Senin, 31 Desember 2018

PUISI UNTUK GADIS PEJUANG



Untuk Cicilia Metta Asriniarti (gadispayungkuning): Selamat Ulang Tahun!

Roda Bahagia

Yang kau cari adalah seiris bahagia
pada kata yang diucapkan beribu tahun silam
pada nama kelana yang menyebut dirinya filsuf
pada ide-ide usang yang ada sejak semula
karena kamu tahu bahwa tak ada yang baru di muka bumi ini

Ternyata kamu menemukan bahagiamu
pada tetesan air hujan di jendela KRL
pada pusingan roda gojek yang kaunaiki
pada paket salad yang kau beli di Statsiun Manggarai

Kamu menikmati kantukmu di antara para perempuan lain
di gerbong yang sama yang membawamu di statsiun berikut
bersama hembusan angin pengap Jakarta
kau hirup juga asa masa depan yang penuh misteri
karena kamu yakin rancangan-Nya ada di sana

Meski kamu merasa lelah, kau tepiskan juga
kembali kamu telusuri kata-kata yang sukar dicerna
tesis, sinopsis, analisis semua kalis
kamu kunyah dan lepehkan lagi lalu kamu telan bulat-bulat disela teh hijau yang kaureguk

Akhirnya, sebuah simpulan muncul di benakmu
sebenarnya bahagia itu bukan untuk nanti
roda bahagia itu terus berputar sekarang dan di sini
di antara kata-kata yang kaubaca dan kautulis
dan kata-kata manis merayu yang kauucapkan untuk para klienmu.

(Ch. Enung Martina: Lempong Tajug – Ciamis, 29 Desember 2018)


Jumat, 14 Desember 2018

Cerna Dulu Sebelum Bertindak



Hikmat Salomo (Nabi Sulaeman) sudah mengingatkan sejak ribuan tahun yang lalu akan hal ini. "Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan." (Amsal 21:5).

Orang yang tergesa-gesa dalam mengambil keputusan atau melakukan sesuatu tidak akan pernah memperoleh hasil baik, melainkan hanya akan mengalami kerugian. Seperti itulah orang-orang yang tidak memperhatikan pentingnya perhitungan yang matang sebelum melangkah. Kerugian dialami oleh diri sendiri sekaligus orang lain yang terkena dampaknya.

Saya pun terkadang melakukan hal serupa.  Ketika kita bertindak  cenderung tergesa-gesa, bertindak serampangan tanpa kecermatan, tanpa pertimbangan akibatnya kerugianlah yang datang sebagai hasilnya. Untuk menutupi kerugian yang timbul bisa jadi jauh lebih mahal ketimbang apabila itu dikerjakan sejak awal dengan pertimbangan matang dan cermat. Bahkan tidak menutup kemungkinan pula bahwa konsekuensinya akhirnya harus ditanggung sepanjang sisa hidup dan tidak bisa lagi diperbaiki.

Salah satu contohnya  berkaitan dengan perilaku kita bermedia di media sosial. Kita bermediaa dengan. Kita dengan bebas berkomentar dan menyalin serta membagikan konten tertentu yang ternyata itu hoaks belaka.  Kita tak melihat apa akibat dari semua yang kita lakukan. Kita membuat sampah dan bahkan membuat racun. Kita menerima berbagai konten yang tanpa bijak kita baca. Tanpa dicerna dengan bijak maka kita bertindak untuk membagi atau berkomentar. Begitu ada dampaknya langsung atau tak langsung baru kita ‘nyaho’ ternyata saya ikut andil pada itu hal negatif itu.

Ada begitu banyak korban yang disebabkan karena cyber bullying. Ada banyak orang melakukan bullying pada sesamanya melalui media. Ada banyak orang menggunakan media untuk menyerang orang lain. Ada banyak orang melakukan itu dengan tujuan iseng, bercanda, kesenangan, atau memang unuk menjatuhkan, atau mengambil keuntungan.

Saya dan semua orang mempunyai pilihan untuk mencerna segala sesuatu sebelum kita bertindak. Di saat kecerobohan menjadi bagian hidup manusia, kita selalu diingatkan agar berhati-hati dan menghindari kecerobohan sebisa mungkin. Bukan saja keteledoran atau kecerobohan itu merugikan dalam hidup kita saat ini,  tetapi bagi Tuhan sekalipun, kecerobohan merupakan sesuatu yang harus dipandang serius bahkan bukan sesuatu yang bisa ditolerir.

Hindarilah bertindak ceroboh dan tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Pikirkan dulu baik-baik dan dengarlah dahulu baik-baik apa kata Tuhan tentang rencana yang ingin kita ambil. Mendengarkan suara Tuhan itu bagaimana?

1.     Berdoa dan bermeditasi. Tanya dalam doa atau meditasi tentang hal yang akan diputuskan. Jawaban ada yang muncul seketika, tetapi bisa jadi jawaban muncul dalam bentuk lain dan waktu lain. Misalnya tiba-tiba mendapat bacaan tentang hal serupa atau mendengar tentang hal senada dari tv,orang ngobrol, radio, yutube dll.

2.     Bertanya pada orang lain yang dianggap bisa kita ajak bicara dan dapat dipercaya. Mintalah pertimbangan dari orang yang bijak dan dapat dipercaya.

3.     Tunggu waktu sebelum bertindak. Jangan-jangan ada perubahan atau ada susulan lain yang menihilkan, menguatkan, agtau memperburuk. Ambil waktu untuk menimbang, memilih, dan memutuskan yang bijak dilihat dari berbagai sudut pandang.

4.     Berpeganglah pada prinsip menang-menang. Segala keputusan selalu bertolak untuk memang-menang. Tak ada satu pihak pun yang kalah. Berusahalah mencari cara agar prinsif pro kehidupan, keadailan, kedamaian, dan kebenaran universal ditegakkan.

 Dengan hikmat yang dimilikinya Salomo selanjutnya mengingatkan "Tanpa pengetahuan kerajinan pun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah." (Amsal 19:2).

Ini juga mengingatkan diri saya: Jangan jadi orang yang ceroboh, tetapi jadilah orang bijak yang akan selalu berpikir matang dan berhati-hati dalam melangkah, sekaligus menghindari dirinya dari segala sesuatu yang jahat. Kecerobohan atau keteledoran adalah sesuatu yang tidak boleh kita pandang enteng karena bisa ada banyak masalah yang bisa timbul berawal dari sana.

Tuhan juga memandang serius mengenai kecerobohan ini. Sudah seharusnya kita pun mulai menganggap kecerobohan (tindakan atau kata-kata) sebagai sesuatu yang serius. Kecerobohan merupakan akibat yang muncul akibat tergesa-gesa atau ketidakhati-hatian kita dalam melakukan sesuatu, oleh sebab itu marilah hari ini kita perhatikan baik-baik setiap langkah kita, menyelaraskannya dengan rencana Tuhan dan tetap berpegang pada ketetapan-ketetapan-Nya agar kita terhindar dari berbuat hal-hal yang bodoh. (Ch. Enung Martina)


Sabtu, 01 Desember 2018

ANGGAPAN KELIRU TENTANG BAHAGIA



Kita diprogram oleh keadaan dan kenyataan untuk kebahagiaan palsu. Kita digiring dan bahkan diajarkan untuk meraih ini itu yang berujung pada pencapaian tertentu, tetapi bukan pada bahagia.

Harta kekayaan penjamin bahagia

Kita beranggapan bahwa bila kita tidak memiliki harta benda yang diinginkan maka hidup kita tidak bahagia. Dunia beranggapan bahwa harta kekayaan akan membuat manusia terpenuhi kebutuhannya. Karena terpenuhi kebutuhan kedaginagnnya, maka manusia akan bahagia.  

Maka bila manusia tidak memiliki harta benda, maka hidupnya tak akan bahagia. Kenahagiaan adalah harta benda. Namun, kenyataannya ada orang yang berlimpah harta bendanya, hidupnya juga belum tentu bahagia. Makin besar jaminan ekonomi yang dicapai seseorang, makin besar ketidakpuasan dan kerakusan yang dirasakan.

Ada sebuah kutipan tentang harta (uang) yang pernah kita dengar seperti ini:

Dengan uang kita bisa membeli obat tapi bukan kesehatan.Kita bisa membeli makanan, tetapi tidak dapat membeli selera. Kita bisa membeli kasur empuk tapi bukan tidur yang nyenyak. Kita bisa membeli seks tapi tidak dapat membeli kasih saying. Kita bisa membeli rumah besar tapi bukan kententraman. Kita bisa membeli segalanya tapi bukan kebahagiaan.

Bahagia itu nanti di masa depan

Peribahasa lama berkata bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Saya menggantikan kata besenang-senang dengan berbahagia. Banyak orang berjuang dan bekerja keras melupakan kegembiraan dan kebahagiaan hidupnya untuk meraih sesuatu yang dicita-citakan.

Kenyataannya pada saat dia sudah meraih apa yang dicita-citakannya apakah ia akan bergembira dan berbahagia? Belum pasti. Ada orang yang begitu semua tercapai semua cita-citanya, malah dia sakit, atau mendapat kesusahan lain, bahkan sepertinya tambah runyam masalahnya.

Bahagia di Sini dan Sekarang. Saat kita bekerja keras kita jugag berhak untuk bahagia. Saat kita berjuang berat kita juga bisa memilih bahagia. Bahagia tak perlu ditunda. Kapan pun kita bisa berbahagia. Bahkan, pada saat dalam keadaan menyelesaikan masalah pun, kita bisa bahaia. Bahagia itu pilihan dan keputusan pribadi yang bersumber dari dasar nurani.

Bahagia itu kala orang-orang di sekitar saya berubah menjadi baik

Berubah menjadi baik menurut siapa? Menurut saya. Sudut pandang saya. Saya akan bahagia jika anak saya lebih disiplin. Saya akan bahagia bila suami saya lebih mengerti saya. Saya akan berbahagia bila atasan saya lebih bijaksana dan adil. Saya akan bahagia bila teman-teman saya mendukunng saya. Saya akan berbahagia bila Indonesia pikirannya maju dan tidak ada lagi yang menyinggung sara.

Kenyataannya? Orang-orang di sekitar kita akan tetap seperti itu. Tetap dengan kberadaannya. Sementara kita stress karena tak ada yang berubah dan saya tak mampu mengubah mereka.

Tunggu sebentar! Jangan-jangan saya yang harus mengganti kacamata saya. Saya yang harus mengubah cara pandang saya terhadap orang-orang di sekitar saya. Saya sepertinya saya bisa memutuskan bahagia dengan mereka berubah atau tidak berubah. Itu mah suka-suka mereka atuh! Mau berubah atau tidak saya tak bisa mengendalikan mereka.

Saya akan bahagia bila semua keinginan pribadi terpenuhi

Saya akan bahagia bila keinginan dan doa-doa saya terkabul. Ada banyak keinginan yang saya memiliki. Bila keinginan itu terpenuhi, apakah hal itu bisa dikatakan kebahagiaan? Bagaimana bila keinginannya tidak terpenuhi?

Kenyataannya ada beberapa keinginan yang terwujud, tetapi lebih baanyak lagi yang tidak. Standar kebahagiaan kita saat ini hanyalah lebih kepada pemenuhan segala keinginan kita. Ketika terpenuhi maka bahagialah kita. Tetapi yang namanya keinginan, sepertinya tidak akan ada habisnya.

Bila standar kebahagiaan kita hanya kepada terpenuhinya keinginan, maka kita akan selalu dalam keadaan tidak bahagia. Karena manusia selalu penuh dengan keinginan. Kebahagiaan yang sesungguhnya adalah ketika manusia bisa menghancurkan segala keterikatan akan keinginan yang ada di dalam dirinya.

Jadi kebahagiaan yang ada hanya ditentukan dari sesuatu diluar diri kita.

Bukankah itu hanya semata karena perasaan kesenangan saja karena keinginan terpenuhi? Bukan sebuah kebahagiaan yang muncul dari kedalaman hati.



Benang Merah

Sesungguhnya kebahagiaan itu adalah milik hati yang telah lepas dari segala kemelekatan. Tidak ditentukan oleh terpenuhinya keinginan, tetapi justru karena bisa melepaskan keinginan hati.

Makin banyak kesenangan dunia yang kita nikmati, makin tidak puas hati kita akan kehidupan. Makin banyak pengetahuan yang kita peroleh, makin sedikit hikmat yang kita miliki.

Jadi sesungguhnya kebahagiaan itu sangat dekat dengan diri kita. Tidak perlu mencarinya jauh-jauh, apalagi sampai dengan mencurinya.

Kebahagiaan adalah milik setiap manusia yang telah bisa melepaskan segala keinginan yang mengikatnya. Selama kita hidup hanya untuk mencari kebahagiaan, maka kebahagiaan akan semakin menjauh. Tetapi kita harus menyadari satu hal, bahwa sesungguhnya kebahagiaan itu letaknya bukan pada harta benda, bukan juga tergantung pada orang lain. Bahagia itu  tepat ada di sini dan sekarang, di dalam hati yang tidak terikat oleh keinginan. Dimulai dari menyadari diri sendiri dan mengubah sudut pandangan kita terhadap hal atau orang lain di luar kita dengan mata yang lebih indah dan positif. Bahagiakah  Anda?  Saya sudah memutuskan dan mengambil pilihan untuk berbahagia. (Ch. Enung Martina – disarikan dari bahan Retret Guru November 2018 di Panti Semadi, Sukabumi, bersama Romo Rio)