Senin, 27 Januari 2020

JEJAK LANGKAH 30


Perjamuan Terakhir - The Last Supper


Matius 26:17-29

26:17 Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi   datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: "Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah   bagi-Mu?" 26:18 Jawab Yesus: "Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku   hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku." 26:19 Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan Paskah. 26:20 Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu. 26:21 Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.  " 26:22 Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya: "Bukan aku, ya Tuhan?" 26:23 Ia menjawab: "Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku.  26:24 Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia,   akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan." 26:25 Yudas, yang hendak menyerahkan Dia   itu menjawab, katanya: "Bukan aku, ya Rabi?  " Kata Yesus kepadanya: "Engkau telah mengatakannya."

26:26 Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya  lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku." 26:27 Sesudah itu Ia mengambil cawan,   mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. 26:28 Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian  yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa  26:29 Akan tetapi Aku berkata kepadamu: mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu  dalam Kerajaan Bapa-Ku."



RUANG PERJAMUAN

Di manakah kutipan Injil di atas terjadi? Banyak penafsiran tempat terjadinya peristiwa tersebut. Dari sekin banyak perkiraan diambil lokasi yang paling mendeketai fakta dalam Al Kitab. Maka berdasarkan penelitian, ruangan tersebut merujuk ker Ruangan Atas Cenacle yang terletak di kawasan Gunung Sion, Yerusalem. Di Cenacle ini tempat dua peristiwa besar dalam jemaat Kristen mula-mula diperingati: Perjamuan Makan Malam Terakhir dan turunnya Roh Kudus atas para rasul.

Perjamuan makan malam terakhir adalah ketika Yesus makan bersama dengan para rasul-Nya pada malam sebelum Dia meninggal. Bagi Gereja Katolik, saat perjamuan makan malam itu, Dia (Yesus) mengadakan Ekaristi pertama. Peringatan peristiwa tersebut sudah dilakukan, terus dilakukan, dan akan terus dilakukan oleh umat Allah yang mengimani-Nya.

Cenacle terletak di lantai atas sebuah bangunan tingkat dua dekat Gereja Dormition, sebelah selatan Pintu Gerbang Sion di tembok Kota Kuno Yerusalem. Di atasnya, terdapat menara sebuah masjid Muslim; tepat di bawahnya adalah tempat suci kaum Yahudi yang dihormati/dipandang sebagai makam Raja Daud (meskipun dia tidak dikuburkan di sana).

Dalam Injil Markus (Mar 14:14-15)  jelas kata ruangan atas sebagai latar tempat disebutkan :  dan katakanlah kepada pemilik rumah yang dimasukinya: Pesan Guru: di manakah ruangan yang disediakan bagi-Ku untuk makan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku? Lalu orang itu akan menunjukkan kamu sebuah ruangan atas yang besar, yang sudah lengkap dan tersedia. Di situlah kamu harus mempersiapkan perjamuan Paskah untuk kita!"


Penelitian arkeologis menunjukkan bahwa reruntuhan ruangan itu (ruang atas tempat Perjamuan Terakhir) telah dibangun. Lokasinya ditemukan  di atas sebuah sinagoge-gereja yang dibangun oleh komunitas Kristen-Yahudi Yerusalem pada abad pertama. Potongan-potongan plester/gips yang ditemukan memiliki coretan-coretan dalam bahasa Yunani, yang salah satunya diterjemahkan mencantumkan nama Yesus. Ini diperkirakan adalah gereja Kristen mula-mula.

Lokasi lain yang dianggap mendekati sebagai lokasi tandingan adalah Syrian Orthodox Church of St. Mark (juga terdapat di Gunung Sion), yang juga mengakui memiliki “ruangan atas”.
Di mana pun lokasinya, tempat asli Perjamuan Makan Malam Terakhir merupakan sebuah ruangan makan malam sederhana –- agak berbeda dengan yang digambarkan dalam lukisan-lukisan Leonardo da Vinci dan seniman-seniman lainnya.
Ruang atas yang kami kunjungi keberadaannya merupakan restorasi kapel Crusader (jaman Perang Salib) yang dibangun pada abad ke-12 sebagai bagian dari Church of Our Lady di Gunung Sion. Cenacle yang bergaya Gotik ini bentuknya diperthanakan sesuai aslinya.
Saat kami mengunjungi cenacle ini tampak  di antara rincian arsitektural pada masa Crusader, terdapat sebuah tiang pualam tipis yang menyangga kanopi batu di pojokan barat daya. Diukir dengan sangat indah di atas tiang, dua burung undan muda memakan/menghisap darah ibu mereka yang diambil dari dadanya. Lukisan ini melambangkan Kristus yang mencurahkan darah-Nya untuk keselamatan umat manusia.
Pada abad ke-16, setelah Turki merebut Yerusalem, ruangan itu diubah menjadi masjid untuk mengenang Nabi Daud. Mihrabnya atau kiblat (relung yang menunjukkan arah Mekah) dan jendela-jendela kaca berwarna dengan tulisan-tulisan Arab dibiarkan tetap ada di rangan itu.
Menurut salah satu tradisi Kristen awal, “ruangan atas” adalah rumah Maria, ibu Yohanes Markus. Dia adalah penulis Kitab Injil Markus (dan juga diduga adalah seorang muda yang melarikan diri dengan telanjang, melepaskan kain linennya, melarikan diri dari penguasa yang hendak menangkapnya ketika Yesus ditangkap di taman Getsemani, sebuah peristiwa yang dia catat dalam Markus 14:51. Ada seorang muda, yang pada waktu itu hanya memakai sehelai kain lenan untuk menutup badannya, mengikuti Dia. Mereka hendak menangkapnya,
Rumah ini terletak di dalam tembok kota Yerusalem (Old City), di sebuah bagian yang menjadi tempat tinggal sebagian besar penduduk Kota Yerusalem. Rumah ini juga konon katanya adalah rumah yang didatangi Petrus setelah malaikat Tuhan membebaskannya dari penjara. Kisah Para Rasul 12:12-16 : Dan setelah berpikir sebentar, pergilah ia (Petrus) ke rumah Maria, ibu Yohanes yang disebut juga Markus.  Di situ banyak orang berkumpul dan berdoa.   12:13 Dan ketika ia mengetuk pintu gerbang, datanglah seorang hamba perempuan bernama Rode untuk mengetahui siapa yang mengetuk itu.   12:14 Ia terus mengenal suara Petrus, tetapi karena girangnya   ia tidak membuka pintu gerbang itu dan segera masuk ke dalam untuk memberitahukan, bahwa Petrus ada di depan pintu gerbang. 12:15 Kata mereka kepada perempuan itu: "Engkau mengigau." Akan tetapi ia tetap mengatakan, bahwa benar-benar demikian. Kata mereka: "Itu malaikatnya.  " 12:16 Tetapi Petrus terus-menerus mengetuk dan ketika mereka membuka pintu dan melihat dia, mereka tercengang-cengang.
Berkaitan dengan peristiwa Perjamuan terakhir ini, Injil Markus (yang bersumber dari kesaksian Petrus) dan Lukas mencatat lebih detail bahwa Yesus menyuruh 2 orang murid-Nya, Petrus dan Yohanes, dengan pesan: "Pergilah ke kota; di sana kamu akan bertemu dengan seorang yang membawa kendi berisi air. Ikutilah dia dan katakanlah kepada pemilik rumah yang dimasukinya: Pesan Guru: di manakah ruangan yang disediakan bagi-Ku untuk makan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku? Lalu orang itu akan menunjukkan kamu sebuah ruangan atas yang besar, yang sudah lengkap dan tersedia. Di situlah kamu harus mempersiapkan perjamuan Paskah untuk kita!" Maka berangkatlah kedua murid itu dan setibanya di kota, didapati mereka semua seperti yang dikatakan Yesus kepada mereka.
HIDANGAN PASKAH YAHUDI
Perjamuan Paskah merupakan upacara makan bersama yang secara rutin dilakukan oleh bangsa Israel sejak Musa menetapkan tata cara makan saat Paskah. Perjamuan Paskah Yahudi untuk memperingati keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Sebagaimana masyarakat pada umumnya  menyiapkan hidangan Lebaran/Natal/Imlek, demikian pula bangsa Yahudi menyiapkan perjamuan Paskah.

Menurut sebuah sumber yang dinamakan mempersiapkan Paskah adalah menyiapkan hidangan Paskah. Sebagaimana Yoh 19:14, disebutkan adanya hari persiapan Paskah. Maka pada saat itu seluruh bangsa Yahudi sedang semarak menyiapkan hidangan Paskah. Hari persiapan Paskah adalah hari libur. Di Israel pada masa itu, hanya beberapa orang yang diizinkan bekerja, yaitu penjahit dan pembuat sepatu (untuk menyelesaikan pesanan pakaian baru Paskah), pemangkas rambut, pencuci baju (laundry) dan – ini yang menarik – perusahaan katering. Sumber-sumber kuno menjelaskan bahwa sejak dulu bisnis katering untuk menyiapkan hidangan Paskah sudah ada.


Seperti apakah hidangan/menu Paskah pada masa itu? Setiap jamuan Paskah disiapkan beberapa makanan utama: roti tidak beragi, sayur pahit, anggur, sedikit daging domba, dan beberapa makanan penyerta lainnya (seperti sup, buah-buahan, kacang-kacangan dll.).

Tradisi Hari Raya Paskah Yahudi ternyata  ada tata cara sbb.:
Diawali dengan ‘memberkati anggur’, akan disiapkan 4 cawan anggur yang melambangkan tindakan Tuhan (Yahwe) atas bangsa Israel dalam Kel 6:6-7, yaitu membebaskan, melepaskan, menebus, dan mengangkat. Saat itu kisah pembebasan bangsa Israel dari Mesir dibacakan dengan antusiasme dari para hadirin, khususnya anak-anak. Mereka selalu diajarkan untuk bertanya pertanyaan yang sama setiap merayakan Paskah: “ Apa yang membedakan malam ini dengan malam lainnya? “


Setelah minum cawan anggur yang pertama, sayuran dihidangkan. Sayuran yang disajikan adalah sayur pahit sebagaimana di dalam Kel 12:8  Dagingnya harus dimakan mereka pada malam itu juga; yang dipanggang mereka harus makan dengan roti yang tidak beragi beserta sayur pahit. Sayur pahit melambangkan perbudakan. Sayur yang biasa disajikan adalah mallow, chicory dan lobak. Mallow dan chicory adalah tanaman perdu yang ada di Israel.

Setelah itu, pemimpin upacara akan mengambil roti tidak beragi, memegangnya dan berkata dalam bahasa Aram:
“Inilah roti penderitaan. Biarlah yang lapar datang dan makan.” Perkataan inilah yang dikutip Yesus saat perjamuan terakhir, yang secara khusus menjelaskan tentang penderitaan-Nya. Roti tidak beragi menjadi menu Paskah karena sejarahnya pada saat mau meninggalkan Mesir, bangsa Israel terburu-buru sehingga tidak sempat mengolah adonan dengan ragi (Kel 12:39).
Terkadang roti itu dicelupkan ke dalam pinggan (Mar 14:20). Tidak dijelaskan apa isi pinggan itu, apakah sup daging, kacang merah atau sayuran.

Di akhir jamuan, rombongan pemazmur yang disebut Hallel (Maz 113-118) akan menyanyikan mazmur sebagaimana disebutkan dalam Mat 26:30 dan Mark 14:26. Begitulah upacara Malam Paskah tradisi Israel.

MALAM PERJAMUAN TERAKHIR


Pada hari itu (13 Nisan siang hari) murid-murid Yesus datang kepada-Nya dan berkata: "Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?". Kisahnya seperti yang kita  baca di atas tentang Ruang Atas.

Setelah hari malam (14 Nisan malam), datanglah Yesus bersama-sama dengan kedua belas murid ke dalam ruangan yang sudah dipersiapkan itu.

Catatan tentang tanggal 14 Nisan: Hari itu merupakan hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi (Matius 26:17, Markus 14:12, Lukas 22:7), tanggal 14 Nisan (atau 14 Abib) dalam kalender Yahudi, sesuai peraturan hukum Taurat dalam Keluaran 12:18: "Dalam bulan pertama, pada hari yang ke-14 bulan itu pada waktu petang (=malam), kamu makanlah roti yang tidak beragi, sampai kepada hari yang ke-21 bulan itu, pada waktu petang." Hari itu juga disebut "hari persiapan".

Perhitungan hari orang Yahudi dimulai dari matahari terbenam, jadi malam dulu baru berakhir pada sore hari berikutnya. Jadi sore hari tanggal 14 Nisan berarti besok sorenya untuk penanggalan Masehi, dan tanggal 15 Nisan malam dimulai beberapa jam kemudian setelah matahari terbenam pada hari yang sama menurut penanggalan Masehi.

Pada sore hari tanggal 14 Nisan, maka orang harus menyembelih domba Paskah (Lukas 22:7), untuk dimakan pada malam hari tanggal 15 Nisan, yaitu hari Paskah Yahudi (Yohanes 13:1), sesuai peraturan hukum Taurat dalam Keluaran 12:6,8: "Lalu seluruh jemaah Israel yang berkumpul, harus menyembelihnya (domba itu) pada waktu senja... Dagingnya harus dimakan mereka pada malam itu juga; yang dipanggang mereka harus makan dengan roti yang tidak beragi beserta sayur pahit."

Ketika mereka sedang makan, bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. Semua murid dibasuh kakinya, termasuk Yudas Iskariot, yang mengkhianatiNya.


Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?" Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak." Kata Petrus kepada-Nya: "Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya." Jawab Yesus: "Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku." Kata Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!" Kata Yesus kepadanya: "Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua." Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: "Tidak semua kamu bersih."


Sesudah Yesus membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Selanjutnya Ia menjelaskan makna pembasuhan kaki tersebut.

Matius dan Markus mencatat: Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku." Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa. Akan tetapi Aku berkata kepadamu: mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku.”

Pada Perjamuan Malam Terakhir inilah, Yesus menetapkan Sakramen Perjamuan Kudus atau disebut juga "institusi", yang hingga saat ini menjadi bagian sentral dalam banyak liturgi gereja-gereja Kristen. Kata-kata institusi didasarkan pada 1 Korintus 11:23-26, Lukas 22:15-20, Markus 14:22-25, Matius 26:26-29.


Pada sore hari tanggal 14 Nisan, bersamaan dengan penyembelihan domba Paskah, Yesus Kristus menyerahkan nyawa-Nya di atas kayu salib, sebagai Domba Allah, bagi tebusan dosa seluruh umat manusia.

Dengan demikian bila dilihat dari urutan penanggalan Yahudi, sepintas dari ketiga Injil Sinoptik memberi kesan bahwa Perjamuan Terakhir itu sama dengan Perjamuan Paskah, yang lazimnya dilaksanakan pada tanggal 15 Nisan malam. Jika ini benar, maka berarti Yesus mati pada tanggal 15 Nisan sore, padahal domba Paskah disembelih pada tanggal 14 Nisan sore. Pembacaan lebih teliti dan perbandingkan dengan catatan Injil Yohanes menunjukkan bahwa Perjamuan Terakhir ini bukan Perjamuan Paskah yang resmi, karena tidak ditulis dalam ketiga Injil Sinoptik bahwa domba Paskah telah disembelih atau dipanggang untuk perjamuan tersebut. Lagi pula Injil Yohanes menyebutkan bahwa perjamuan perpisahan ini terjadi sebelum penyembelihan domba Paskah (Yohanes 13:1).[22][23][24]


Pada kesempatan itu pula Yesusu memberikan pesan kepada murid-Nya : "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."

Setelah makan Perjamuan Malam Tuhan, Yesus berkata kepada para rasulnya supaya mereka tetap berani dan kuat dalam iman. Akhirnya, mereka menyanyikan pujian kepada Allah dan kemudian pergi. Waktu itu sudah sangat larut malam, barangkali lewat tengah malam. Mari kita lihat ke mana mereka pergi. Mereka pergi ke Taman Zaitun atau taman Getsemani.

LUKISAN THE LAST SUPPER


Inspirasi dari kisah Injil tentang Perjamuan Terakhir Tuhan Yesus menginspirasi banyak seniman. Salah satunya adalah si Jenius : Leonardo da Vinci.

Perjamuan Terakhir (bahasa Italia: Il Cenacolo dibaca : [il tʃeˈnaːkolo] adalah sebuah lukisan mural  abad ke-15 akhir oleh Leonardo da Vinci pada dinding di dalam gereja Santa Maria delle Grazie, Milan, Italia. Lukisan ini merupakan salah satu lukisan paling terkenal di dunia.

Lukisan ini menimbulkan penafsiran baik yang posotif (religious) maupun yang negatif (rumor dan gossip). Berdasarkan lukisan ini pula lahir karya-karya Dan Brown yang mengguncang dengan judul  The Da Vinci Code. Novel ini mengeksplorasi suatu alternatif sejarah religious.


Lukisan The Last Supper diduga telah dimulai sekitar tahun 1495-1496 dan dipesankan sebagai bagian dari rencana renovasi gereja dan bangunan konvennya oleh penyokong dana  Leonardo, yaitu Ludovico Sforza, Adipati Milan. Lukisan ini menggambarkan suasana Perjamuan Terakhir Yesus dengan para rasulnya, seperti yang diceritakan dalam Injil Yohanes, 13:21.[2] Leonardo telah melukiskan kekhawatiran yang terjadi di antara Dua Belas Murid ketika Yesus mengumumkan bahwa salah satu dari mereka akan mengkhianatinya.

Lukisan ini dibuat oleh Davinci secara langsung.  Lain  halnya dengan  lukisan-lukisan yang di lukis di atas kain atau kertas, di mana pigmen yang dicampur dengan plester basah, dan tentunya belum teruji dengan baik. Sebelum lukisan ini selesai banyak masalah yang timbul seperti cat yang mengelupas dari dinding, Leonardo pun harus memperbaikinya berulang-ulang.
Lukisan ini dibuat Leonardo tidak langsung jadi. Diperlukan waktu 7 tahun untuk menyelesaikannya. Konon kisahnya,  gambar keduabelas  rasul serta Yesus sendiri yang sedang mengadakan perjamuan terakhir ini dilukis berdasarkan model orang-orang yang hidup.

Mural yang telah digandakan begitu banyaknya dan dicetak di berbagai media ini memiliki ukuran asli 460 cm × 880 cm, sang pelukis ingin menggambarkan respon yang berbeda-beda dari keduabelas murid mulai dari terkejut, marah dan tidak percaya bahwa hal itu akan terjadi bahwa ada yang menghianati Sang Guru. Figur dan respon setiap murid awalnya tidak diketahui, yang bisa diketahui dengan jelas hanya figur Yesus, Petrus, Yohanes dan Yudas, baru pada abad ke 19, berkat penemuan manuscript yang isinya merupakan catatan harian Leonardo da Vinci, nama-nama atau sosok dari lukisan tersebut dapat diketahui dengan pasti.


Meskipun banyak penafsiran ganda yang dimanfaatkan orang tertentu untuk yang sifatnya duniawi seperti mencari sensasi, popularitas, dan tentunya ujung-ujungnya duit, The Last Supper adalah karya yang luar biasa. Selama bertahun-tahun lukisan ini telah mengalami banyak kehancuran misalnya dibom saat peperangan. Namun, pada akhirnya bisa dipulihkan.

Lukisan The Last Supper merupakan kejeniusan dan salah satu bentuk ekspresi sang maestro, yang memang pada jaman itu terkenal dengan seniman-seniman dengan ratusan karya kekristenanya. Di balik itu semua,  adalah Iman yang benar dari pelukisnya yang  ditempa melalui fakta kebenaran dengan landasan Firman Tuhan dan bukan untuk mencari keduniawian. Ketika pada akhirnya lukisan mural ini menjadi terkenal karena memang ada ruh sang seniman yang dilandasi keimannanya pada satu SOSOK yang dilukisnya. Bila sekarang banyak  interpertasi mural tersebut menjadi melenceng, itu adalah tanggung jawab pribadi tiap orang yang menginterpretasikannya.

(Ch. Enung Martina: Teriring ucapan terima kasih tak terhingga kepada : Sr. Francesco Maryanti,OSU yang menjadi jalan semua ini teralami, Romo Hendra Suteja, SJ pembimbing rohani yang kepada beliau kebijaksanaan diberikan Tuhan, kepada Romo Sugeng yang mempunyai talenta untuk menghibur, kepada Mas Edi dan Mas Engki yang tak lelah melayani,  kepada seluruh tour guide, crew di bis, dan seluruh peserta ziarah dari Keluarga besar Santa Ursula BSD.)




Minggu, 19 Januari 2020

JEJAK LANGKAH 29

TEMBOK RATAPAN


Seperti yang sudah diketahui umum, Jerusalem atau Yerusalem merupakan destinasi paling opuler di Israel dan Palestina. Sebagai kota suci Yahudi, Nasrani, dan Islam kota Tua Yerusalem ramai oleh wisatawan sepanjang tahun.Salah satu yang terkenal, di sini terdapat Tembok Ratapan, tempat orang-orang Yahudi beribadah hingga menangis. Mari kita mengenal Tembok Ratapan lebih dekat.

Kawasan Tembok Ratapan di Yerusalem dipercaya sebagai lokasi terpenting dan tersuci yang dimiliki oleh umat Yahudi. Tembok yang terletak di bagian barat ini merupakan peninggalan dari Bait Suci kedua yang dihancurkan Kerajaan Romawi pada tahun 70 Masehi. Bait Suci pertama yang dibangun Raja Salomo dihancurkan oleh Nebukadnezar dari Babilonia pada tahun 587 SM.

Selama lebih dari 3.500 tahun, Yerusalem berulang kali dikuasai oleh berbagai penakluk yang berbeda. Penguasaan Tembok Ratapan terus menjadi titik pertikaian hingga abad ke-20 dan awal abad ke-21. Yahudi menguasai kembali tembok tersebut pada tahun 1967.


Berbicara tentang peninggalan sejarah, ekskavasi atau penggalian arkeologi dilakukan pemerintah Israel di mana-mana karena mereka sangat getol mencari tau akar sejarah mereka. Makanya bila ke Israel, kita bisa melihat ada aja yang digali. Kayaknya aktivitas gali-menggali merupakan bagian yang biasa di Israel, sama seperti di Indonesia juga kan? Bedanya kalao di Israel yang digali situs-situs peninggalan kuno, kalau di Indonesa menggali untuk keperluan pemasangan kabel dan perbaikan jalan atau gorong-gorong.

Kembali ke situs Tembok Ratapan. Tembok ini adalah sisa dinding Bait Suci di Yerusalem yang dibangun oleh Raja Salomo. Bait Suci itu hancur ketika orang-orang Yahudi memberontak kepada kerajaan Romawi pada tahun 70 Masehi. Panjang tembok ini aslinya sekitar 485 meter, dan sekarang sisanya hanyalah 60 meter. Orang Yahudi percaya bahwa tembok ini tidak ikut hancur sebab di situlah berdiam "Shekhinah" (Kehadiran Ilahi). Jadi, mereka percaya berdoa di situ sama artinya dengan berdoa kepada Hadirat Tuhan.

Amazine.co menulis, tembok Ratapan merupakan dinding batu yang menjulang sekitar 18,9 m dari atas tanah. Tembok ini dianggap situs sakral oleh orang Yahudi, dan ribuan orang berziarah di sana setiap tahunnya. Orang Yahudi meyakini dinding tersebut sebagai bagian dari Bait Suci (Bait Allah)  Kedua yang telah berdiri selama ratusan tahun.


Raja Herodes memerintahkan renovasi dan perluasan kuil sekitar tahun 19 SM, dan pekerjaan itu tidak selesai sampai sekitar 50 tahun kemudian. Kuil ini lantas dihancurkan oleh Roma sekitar tahun 70 M, hanya beberapa tahun setelah selesai. Tembok Ratapan secara luas diyakini sebagai satu-satunya bagian Bait Suci yang masih berdiri.

Orang Yahudi sebenarnya menamai tembok tersebut sebagai Tembok Barat, atau HaKotel Hama'aravi dalam bahasa Ibrani. Perang yang tidak berkesudahan di atas mengakibatkan bagian Bait Allah hanya tersisa pada bagian sebelah barat.   Sedangkan  orang nonYahudi menyebutnya sebagai Tembok Ratapan. Dinamai Tembok Ratapan karena di situ orang Yahudi berdoa dan meratapi dosa-dosa mereka dengan penuh penyesalan. Selain mengucapkan doa-doa, orang Yahudi juga meletakkan doa mereka yang ditulis pada sepotong kertas yang disisipkan pada celah-celah dinding tembok itu.


Dinding Tembok Ratapan  dibagi dua dengan sebuah pagar pemisah (mechitza) untuk memisahkan laki-laki dan perempuan. Orang Yahudi Ortodoks percaya bahwa mereka tidak boleh berdoa bersama-sama dengan kaum perempuan. Ada pintu masuk terpisah untuk pria dan wanita, meskipun mereka dapat berkumpul kembali di dalam tembok.

Bagian utama dari tembok, di mana orang pergi untuk berdoa, memiliki panjang sekitar 57 m dan terbuat dari batu kapur meleke. Sebagian besar batu memiliki berat hingga 1,814.4 kg atau lebih, dan satu batu terbesar yang disebut Batu Barat, beratnya mencapai lebih dari 500.000 kg.


Menurut Alkitab ada bait pertama agama Yahudi kuno di Yerusalem. 1 Raja-raja 6:1, "...maka Salomo mulai mendirikan rumah bagi Tuhan." Bait Allah yakni tempat peribadatan yang dibangun di masa Raja Salomo.

Setelah Raja Salomo wafat, Israel dilanda oleh perang saudara. Wilayah kerajaan pun kemudian dibelah menjadi dua. Sebelah utara Israel dengan ibukota Samaria, sementara Yerusalem merupakan ibukota bagian selatan Yehuda.

Tembok Ratapan dapat dikunjungi setiap saat sepanjang hari. Pengunjung biasanya digeledah secara menyeluruh untuk tujuan keamanan.

Umat Yahudi dari seluruh dunia dan wisatawan dari berbagai latar belakang agama berdoa di Tembok Ratapan sebab tembok ini diyakini memiliki telinga Tuhan. Sementara bagi orang yang tidak dapat berdoa secara langsung di tembok bisa menitipkan doanya atau kaddish (sebuah doa Aramaik yang mengagungkan dan menguduskan nama Tuhan) dengan cara menuliskannya dalam sebuah secarik kertas dan diselipkan di sela-sela dinding. Kegiatan ini disebut dengan Kvitelach.

Tradisi doa inilah yang menjadi salah satu peninggalan dari bait suci membuat banyak orang rela terbang ke Yerusalem hanya untuk mengunjungi Tembok Ratapan. Tentunya para wisatawan sekaligus melakukan kegiatan wisata religi lainnya.


Hingga sekarang tetap terjadi permusuhan antara pihak Yahudi dan Muslim menyangkut  Tembok Ratapan ini. Namun, tembok ini telah menjadi simbol rekonsiliasi antara Yahudi dan Katolik. Pada tahun 2000, Paus Yohanes Paulus II menjadi orang Katolik pertama yang mengunjungi dan berdoa di Tembok Ratapan. Paus juga meminta maaf atas penganiayaan yang dilakukan oleh Katolik pada Yahudi selama berabad-abad.

Ada kisah menarik yang terjadi pada suami saya (Yohanes Bob Hariyadi) pada tahun 2008 kami mengunjungi Tembok Ratapan. Bob dan Pak Andreas terpisah dari rombongan saat memasuki Tembok Ratapan. Mereka berdua berjalan menuju ke araah samping bagian tembok. Ternyata malah mereka berdua menemukan situs tembok yang sangat kuno yang tak ditemukan rombongan kami.

Rupanya yang ditemukan Pak Bob dan Pak Andreas adalah terowongan Tembok Ratapan yang lokasinya dempet dengan kawasan Masjid Kubah Emas dan Masjid Al Aqsha. Bagian tersebut disebut Western Wall Tunnel. Sebetulnya nonYahudi tidak boleh masuk lokasi ini. Tapi karena kegemaran Pak Bob mengambil gambar, maka dia tersesat masuk ke situ.


Sisi tembok itu sesungguhnya adalah  lokasi yang dianggap lebih dekat dengan Ruang Maha Suci dari Bait Suci. Di Ruang Maha Suci inilah tersimpan Tabut Perjanjian, tempat hadirat Tuhan turun dan cuma imam keturunan Lewi saja yang bisa masuk Ruang Maha Suci saat Bait Suci kuno masih berdiri.

Kata Pak Bob di sisi ini terdapat pilar-pilar besar dan fondasi yang ribuan tahun usianya, juga ada sebuah batu yang super besar dan berat dengan perkiraan berat  570 ton. Batu itu  dalam keadaan utuh, bukan berbentuk potongan-potongan.

Tentu saja saya juga rombongan tidak sampai ke sisi tersebut akrena pasti penjagaan sangat ketat. Kami berada di pelataran Tembok Ratapan pada jam 11 siang. Bisa dibayangkan bagaimana teriknya amtahari menimpa para wisatawan. Namun, bagi umay Yahudi terik matahari tak menghalangi kekhusyukan mereka berdoa. Karena saya berada di bilik perempuan, saya memperhatikan para perempuan berdoa dengan ekspresip sambil memegang buku doa mereka. Sementara mulut mereka berkomat-kamit, kepala mereka beberapa kali mengangguk-angguk. Setelah itu mereka akan menyentuh tembok. Usai mereka berdoa, mereka meninggalkan Tembok Ratapan dengan penuh hormat: beberapa langkah  berjalan mundur tanpa membelakangi tembok.

(Ch. Enung Martina: Teriring ucapan terima kasih tak terhingga kepada : Sr. Francesco Maryanti,OSU yang menjadi jalan semua ini teralami, Romo Hendra Suteja, SJ pembimbing rohani yang kepada beliau kebijaksanaan diberikan Tuhan, kepada Romo Sugeng yang mempunyai talenta untuk menghibur, kepada Mas Edi dan Mas Engki yang tak lelah melayani,  kepada seluruh tour guide, crew di bis, dan seluruh peserta ziarah dari Keluarga besar Santa Ursula BSD.)