Tahun 2011 sudah datang. Aku masih sibuk dengan hal-hal yang keseharian dilakukan sebagai seorang guru dan seorang ibu. Untuk duduk sejenak menuliskan sedikit kalimat yang bisa dibagikan pun terasa sangat sulit. Baru hari ini Senin, 10 Januari 2011, saya bisa mencuri waktu untuk bisa menuliskan sesuatu untuk penyemangat pada awal tahun ini.
Saya tercenung ketika tanggal 1 Januari 2011 anak perempuan saya bertanya kepada saya: Apa resolusi Ibu pada tahun 2011?
Saya bisa saja membuat hal yang muluk untuk menjawab pertanyaan tersebut. Saya bisa merencanakan yang terinci untuk menuraikannya. Namun, pertanyaan tersebut tidak memerlukan hal yang demikian. Pertanyaan itu hanya memerlukan waktu beberapa jenak untuk merenungkannya dan yang paling penting bagaimana aku bisa melaksanakan apa yang menjadi resolusiku.
Baiklah, aku akan tuliskan resolusi sederhanaku untuk tahun 2011, meski saya tahu yang sederhana ini pun perlu perjuangan untuk konsisten melakukannya. Aku membaginya menjadi tiga sesuai peranku, yaitu sebagai istridan ibu, sebagai guru, dan sebagai diriku sendiri.
Pertama sebagai istri dan ibu dalam keluarga: Aku tahu ini peran yang gampang-gampang susah. Aku ingin menambahkan sepersekian pada tingkat kesabaranku. Rupanya untuk menjadi orang yang sabar memerlukan perjuangan. Aku paling tidak sabar ketika harus membangunkan anak laki-lakiku pagi hari karena tidurnya sangat kebluk. Ketika membangunkan harus disertai dengan omelan panjang pendek. Pada hal yang lain pun tingkat kesabaran perlu ditambahkan. Aku juga akan lebih berjuang untuk tidak mudah mengeluarkan keluhan yang berujung dengan omelan tentunya. Aku tahu persis bila hal ini aku lakukan maka semuanya akan berjalan dengan baik.
Kedua diriku sebagai seorang guru. Menjadi guru selalu belajar setiap hari. Karena itu, aku membaginya menjadi empat hal, yaitu: 1) meningkatkan ketrampilan untuk mendengarkan dengan penuh perhatian. Mendengarkan meliputi aku sebagai guru memperhatikan apa yang dikatakan muridku dengan sepenuh hati. Mendengarkan pada saat atasan dan rekan kerja berbicara kepadaku dengan sepenuh hati. Mendengarkan berbagai informasi yang diperlukan untuk menambah wawasanku sebagai seorang pendidik. Termasuk juga mendengarkan hati kecil sendiri. Ketrampilan ini sungguh sangat tidak mudah untuk dilakukan. 2) Berbicara dengan baik itu hal yang kedua. Sebagai guru terkadang aku berbicara belum teratur dengan baik. Berbicara yang baik dengan memperhatikan kaidah berbahasa,keruntutan, kualitas isi, sopan-santun, volume suara, artikulasi, diksi (pilihan kata) yang tepat, intonasi yang sesuai, juga ekspresi. Bila seorang guru bisa berbicara dengan memperhatikan itu semua, niscaya pengajaran akan sangat menarik. Aku masih jauh dari itu. Karenanya, aku akan berusaha untuk melakukan hal ini meskipun tidak mudah. 3) Kebiasaan membaca, itu adalah hal yang ketiga yang menjadi perjuangan saya. Sebagai seorang guru membaca merupakan kebutuhan untuk menginput pengetahuan dan informasi yang akan memperkaya wawasanku yang sangat berguna dalam proses pengajaran di kelas. Dengan kondisiku yang mempunyai seorang bayi lagi, membaca dibutuhkan perjuangan agar bisa terlaksana. 4) keempat berkaotan dengan tulis-menulis. Aku akan bagi menjadi menulis (tulisan tangan) dan membuat karangan (karya tulis). Seperti yang banyadiketahui umum bahwa tulisan tangan saya biasa-biasa saja. Tidak terlalu buruk, tetapi juga tidak tergolong bagus. Hal ini diperkarakan karena ada kaitannya dengan menulis di depan kelas. Kalau aku menulis di depan kelas seringnya tidak beraturan/tidak sistematis. Karena itu aku akan berusaha menulis dengan baik (sistematis dan jelas bisa dibaca dan dipahami siswa. Menulis karya itu merupakan hal yang aku coba untuk membiasakannya. Meskipun karya tulisanku tidak spektakuler, tetapi ada juga karya yang sudah dipublikasikan. Aku akan mencoba minimalnya menulis uneg-uneg atau kereteg hate yang bisa dibahasakan secara tertulis. Hal ini penting buatku untuk bisa menata pikiran dan gagasan dalam bentuk bahasa tulis. Berharap bisa mndapatkan nilai kedisiplinan diri dari kegiatan ini.
Ketiga diriku sebagai diri sendiri. Mengingat bahwa aku ini bagian dari smesta ini, tentunya aku juga tak bisa lepas dari Pencipta semesta. Karena itu, maka sebagai mahluk aku akan meningkatkan hubunganku dengan Sang Pencipta. Sebagai bagian dari mahluk bumi, paling tidak sedikit memberikan andil untuk planet tempat aku hidup dengan memelihara tumbuhan yang ada di halamanku. Sebagai mahluk sosial, aku pun berusaha untuk memelihara relasi dengan sesamaku. Keluarga sebagai tempat utama kita hidup merupakan hal yang pertama yang menjadi prioritas. Apalagi karena aku sekarang mendapat tugas lagi untuk membesarkan titipan-Nya, jelas tugas itu tidak boleh aku abaikan. Memelihara relasi dengan teman-teman di tempat bekerja, di lingkungan rumah, lingkungan gereja, dan di sekitar tempat aku berada.
Begitu kira-kira niatanku di tahun ini. Aku tahu bahwa hari-hari akan terus berganti dan aku akan tetap menjalaninya dengan rutinitas yang biasa kujalani. Namun, di balik kerutinan itu, aku tetap berusaha memelihara semangat dan menjaganya agar tetap menyala. Berharap bahwa nyala tersebut akan juga mempengaruhi orang lain yang ada di sekitarku, minimal keluargaku.
Ayo kita lakukan tugas dan kewajiban kita dengan penuh tanggung jawab dan kesadaran serta semangat dalam jiwa kita.
(Enung Martina)