Senin, 23 November 2009

OLEH-OLEH 1

IMPIAN DAN HAMBATAN


Ketika aku memandang sebuah pohon atau gambar pohon, aku mempunyai harapan pohon itu berbuah lebat dan buahnya bagus. Demikian pula kalau pohon itu diibaratkan diriku. Aku ingin berbuah lebat dalam hidupku. Berguna bagi keluarga, lingkungan kerja, juga Gereja, serta masyarakat sekitar. Namun, ternyata itu tak mudah. Ada hambatan yang menghalangi aku bisa mencapai semua itu.

Bila diibaratkan dengan sebuah kapal yang berjangkar maka ada hambatan yang muncul pada diriku adalah: aku tidak bisa mengayuh perahuku/bidukku sampai ke tengah karena takut gelombang yang besar dan takut kedalaman. Selain itu daratan sudah terlalu jauh di belakang sedangkan aku tak berani terlalu ke tengah karena rasa takutku tadi.

Injil Lukas 5: 2-6

Hal yang kuingat dari bacaan Injil di atas adalah ayat 4 dan 5
Ayat 4:
“Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.”

Ayat 5:
“ Guru telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.”

Aku mendapatkan buah pikiran untuk kedua ayat di atas:
- aku menyadari bahwa Allah memberikan kesempatan dan dorongan agar aku
lebih berani menuju ke tengah ( menghadapi tantangan hidup)
- Aku meyakini meyakini kalau DIA yang mengatakan hal itu kepadaku, itu karena
DIA tahu bahwa aku bisa melakukannya.

Perasaan hatiku yang muncul adalah:
- aku cemas karena aku mempunyai begitu banyak kekurangan
- aku juga kecewa untuk beberapa hal dalam pencapaian hidupku
- Namun, di samping itu aku merasa tenang karena berdasarkan pengalaman yang
paling buruk sekali pun dalam hidupku, aku masih tetap bertahan dan tidak
kurang suatu apa pun. Itu semuanya semata-mata bukan karena kekuatanku,
hanya karena kekuatan Allah-lah yang memampukan aku melewati hal terburuk
dalam hidupku.
- Aku tetap waspada karena aku lemah untuk banyak hal. Aku menyadari begitu
banyak kelemahanku. Kenyataannya meskipun sudah waspada ternyata kita bisa
kecolongan juga.
- Aku memupuk terus semangatku agar aku bisa berlayar ke tempat dalam itu
dengan sebuah penghiburan : “Jangan takut,
AKU akan menyertaimu sampai akhir
zaman.”


Dari situ, muncul kehendak dalam diriku: bahwa aku harus banyak bekerja keras, berdoa, dan bersabar selama aku berjuang untuk pencapaian mimpiku.

Cayoooo kamu pasti bisa!!!!
(Enung Martina)

Sabtu, 21 November 2009

CERITA HARI RABU

MEMPERTAHANKAN UNTUK KEHILANGAN
Hari ini, Rabu, 20 November 2009, aku belajar dari seorang anak remaja berusia 14 tahun tentang arti mempertahankan nama baik, tetapi akhirnya justru kehilangan nama baik tersebut. Leo, sebut saja begitu namanya, hari ini mendapat pelajaran berarti dalam hidup dia. Karena dia berusaha menghilangkan jejak agar namanya tidak tercemar untuk suatu kecerobohan dan kesalahan yang dia lakukan, justru namanya menjadi tercemar karena dia sendiri terbelit dengan skenario penyelamatan diri yang dia lakukan yang menurutnya pasti akan berhasil. Justru dengan skenario yang dia buat untuk mempertahankan nama baik itu, akhirnya dia mendapat pelajaran yaitu dijauhi teman-teman setimnya karena dianggap bebrbuat tidak jujur. Namun, yang aku kagumi remaja putra ini begitu berani melakukannya dan akhirnya mengakuinya.

Aku bercermin untuk diriku sendiri. Aku juga pernah melakukan hal demikian. Aku berusaha mempertahankan sesuatu dalam hidupku, nama baik, materi, pertemanan, atau apa pun. Namun, pada saat kita mempertahankan itu semua, ternyata justru malah kehilangan.

Dengan begitu aku melihat bahwa apa yang ada pada diri kita dan di sekitar kita tidaklah abadi. Apa yang ada pada hari ini, belum tentu ada untuk hari esok. Apa yang hari ini menjadi bagian dari diriku, bisa saja hari kemudian menghilang. Artinya kita tak mempunyai apa-apa, bahkan nyawa dalam tubuh kita, kita tak memilikinya.

Dengan demikian aku mengatakan pada diriku sendiri bahwa semua itu adalah titipan. Apa yang ada padaku semata-mata karena kehendak-Nya. Pada saatnya, Dia yang mempunyai akan mengambilnya kembali, aku tak bisa menghindar dan mengelak. Ambillah karena semuanya bukan milikku.

Hari ini, Leo, gurumu, belajar banyak ketika kamu duduk dihadapanku dengan paras sedih dan terhenyak. Meski kamu tak mengatakan apa-apa kepadaku, aku mendapat banyak hal dari pengalamanmu. Aku juga pernah melakukan kecerobohan seperti yang kamu lakukan, meski dengan versi yang berbeda. Jangan sangka bahwa gurumu ini adalah orang yang tiba-tiba dewasa dalam bertindak dan dalam berpikir.

Aku hanya berkata kepadamu bahwa kita patut bersyukur karena Tuhan mencintai kita untuk bisa memahami pelajaran ini. Terlebih kamu, pada usiamu yang belia kamu mendapat pelajaran berarti. Untungnya di anatara aku dan kamu selalu ada malaikat pelindung yang tak bersayap yang bersedia membantu kita. Meringankan beban dan memberikan solusi untuk hal yang kita hadapi. Untungnya Tuhan itu menurunkan Roh Kudus-Nya untuk kita sehingga Roh Kudus selalu menjaga kamu dan juga aku untuk tidak terluka lebih dalam.

Aku, gurumu, belajar darimu tentang nilai keberanian untuk mengakui kelalaian dan jujur terhadap diri kita sendiri.

(Enung Martina: seorang guru yang masih saja bodoh untuk banyak hal).

Kamis, 19 November 2009

VACATION WITH GOD

Retret : kembali melihat perjalanan hidup yang sudah dilalui untuk menentukan jalan ke depan yang lebih baik berdasarkan pengalaman yang lalu.
Dalam retret ini aku menyerahkan segalanya berjalan sesuai alur dan hembusan Roh Kudus yang akan membawaku pada pertemuanku dengan diriku dan juga Tuhan. Aku beranggapan retret ini sebagai sebuah liburan. Liburan bersama Tuhan.

Selayaknya sebuah liburan, aku mempersiapkan dengan senang karena mau berlibur. Kalau pada tiap liburan kita berlibur dengan keluarga atau bersama teman dan sohib. Dalam retret aku berlibur juga dengan sobat sejatiku, Yesus. Bersama dengan Bapa dan merasakan Roh-Nya yang kudus yang menjadi spirit dalam hidupku. Namun, ternyata tak mudah. Kedaginganku terkadang begitu besar daripada kehendak roh.

Aku berniat dan meyakini kalau berusaha melakukannya dengan baik, maka aku pasti akan menemukan apa yang kucari dan kubutuhkan. Jadi aku menikmati liburan ini bersama-Nya dengan santai, tak tergesa, dan tentunya siaga tapi menikmatinya.

Aku mempunyai pandangan bahwa dalam retret ini bukan banyaknya yang aku peroleh, melainkan isi yang mendalam yang mampu menumbuhkanku menjadi lebih baik. Sesuatu yang mempunyai daya untuk diriku sehingga membawaku kepada rasa syukur dan pemahaman. NON MULTA SID MULTUM. Bukan banyaknya, tetapi bobotnya.

Karena aku mau berlibur bersama DIA, jadi aku perlu mendengarkan DIA. Selama ini aku yang bicara terus. DIA yang mendengarkanku. Aku perlu diam dalam hening. Keheningan menjadi kunci untuk mendengarkan.

Aku berharap semua dinamika yang kualami dalam liburanku ini bisa menghadirkan DIA. Aku menghayati hal yang kulakukan dengan penuh sadar dan merasakan bahwa DIA ada bersamaku sedang berlibur. Tapi aku tidak mahir untuk lakukan itu. Aku masih terkadang meleng dan hilang sesaat sebelum kembali fokus pada kesadaran bahwa aku sedang berlibur bersama-Nya.

Dalam liburanku bersama-Nya, aku juga membawa orang lain dalam doaku. Kali ini secara special, aku membawa Nini (nenekku yang belasan tahun sudah tiada). Aku merasa perlu untuk melakukan itu. Karena ada keterikatan yang membawa dia padaku untuk secara khusus mendoakan beliau. Aku bawa dalam ujud 2x Misa. Aku adalah cucu kesayangannya. Aku merasakan doa-doanya dan semangatnya dalam hidupku, bahkan ketika beliau tiada. Selama ini aku tak sering mengingat beliau hanya kala ada Misa Arwah (2 November) untuk mendoakannya. Beliau bukan seorang Katolik, tetapi kebatinan Sunda. Namun, aku percaya surga itu tidak dikavling-kavling menjadi beberapa aliran. Mungkin aku salah, tetapi aku yakin bahwa kalau aku mendoakan Nini dengan cara Katolik, Doaku akan sampai juga dan Nini pun akan bahagia.

Yang kubawa dalam doaku sudah pasti adalah keluarga: Bob (suami tercinta), Metta, Aga, dan Renee. Yang lainnya aku bawa juga teman dalam pekerjaan yang dalam keseharian bersentuhan dan bergesekan. Juga orang-orang yang berpengaruh dalam hidupku. Rasanya kalau didaftar, nama tersebut akan sangat panjang. Sekedar menyebut nama mereka, mendoakan untuk kebahagiaan mereka, aku sudah merasa ikut memberi andil dalam hidup mereka, meski hanya dengan sebaris doa.

Begitulah aku berlibur bersama-Nya menikmati kebersamaan kami. Aku mensyukuri ini semua karena aku bisa menikmati ini dengan baik. Ada banyak yang kudapatkan. Untuk tulisanku ke depan akan kubagikan apa yang kudapat dalam liburanku bersama-Nya.

(Teh Nung yang masih menyisakan kenikmatan dalam hening yang manis.)

Selasa, 17 November 2009

SEPULANG DARI PERTAPAAN

Lama tidak menulis di blog tersayang ini. Ada banyak kegiatan yang menyita waktu sehingga tak sempat duduk untuk mengungkapkan aneka hal dalam tulisan. Empat hari tiga malam berada di pertapaan “Panti Samadhi” Sukabumi (12 November 2009-15 November 2009). Waktu yang cukup lama untuk diam, merenung, melihat apa yang sudah terjadi setahun dalam hidupku. Mendata berkat yang kuterima dan mensyukurinya begitu rupa. Mengorek luka yang agak infeksi dan membersihkannya dari sisa nanah dan kotoran agar luka itu cepat mengering dan sembuh seperti sediakala meski pasti akan meninggalkan carut. Carut itu akan menjadi kenangan bahwa aku pernah punya luka. Dari carut itu pula aku belajar untuk berhati-hati melalui hidup.

Namun, sungguh semua yang manis, pahit, pedas, asam, juga asin, serta aneka rasa hidup yang kujalani menjadikanku kaya begitu rupa. Aku begitu mensyukurinya. Aku melihat bahwa Tuhan begitu mencintaiku untuk membiarkan aku mengalami aneka macam peristiwa dalam hidupku. DIA mempercayaiku untuk aku bisa mengalaminya, menikmatinya, menghayatinya, menganalisisnya, dan memutuskan langkah yang terbaik dalam hidup. Dan yang paling penting dari semua itu adalah mensyukurinya.

O, Tuhan begitu banyak hal yang kualami selama setahun ini. Ada tawa, ada air mata, dan juga ada saat yang membuat aku diam dan berpikir serta merenungkan apa yang terjadi dalam hidupku. Takjub karena itu semua terjadi padaku. Terlena dalam keasyikan yang membuatku ada dalam kedaan terhipnotis dan tersihir. Ketika kita tersadar begitu jauh kita berjalan mungkin hampir sesat.
Untungnya selalu ada Malaikat Pelidung yang menjaga kita dan mengingatkan kita untuk selalu setia pada tujuan hidup semula. Meski terkadang Malaikat Pelindung suka agak telat sepertinya menurut ukuran kacamata manusia. Tapi ukuran waktu Tuhan segalanya pas, tepat pada waktunya, sesuai rancangan dan kehendak-Nya.

Bila aku berpikir menurut sudut pandangku sendiri yang egois ternyata aku ini suka membawa kehendak sendiri. Orang Sunda mengatakan mawa karep sorangan. Sering lupa kalau aku ini ada bersama orang lain. Karena aku sedang asyik, lupa bahwa mungkin yang aku senangi, yang membahagiakanku, atau yang menurutku baik, ternyata bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain. Itulah manusia yang serba kedagingan.

Namun, dari semua hal yang egois itu aku tetap mendapat pelajaran yang sangat berarti. Pelajaran tentang cinta akan hidup, persahabatan, kesetiaan, kemauan untuk berbagi, ketaatan, dan aneka nilai lain. Dari semua nilai itu yang paling besar adalah pelajaran tentang cinta. Aku benar-benar merasa dicintai. Rasanya hidupku penuh karenanya.

Mencintai diri sendiri dengan peduli terhadap kesehatan. Tak membiarkan diri sendiri kelelahan, tertekan, juga sakit fisik, atau mental. Berusaha menyeimbangkan semua dengan baik. Karena diriku adalah saluran kasih Allah. Karena itu, kalau aku tidak memperhatikan diriku artinya aku tidak peduli pada orang lain. Prinsipnya tubuh adalah Bait Allah. Mencintai diriku berarti juga mencintai orrang-orang yang kucintai, terlebih Tuhan.

Mencintai orang lain itu adalah yang kedua yang rill bisa kualami. Orang lain itu banyak sekali, dimulai dari pasangan hidup yang dengan segala kekurangan dan kelebihannya aku cintai dan mencintaiku dengan apa adaku. Berikutnya adalah buah hati yang untuk itulah aku berjuang sehingga jelas arah tujuan hidupku. Karena merekalah hidupku terasa lebih bermakna. Untuk para sahabat dan teman-teman yang dengan cinta mereka menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk ada pada saat aku terpuruk. Mereka adalah malaikat-malaikat yang tak bersayap yang ada kala aku membutuhkan bantuan. Selanjutnya adalah orang tuaku yang tak setiap saat bisa aku temuai. Meski jauh dorongannya dan doanya sangat terasa. tanpa mereka aku tak akan hidup di dunia ini. Saudara-saudara kandung yang menyemarakkan juga hidupku dengan perasaan bahwa aku pernah tinggal dalam perut yang sama. Saudara-saudara sepupu atau saudara jauh serta para keponakan. Juga mereka menjadi penyemarak hidupku. Demikian pula para murid yang tiap hari aku berjumpa dengan mereka. Dengan keremajaan mereka mengajarkanku untuk terus mempunyai semangat muda. Berkat mereka aku tak pernah merasa tua. Bahkan orang-orang yang sudah tiada, sudah berpulang pada keabadian, para pinisepuh serta para leluhur yang juga menjadi bagian dalam hidupku. Karena cinta mereka aku bisa berdiri hingga sekarang. Selain itu, orang-orang yang kita temui baik langsung atau tak langsung yang tak punya hubungan khusus atau status apa pun dalam hidupku. Mereka juga berperan untuk membuat aku ada.

Akhirnya aku juga mencintai semesta ini yang tercipta untukku. Aku ada di dalamnya. Aku berdegup bersamanya. Sadar atau pun tidak aku terikat kepadanya.

Dan akhirnya yang paling besar dari semua itu adalah pada DIA, Sang Pencipta, sumber dari segala sesuatu. DIA memberikan cinta yang tak bersayarat untukku. Aku memberikan cinta pada DIA yang hanya setetes air di samudra yang maha luas. Tak berarti. Kepada DIA-lah tujuan hidupku dan sumber hidupku.

Begitulah empat hari tiga malam aku bergumul dalam retretku. Waktu yang tersedia untuk sejenak rehat dari kesibukanku memperpanjang nafasku dan memperpanjang nyawaku. Syukur untuk waktu khusus ini. Syukur karena aku memiliki waktu itu karena aku tahu banyak orang tak mempunyai kesempatan itu. Aku mendapatkannya gratis. Aku mendapatkan lebih daripada yang aku harapkan.

Bila aku mengeluh dalam perjalananku, bila aku bertemu kepahitan dalam perjuanganku, semuanya seolah menguap dalam rasa syukurku. Rasa sakit, keluhan, dan luka yang kualami itu hanya bumbu yang menyedapkan hidupku. Itu adalah bagian yang memang harus ada dalam hidupku agar semuanya sempurna adanya. Terimakasih Bapa, Terima kasih Yesus, terima kasih Roh Kudus. Aku mabuk dalam rasa syukur.

(Sedang bersermangat karena baru di charge selama retret di Sukabumi. Semoga sinyalnya kuat terus sepanjang tahun.)

Sabtu, 07 November 2009

DOA ADALAH KEKUATAN

Dua minggu adalah waktu yang lama untuk mengalami sakit flu. Badan terasa lemas dan selera makan menurun hingga berat badan juga turun. Ya… enaknya turun berat badan tanpa harus diet. Tetapi kalau didera sakit juga ya tidak enak. Dua minggu ini banyak yang kutemukan terutama pelajaran berharga tentang hidup yang kutemukan. Meski sedang flu catatan kecilku tetap terisi, hanya ketika mau menuangkan di depan komputer terasa badan tak enak. Karena itulah catatan di Ursa Minor juga tidak bertambah. Inilah catatan yang akan kubagi pada Saudara-Saudariku yang suka jalan-jalan di dunia maya:

Dua minggu ini aku banyak merenung tentang perjalanan hidupku. Berada bersama keluarga asal di kampung membawaku pada seorang pribadi yang cukup tangguh untuk menghadapi berbagai tantangan. Meski terkadang aku mengeluh juga kala sampai pada situasi yang rasanya mentok tak bisa lakukan apa pun.

Pendidikan formal di SD kampung dan SMP desa juga membuatku merasa mempunyai kenangan masa kanak-kanak yang lengkap. Pendidikan menengah di kota besar dan tinggal di asrama di bawah asuhan para suster Ursulin juga membawaku pada pribadi yang mengenal Yesus dari sisi lain. Juga perguruan tinggi di kota Jogya menyisakan banyak kenangan yang teramat manis bila dikenang. Suka duka silih berganti memperkaya jiwa dan memperkuat hati.

Pengalaman berkeluarga mempunyai anak dan suami juga lebih memperkaya lagi. Terutama ketika menjadi seorang ibu. Kekayaan itu tak bisa diungkapkan dalam goresan sederhana ini. Itu adalah anugrah terbesar yang Tuhan percayakan untukku.

Pengalaman berelasi dengan berbagai macam orang juga menjadi salah satu bagian yang mendewasakan diriku. Pertemanan dan persahabatan juga menjadi bagian yang membawaku pada rasa syukur karena aku melihat Tuhan pada teman dan sahabatku. Terkadang dalam relasi itu muncul konflik dan salah pengertian yang membawa kita untuk bisa bersabar dan melihat segalanya dengan lebih jeli lagi.

Rasa sakit hati atau mungkin luka terkadang kita alami dalam relasi. Namun, semuanya tak menghilangkan makna dari semua itu. Malah kita menjadi belajar lebih mengenal diri kita dan lebih memahami orang lain. Kebijaksanaan dalam situasi seperti itu pun muncul. Kita mendapat pelajaran berarti. Untuk apa pun : kegembiraan atau pun kesedihan kita patut mengucap syukur karena kita diperkaya.

Ada sebuah doa yang tak sengaja kutemukan pada lembar doa yang dicetak orang untuk ucapan syukur karena doa terkabul. Lembar doa itu diletakkan di meja depan pintu gereja siapa pun yang memerlukannya boleh ambil. Begini bunyi doa itu:

DOA MOHON KEKUATAN
Tuhan Yesus, melalui kuasa Roh Kudus, masuklah ke dalam ingatanku saat aku tidur.
Luka-luka dalam diriku karena aku sendiri, sembuhkanlah luka-luka itu.
Luka-luka yan g aku derita karena orang lain, sembuhkanlah luka-luka itu.
Semua persahabatan dalam hidupku, yang telah dirusakkan dan aku tidak menyadarinya, pulihkanlah persahabatan-persahabatan itu.
Tetapi Tuhan, bila ada hal yang perlu aku lakukan, bila aku harus pergi kepada seseorang, karena dia sedang menderita karena perbuatanku, bawalah orang itu ke dalam kesadaranku.
Aku hendak memaafkannya dan aku mohon untuk dimaafkan.
Hilangkan segala bentuk kebencian yang mungkin ada dalam hatiku, ya Tuhan, dan penuhilah ruang yang kosong dengan cinta-Mu. Amin.

Betul adanya isi doa tersebut. Banyak relasi yang melukai orang lain juga diri kita, baik sengaja maupun tak sengaja. Untuk memulihkan itu semua hanya hati yang terbuka untuk menerima dan memberi maaf. Doa memang kekuatan untuk menjalani hari-hari kita yang bahagaia, gembira, yang biasa saja, bahkan yang menekan serta mendesak, atau gelap sekalipun.

(Teh Enung yang baru sembuh dari flu, tetapi masih kliyeng-kliyeng karena tekanan darah drop)