Kamis, 28 April 2016

Imaginary Friend


Sebagai pendidik, saya sering bertemu dengan berabagai macam kasus anak dengan aneka permasalahannya.  Salah satu yang ditemukan adalah berhadapan dengan anak yang supersensitif.  Suatu kali saya sedang mengajar Bina Iman di kelas gabungan dalam pertemuan akbar Bina Iman Anak di Gereja St. Ambrosius,  Vila Melati Mas, Tangsel.  Saat saya sudah selesai mengajar ada selingan dengan gerak dan lagu yang diikuti oleh anak-anak berusia batita sampai usia 12 tahun itu.  Semua anak asyik  bernyanyi dan menari mengikuti irama musik dan mengikuti gerakan dari kakak-kakak Bina Iman Remaja yang sedang memeragakan gerakannya di depan. Salah satu anak laki-laki berperawakan besar dan  tinggi duduk menyendiri di pojok sambil berurai air mata dan tersedu-sedu. Saya kaget karena dalam suasana riang gembira begini ada anak yang sangat sedih. Sungguh suasana yang berlawanan.
Saya dekati dia. Rupanya di sana ada ibunya yang sedang menenangkan dia. Namun, apa yang dilakukan sang ibu sia-sia karena si anak masih meneruskan tangisannya. Saya datang dan berllutut di depan dia. Saat kegiatan anak-anak duduk di lantai bertikar. Saya tanya seputar alasan dia menangis. Jawabannya selalu “nggak apa-apa, Tante”. Lha, saya bingung, nggak apa-apa kok menangis sampai sesenggukan begitu.
Akhirnya saya ajak dia keluar ruangan. Dia mengatakan, “Aku mau pulang, jalan kaki saja.” Saya membawa dia jalan-jalan seputar komplek gereja dan akhirnya duduk di bawah pohon mangga. Saat berjalan dia masih menangis. Saat kami duduk pun masih menangis. Dia mengatakan, “ Aku memang suka begini, tiba-tiba menangis.”
Akhirnya masih dalam keadaan tersedan-sedan, kami mengobrol. Saya tanya dia seputar rumah, sekolah, dan minat, serta hobi dia. Sebut saja anak ini Lukas. Lukas bercerita bahwa dia sudah kelas lima. Ia bersekolah di SD Kristen dekat rumahnya. Lukas punya sahabat, tetapi sahabatnya ini egois. Dia mempunyai adik perempuan yang bersekolah di TK B di sekolah yang sama. Ia mempunyai hobi menggambar disain. Ia bercita-cita menajdi seorang desainer game. Ia suka bermain game Shadow Fight.
Ada yang menarik bagi saya karena dia mengatakan ia sering bertemu dengan tokoh dari game Shadow Fight yang bernama Shadow. Lukas mengatakan Shadow akan datang bila dia memikirkannya. Ketika saya tanya seperti apa sosoknya. Dia mengatakan dia seorang remaja putri dengan rambut panjang seperti salah satu kakak yang tadi tampil di depan. Maksud Lukas salah satu anak Bina Iman Remaja yang memberi contoh gerak dan lagu. Shadow tidak ada matanya. Ia berbicara dengan Lukas dalam bahasa Indonesia. Lukas senang karena ia bisa berbicara dengan Shadow.
Saya tahu bahwa Lukas yang sensitif ini mempunyai teman imajinasi. Namun, saya jadi agak heran karena usia Lukas yang sudah cukup besar masih menghidupkan teman imajinasinya. Yang saya tahu teman imajinasi anak akan berangsur hilang tatkala anak ini tumbuh makin besar. Pada usia anak kelas lima SD biasanya teman imajinasi mereka sudah tergantikan oleh teman nyata mereka.  Namun, sedikit berbeda dengan Luaks.
Rupanya anak ini termasuk anak yang tidak mudah mendapat teman dan membatasi pertemanannya karena sensitivitasnya. karena itu ia masih memelihara teman imajinasinya karena dia masih memerlukannya untuk saat – saat tertentu yang merasa dia tidak bisa menemukan orang di sekitarnya yang bisa ia percayai.
 Imaginary friend atau teman imajinasi atau teman khayalan ini dalam batas wajar memang menjadi bagian dari perkembangan anak. Teman imajinasi ini bisa muncul dari inspirasi sosok nyata orang yang dikagumi anak di dunia nyata, tokoh idola dari film,buku, games kesayangan atau benar-benar tokoh rekayasa imajinasi anak.

Teman imajinasi ini bisa datang dan pergi kapan saja dan di mana saja, atau bisa juga muncul di tempat-tempat tertentu. Anak tampak bermain sendiri bahkan bicara sendiri seolah-olah bicara dengan temannya. Teman imajinasi ini bisa muncul ketika anak umur sekitar dua setengah tahun hingga tujuh tahun saat daya imajinasinya mulai berkembang. Karena itu saya agak heran dengan Luaks karena ia sudah berusia sekitar 11 tahun.

Mary L. Gavin, MD mengatakan bahwa masa-masa prasekolah adalah “magic years” dengan aneka permainan imajinasi yang penting bagi tahapan tumbuh kembang anak. The magic of play. Menurut Marjorie Taylor dari University of Oregon, sebanyak 37% anak memiliki teman khayalan ketika bermain imajinasi. Menurut Patrick J. McGrath, OC, PhD, FRSC sebanyak 65% anak memiliki teman imajinasi. Bahkan menurut  AAP, siap-siap saja ketika preschool anda akan mengenalkan satu teman imajinasinya. Teman imajinasi ini bisa menetap beberapa waktu hingga berbulan-bulan lalu menghilang sendiri ketika anak siap untuk move on. Menurut  dr. Azimatul Karimah, Sp.KJ  gejala ini akan mulai menghilang sekitar anak berumur 7 tahun, namun ada yang berlanjut hingga umur 9 tahun.

Kenapa anak punya teman imajinasi?
Teman imajinasi ini digambarkan sebagai sosok yang mendengarkan dan mendukung anak, menemani anak main, bisa melakukan hal yang anak tidak bisa, hadir spesial hanya untuknya dan tidak pernah menyalahkan anak. Pada kenyataannya teman khayalan ini membantu anak mengeksplorasi dunia khayalan sehingga daya imajinasi anak lebih bagus. Anak yang tidak terpapar televisi lebih sering mengalami, hal ini menunjukkan kehadiran teman khayalan memerlukan situasi saat  anak melakukan permainan tidak terstruktur. Teman imajinasi juga bisa muncul sebagai usaha anak menyembuhkan dirinya dari kejadian traumatik atau kesulitan hidup yang dia alami.

Terkadang anak juga akan meminta ibu atau orang lain untuk terlibat dalam permainan imajinasinya bersama teman imajinasi tersebut, misalnya anak minta ibu memotongkan kue untuk temannya, menyediakan tempat kosong untuk temannya, dll.

Jangan ragu mengakui keberadaan si teman khayalan. Hal itu mengasah imajinasi anak. Dan jangan khawatir, anak tidak akan kehilangan kontak dengan dunia nyata karena teman khayalan. Jika Anda bertanya seputar si sahabat dan membiarkan anak menjawab, kita memastikan bahwa sang sahabat berada di dalam kendali anak.

Namun bukan berarti kita harus membuatkan makan malam ekstra atau membiarkan anak melimpahkan kesalahan kepada teman khayalan saat dia memecahkan vas bunga. Kita  perlu tahu bahwa si sahabat hanya ada di dalam khayalan. Kita bisa “mengembalikan” anak ke dunia nyata saat diperlukan. Selebihnya, nikmati keajaiban yang dilakukan anak bersama “si sahabat setia” dan petik berbagai manfaat di bawah ini;

Teman imajinasi akan:
Memberi kesempatan anak mengembangkan kreativitas melalui berbagai jenis permainan dan mencoba banyak hal baru berdasarkan imajinasi.
Sebagai media untuk mengembangkan kemampuan bersosialisasi.
Mengembangkan emosi dan tindakan, seperti rasa takut atau marah berikut cara mengekspresikan perasaan tersebut dengan aman.
Memberi kesempatan kepada anak untuk mengatur dan mengontrol si sahabat (misalnya teman imajinasinya adalah hewan kesayangan), karena dalam keseharian balita terbiasa diatur oleh orang-orang di sekitarnya.
Memberi ruang bagi kehidupan pribadi anak.

Untuk kasus Lukas, guru dan orang tua harus banyak berkomunikasi denagn anak ini. Kemungkinan Lukas masih memerlukan teman imajinasinya karena dia tidak nyaman dengan keadaan di sekitarnya termasuk orang-orang di sekitarnya. Karena itu guru dan orang tua harus membiasakan Lukas untuk bisa mengungkapkan perasaannya. Yang lebih penting guru dan orang tua harus mau menjadi teman dan pendengar bagi anak-anak.
 (Ch. Enung Martina)



Rabu, 27 April 2016

Blood is Thicker than Water


Proverb atau  peribahasa merupakan kata-kata bijak yang digunakan oleh masyarakat yang menggunakan bahasa tertentu dalam masyarakat tertentu dalam hidup  sehari-hari. Peribahasa biasanya digunakan untuk menunjukkan suatu nilai kebenaran yang diakui dalam masyarakat tersebut.

Darah lebih kental dari air, ungkapan tersebut menggambarkan tentang persaudaraan yang dihubungkan oleh darah. Kata saudara sendiri makna dasarnya berkaitan dengan darah. Kata saudara bila dilihat dari maknanya : 1. orang yang seibu seayah (atau hanya seibu atau seayah saja); adik atau kakak; 2.  orang yang bertalian keluarga; sanak.  Namun, kata ini mengalami perluasan makna (generalisasi) sehingga berkembang menjadi:  3. orang yang segolongan (sepaham, seagama, sederajat, dan sebagainya); kawan; teman: dalam mengerjakan tugas ini, kita akan dibantu oleh saudara kita di kampung ini; 4. sapaan kepada orang yang diajak berbicara (pengganti orang kedua):Coba Saudara pikirkan masak-masak;  5.  segala sesuatu yang hampir serupa (sejenis dan sebagainya): Serigala merupakan saudara anjing.

Peribahasa darah lebih kental dari air mengungkapkan kepada kita bahwa persaudaraan yang dihubungkan oleh darah itu sangat erat. Bahkan ketika ada kekurangan atau kesalahan yang dilakukan oleh orang yang bersaudara, saudara yang lainnya akan mudah untuk memaafkan, memahami, memaklumi kesalahan dari saudaranya. Apalagi kalau itu saudara kandung. Seburuk apapun mereka, mereka tetap saudara kandung. Saudara kandung bisa disangkal, bisa ditinggalkan, bisa tidak diakui, tetapi tak bisa dibatalkan. Alam sudah mencatatnya, darah tak bisa dibohongi.

Bagi beberapa orang  saudara adalah satu-satunya harta yang paling berharga daripada uang atau lainnya. Seburuk apapun saudara, ia akan tetap  bisa menjaga hubungan baik dengan saudara sendiri.
Namun, dengan berbagai persoalan hidup,  persaudaraan sedarah terkadang menjadi renggang. 

Ikatan darah tak selamanya kental. Banyak sekali yang dapat menyebabkan tingkat kekentalan itu menurun tajam. Perselisihan, iri, dengki, cemburu, adalah berbagai sebab yang mungkin dapat mengencerkan kekentalan ikatan darah itu. Hingga ada orang mengatakan bahwa ternyata air dapat lebih kental daripada darah. Orang lain yang tak ada hubungan darah bisa lebih erat dan lebih dekat daripada saudara.

Ketika air pun bisa lebih kental daripada darah, di sini pula peran para sahabat dalam hidup seseorang. Pengertian dan penghiburan yang diterima dari para sahabat dapat membawa seseorang mengalami hidup yang bahagia. Persahabatan yang dibawa oleh saudara yang tidak sedarah pun bisa membawa seseorang mempunyai hidup yang berkualitas.

Bahkan, para sahabat bisa membawa seseorang  kembali pada sikap memaafkan dan mengampuni saudara sedarahnya yang sudah menaykiti dia. Saat itulah kekentalan darah dapat kembali dipulihkan. Ada pengandaian tentang peran sahabat yang dituangkan begitu indah dalam sepenggal lirik tembang lawas berikut ini : I said there is no reason for my fear. Cause I feel so secure when we're together. You give my life direction, You make everything so clear. And even as I wander, I'm keeping you in sight. You're a candle in the window, On a cold, dark winter's night. (Can't Fight This Feeling - Reo Speedwagon).

Ketika ada sahabat bersama kita, maka kita tak punya alasan atas setiap rasa takut yang kita miliki. Sahabat sejati akan menunjukkan pada kita pedoman hidup yang benar dan positif, dan membuat segalanya jadi lebih jelas dan simpel. Sahabat sejati bagaikan cahaya lilin di tengah dinginnya gelap malam di musim salju.

Dalam renungan saya malam Kamis, 27 April 2016, saya mmengetahui bahwa persaudaraan sedarah memang tak bisa dihapuskan oleh apa pun. Darah yang mengalir dalam tubuh saya terhubung dengan darah yang mengalir pada tubuh orang lain sebelum saya, semasa saya hidup, dan di masa mendatang ketika saya tidak hidup di dunia lagi.  Ada keterhubungan antaradarah seseorang, meski orang itu tidak saling kenal secara pribadi. Tidak menjadi masalah apakah keterhubungan itu erat atau renggang. Keterhubungan itu tak bisa dibatalkan. Dengan begitu seseorang harus memelihara keterhubungan tersebut. Melalui hal yang mungkin bisa dia lakukan meski jarak (masalah hidup, ruang, generasi, alam ) membentang.   Melalui apakah jarak  itu  bisa terhubung dan keterhubungan itu bisa dipelihara? Tiada lain melalui kata-kata yang dirafalkan dalam mantera atau doa.


Dalam doa orang mengenangkan para leluhurnya. Dalam doa orang menyampaikan harapannya bagi orang tua yang masih hidup atau sudah meninggal. Dalam doa orang mendoakan saudaranya yang berada  ribuan kilometer jauhnya. Dalam doa orang mennyampaikan pengampunan kepada saudaranya yang menyakitinya.

Dalam kata-kata berupa doa yang dibisikkan secara perlahan, atau  diucapkan keras, bahkan hanya sebatas dalam hati atau pikirannya, semuanya direkam oleh alam semesta yang menjadikannya energi positif untuk orang yang mendoakannya  dan orang yang didoakannya.  Doa tetap memelihara kekentalan darah. (Christina Enung Martina)

Jumat, 15 April 2016

MUDRA NATURAL DALAM MEDITASI






Puji Tuhan,  akhirnya saya mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang pertanyaan yang menggelayut di pikiran saya. Pertanyaan tersebut adalah: Mengapa saat meditasi yang lama (60 menit atau lebih) saya mengalami badan saya menari sendiri tanpa bisa dibendung atau dikontrol.  Pertama kejadian ini saya takut dan penasaran. Mengapa ini bisa terjadi. Saya bertanya kian kemari taka ada jawaban yang bisa memuaskan diri saya. Beberapa jawaban mengatakan bahwa ada entitas lain di luar diri saya yang ikut bermeditasi bersama saya. Ada sementara yang mengatakan digerakkan oleh energi di luar diri saya. Dari jawaban yang saya dapati tak memuaskan saya karena saya tidak merasa ada energi atau entitas lain yang membuat saya bergerak. Saya bergerak dengan sadar, sesadar-sadarnya. Bahkan ketika saya menari yang terbayang di benak asaya adalah Raja Daud yang menari-nari untuk memuji Tuhan atau Jalaludin Rumi yang menari berputar-putar. Bahkan, Daud, ketika ditertawakan salah satu istrinya ( Mikhal ) ia mengatakan bahwa ia akan melakukan gerakan yang lebih gila dan memalukan lagi bila itu untuk kemuliaan Tuhan.

Akhirnya jawaban tentang mengapa saat meditasi orang bisa bergerak sendiri bahkan menari,  saya dapatkan sendiri dari searching ke berbagai website yang beraliran mulai dari Hindu, Budha, kebatinan Jawa, kebatinan Islam, bahkan yang tak jelas alirannya pun saya sambangi. Saya menjadi website and bloger walking. Berkeliling menjelajah dunia maya demi mendapat jawaban yang memuaskan.

Karena saya ini tipe orang yang seperti Thomas Didimus, percaya bila sudah mendapat bukti, maka saya agak ragu kalau orang menjelaskan secara kelenik atau mistis. Bagi saya sesuatu bisa dijelaskan dengan akal budi dulu. Kalau akhirnya tak bisa dijelaskan, oke lah, saya terima saat itu sambil mencari jawaban yang lebih meyakinkan. 

Jawaban yang bisa memuaskan dari pertanyaan: Mengapa saat saya bermeditasi saya bisa  menari, meliuk, melingkar, gerakan-gerakan silat Taichi, Kungfu, gerakan tari Bali, Jawa, Sunda, tangan ukel, pantat nunggging, muter-muter, goyang kepala, badan bergetar, kepala memutar demikian cepat, kelojotan di lantai, guling-guling, nyembah-nyembah, dan aneka gerakan yang membuat saya takjub dan penasaran.

O, ya perlu diketahui meditasi saya ini meditasi tujuan kesehatan, bukan mencari ilmu atau kekebalan, apalagi pesugihan. Meditasi itu bernama Zhen Qi Sirkulasi. Saya mengenal meditasi ini dari suami saya tercinta, Yohanes Bob Hariyadi Martopranoto. Dia mengikuti meditasi dari suhu bernama Frans Sunioto, teman gereja kami. Suami saya bermeditasi untuk mengobati lututnya yang sering kaku karena peradangan. Anehnya bulan Maret 2015 dia pertama ikut meditasi ini, pada bulan Juli 2015 dia bisa mendaki Bukit Totombok, Cisantana, Kuningan, Jawa Barat, saat kami berziarah ke sana. Dulunya boro-boro mendaki bukit, jalan di rumah saja sakit. Nah, ini dia, saya mulai tertarik dengan kesaktian meditasi ini. Akhirnya, belajarlah saya dengan bimbingan suhu Bob. Begitulah saya menjalani  meditasi ini hingga punya pengalaman unik yang tak dialami suami. Awalnya dia juga heran. Ketika dijelaskan Pak Frans, bahwa itu bisa saja terjadi, akhirnya kami mengerti. Namun, saya belum mendapat penjelasan yang memuaskan hati. Jadilah saya bertanya kian kemari untuk mencari jawaban yang memuaskan.

Jawaban yang memuaskan saya antara lain:
Gerakan gerakan tubuh saat meditasi adalah hal yang wajar, karena terjadi resonansi energi yang di dalam tubuh dengan energi yang dari alam semesta. Kejadian ini dialami beberapa orang ketika lagi pembacaan mantra (orang Hindu-mungkin) atau doa saat berzikir (orang Muslim). 

Ada penjelasan dengan perumpamaan yang menurut saya bisa diterima:  Ada sementara pendapat mengatakan, saat meditasi tubuh kita menari itu sebenarnya kita sedang dalam keadaan benar-benar diam/hening. Ada sebuah   ungkapan "Gerak adalah diam, diam adalah gerak". Ketika melihat orang dalam meditasi  bergerak-gerak, sebenarnya justru dia itu sedang diam. Ketika tangannya bergerak-gerak, itu seperti ada orang lain yang menggerak-gerakan tangannya, memutar-mutarnya, merentangkan atau melipatnya. Sementara dia membiarkan "orang lain" tersebut menggerakan tangannya, ia tidak menolak, tidak pula menginginkan. Justru, kalau dia menahan diri untuk diam, itulah sebenarnya bergerak. Misalnya, Anda berkata kepada kawan Anda, "Diamlah, saya akan menggerakan tanganmu!" tapi kawan Anda itu mengekang tangannya, hingga beradu tenaga dengan Anda, maka Anda berkata, "Diamlah! diamlah! jangan melawan!" padahal tangan kawan Anda itu tidak beranjak dari tempatnya, tapi Anda merasakannya bergerak dan melawan. Justru, kalau kawan Anda membiarkan Anda menggerakan tangannya, Anda mengerti bahwa dia diam saja, manut, menurut, pasrah, tidak melawan.  

Ada lagi penjelasan yang menarik. Gerakan-gerakan itu merupakan gerak tubuh yang natural. Tubuh sedang mengalami mudra secara natural. Apakah mudra itu? Mudra adalah sikap-sikap tangan di dalam Yoga yakni usaha untuk menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. Mudra adalah gerak tangan tertentu yang mengandung makna simbolis, sebagai perwujudan fisik dengan mempresentasikan beberapa mantra atau fomula-magis, yang pertama muncul dalam pikiran dan dilanjutkan dengan gerak mulut. Mudra sebetulnya merupakan salah satu wujud personalitas dari manusia untuk berhubungan dengan Sang Pencipta. Merupakan tiga jenis ekpresi yang terdiri dari tiga wujud personalitas dari manusia yang secara simultan dalam tiga bentuk aktivitas, yaitu gerak badan(mudra), ucapan, dan ingatan.

Kata "mudra" berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya "tanda". Indikasi mulai digunakan sikap-sikap tangan dalam upacara rupanya berasal dari suatu masa ketika para pendeta merapalkan mantra-mantra tertentu (yakni huruf-huruf atau sukukata-sukukata yang diyakini mampu memberi efek magis), pada saat yang bersamaan diikuti dengan bunyi yang berhubungan dengan bahasa Sanskerta dan gerak jari-jari tangan, itulah yang disebut mudra yang mengandung tenaga magis.

Di Bali mudra digunakan oleh para pandita dalam rangka pemujaan dan disebut dengan istilah "patanganan" yang mengandung makna gerak-gerak tangan. Bila kita memperhatikan peninggalan purbakala berupa seni arca, maka kita akan menjumpai berbagai sikap mudra. Di Candi Borobudur arca – arca dibuat dalam berbagai posisi mudra.

Wikipedia menjelaskan Borobudur dirancang membentuk mandala besar yang melambangkan kosmologi buddhis, suatu konsep alam semesta dalam buddhisme. Aslinya terdapat 504 arca buddha duduk bersila dalam posisi lotus serta menampilkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu. Terdapat lima golongan mudra: Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya berdasarkan lima arah utama kompas menurut ajaran Mahayana yang diwakili oleh masing-masing Dhyani Buddha. Keempat pagar langkan memiliki empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan Barat, dimana masing-masing arca buddha yang menghadap arah tersebut menampilkan mudra yang khas. Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang di pelataran atas menampilkan mudra: Tengah atau Pusat. Masing-masing mudra melambangkan lima Dhyani Buddha; masing-masing dengan makna simbolisnya tersendiri.

Setiap mudra mempunyai fungsi dan maknanya sendiri. Contoh mudra:
Aksobhya Dhyani Buddha :
Dengan Bhumisparsa mudra yaitu telapak tangan kiri ke atas dan diatas pangkuan, telapak tangan kanan menelungkup di atas lutut kanan, menunjukkan bumi sebagai saksi.

Ratnasambhava Dhyani Buddha :
Dengan Wara Mudra yaitu telapak tangan kiri terbuka ke atas pengkuan, telapak tangan kanan terbuka diatas lutut kanan, memberikan anugerah dan berkah.

Amitabha Dhyani Buddha :
Dengan Dhyana mudra yaitu telapak tangan kanan diatas telapak tangan kiri di pangkuan bermeditasi

Amoghasidhi Dhyani Buddha :
Dengan Abhaya Mudra yaitu telapak tangan kiri terbuka diatas pangkuan telapak tangan kanan diatas lutut kanan dengan jari-jari terbuka ke atas, ibu jari ke dalam, artinya jangan takut.

Vairocana Dhyani Buddha :
Dengan Witarka mudra yaitu telapak tangan kiri terbuka diatas pangkuan, telapak tangan kanan diatas lutut kanan, tiga jari : tengah, manis, dan kelingking ke atas, ibu jari dan jari telunjuk membentuk lingkaran, artinya telah menguasai tiga loka (triloka) 

Sebagai seorang pemula dalam meditasi setiap pengalaman baru yang saya alami saya sering panik dan selalu bertanya “apa yang  terjadi dalam diri saya?”. Ketakutan saya sering tidak masuk akal, hanya berdasarkan pikiran atau imajinasi saya. Namun, seiring dengan latihan rutin ada banyak hal yang tadinya tak dimengerti akhirnya  pelan-pelan dipahami. Meditasi memang berat bagi saya. Mengapa? Karena saya merasa tidak nyaman dengan sensasi sakit, pusing, pegal, panas, gatal, pada berbagai lokasi tubuh saya. Rupanya memang tubuh sayalah yang tidak beres. Prana atau chi dalam diri saya mulai memberaskan hal yang tersumbat atau tak beres. Selain itu yang paling berat adalah saya harus masuk ke kedalaman diri. Itu yang sangat sukar.


Begitulah, akhirnya saya merasa puas karena pertanyaan saya terjawab dengan bisa dipertanggungjawabkan secara tekstual. Paling tidak masuk akal saya.  (Ch. Enung Martina)

Baca tentang Meditasi Zhen Qi Sirkulasi;
http://ursaminorblog.blogspot.co.id/2015/06/meditasi-perjalanan-menuju-sehat.html

http://ursaminorblog.blogspot.co.id/2018/03/visual-saat-bermeditasi.html