan dalam diri saya. Lantas seorang teman pernah
berkata bahwa hidup bukan untuk dipertanyakan tetapi untuk dijalani. Benar juga
sih, tetapi sekali-sekali bertanya boleh kan?
Peristiwa tertentu
saya begitu iri hati terhadap orang lain. Keirihatian saya terutama bila teman
saya dulu, atau sahabat saya dulu, atau mantan pacar saya dulu, ternyata
hidupnya lebih sukses (menurut anggapan dan penglihatan saya) daripada saya. Lantas saya berkata dalam
hati: kurang ajar dia! Kenapa dia lebih berhasil daripada saya? Kemudian saya
merasa panas hati, gerah, dan rasanya ingin menunjukkan kehebatan dan kelebihan
saya juga di depan hidung dia. Biar dia nyaho!
Astaga,
gelombang perasaan negatif itu menguasai saya! Saya seolah terpanggang di dalam
gelombang api keirihatian. Perasaan tersebut tidak enak, membuat saya tidak
tenang, dan tidak bahagia.
Lantas pikiran
waras saya datang lagi. Untuk apa iri hati? Memangnya keberhasilan mereka itu
membuat mereka bahagia juga. Belum tentu bukan? Mending kamu sekarang, punya
suami yang baik, punya anak tiga , punya.... ini.... punya itu.... Lantas
perasaan iri hati saya muncul lagi, tapi saya tidak punya ini.... tidak punya
anu....tidak punya.....
Stop! Rugi bener
saya. Yang berhasil mereka, sementara saya tertekan dengan perasaan iri hati
saya dan emosi negatif itu berhasil membakar saya dengan berbagai dampaknya.
Eit, tunggu dulu! Ingat, bukan mereka
atau keberhasilan mereka yang membuat saya berperasaan negatif. Kalau begitu
siapa dong? Sayalah jawaban yang paling tepat. Mengapa? Saya yang membuat
mereka atau keberhasilan mereka menjadi masalah bagi diri saya. Saya yang
mendramatisir dan mengumbar perasaan saya. Mereka biasa-biasa saja (mungkin).
Saya yang menyediakan diri untuk terbakar emosi negatif.
OK, baiklah
kalau begitu, saya akan memutuskan untuk tidak aakan mengumbar keirihatian
saya. Saya adalah pribadi yang bebas untuk memutuskan apakah saya terpengaruh
atau tidak. Saya akan menyatakan dengan tegas bahwa saya yang sekarang ini terwujud dari masa lalu saya dan mengada pada kekinian saya, serta akan menjadi pada masa depan saya, saya
nyatakan bahwa saya menjadi pribadi bebas!
Saya memutuskan
untuk hidup berbahagia dengan apa yang saya miliki: orang-orang yang saya
cintai (suami yang baik, tiga buah
hati, dan orang – orang yang menjadi
bagian dalam hidup saya.) So what gitu
lho kalau saya bahagia tanpa embel-embel ini itu (harta dan jabatan). Bahagia itu adalah hak dan takdir!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar