“EGO QUASI ROSA
PLANTATA SUPER RIVOS AQUARUM FRUCTIFICAVI” demikian tulisan yang tertera di atas altar Katedral
Semarang. Penjelasan di situs historiadomus.multiply.com menyebutkan kalimat
bahasa latin tersebut dicuplik dari Yesaya 35:2 yang berbunyi, “Seperti bunga
mawar Ia akan berbunga lebat, akan bersorak-sorak, ya bersorak-sorak dan
bersorak-sorai.”
Sejarah
Pembentukan
Konon, bangunan ini dirancang oleh
J.Th.Van Oyen yang bekerja sama dengan Konstruktor Kleiverde. Bangunan awal Katedral ini sebelumnya
merupakan “Dienst voor Volkgezondheid
“ (kantor Dinas Kesehatan Belanda ) yang pada tanggal 26 Januari 1927 area
tersebut dibeli oleh pengurus Gereja untuk digunakan sebagai lokasi gereja
stasi ketiga. Setelah direnovasi pada tanggal 9 Oktober 1927, bangunan gereja
ini diberkati oleh Mgr. Antonius van Velsen, Vicaris Apostolic Batavia.
Tahun 1937 diadakan pemugaran dan
perluasan Katedral, seperti tertulis pada Surat Uskup Batavia tanggal 20
Desember 1937 kepada Pater P.C. yang menjabat sementara sebagai Kerk-en Armbestuur. Pada tanggal 9
Agustus 1940 Jawa Tengah diresmikan sebagai vikarist apostolik dibawah pimpinan
Mgr.A.Soegijopranoto,S.J. selaku uskup agung pertama di Indonesia. Gereja St
Perawan Maria Ratu Rosario Suci diangkat sebagai Katedral.
Uskup kala itu adalah Mgr. J.
Groff. Dia adalah misionaris Suriname yang tinggal di Batavia, yang pada
tanggal 20 Desember 1843 ditetapkan oleh Tahta Suci sebagai Vicaris Apostolic
yang memiliki tiga paroki besar, yakni Batavia, Semarang, dan Surabaya. Paroki
Semarang sendiri memiliki tiga stasi, yakni stasi Candi (1925), stasi Bangkong
(1932), dan Randusari (1927). Setelah direnovasi pada tanggal 9 Oktober 1927,
gedung Gereja Randusari diberkati oleh Mgr. Antonius van Velsen, Vicaris
Apostolic Batavia kala itu. Dengan didirikannya bangunan ini, dimulailah
peziarahan iman di Stasi Randusari.
Pada saat itu, perkembangan Stasi
Randusari cukup signifikan. Hal tersebut tampak dari meningkatnya jumlah
baptisan dari tahun 1928-1930. Hingga akhirnya, berkembanglah stasi Randusari
menjadi sebuah paroki. Hal ini berarti Stasi Randusari telah melepaskan diri
dari induknya (Batavia) dan kemudian pada tahun 1930, stasi ini ditetapkan
menjadi sebuah paroki.
Seiring berjalannya waktu, pada
tanggal 9 Agustus 1940, Jawa Tengah diresmikan sebagai Vikariat Apostolik. Kala itu Mgr. Albertus Soegijopranoto, S.J.
adalah Vikarisnya. Dia adalah Uskup Agung pribumi pertama di Indonesia. Sejak
saat itu, Gereja Randusari ditetapkan sebagai Katedral. Sekedar pengetahuan: Vikariat
Apostolik adalah suatu wilayah misi dalam Gereja Katolik Roma, yang belum
memiliki keuskupan. Sedangkan Vikaris adalah seseorang yang memiliki otoritas
untuk memimpin wilayah yang belum memiliki keuskupan tersebut.
Pesona
Arsitektur Bangunan Katedral
Komplek katedral termasuk katedral
inti, ruang pertemuan, dan sekolah . Pada tahun 2012 sebuah kediaman resmi dan
kantor untuk uskup dibangun. Kantor Uskup berisi sebuah kapel, arsip,
sekretariat, taman, dan ruang pertemuan umum, serta enam kamar ruang perumahan.
Katedral di kota semarang ini bentuknya unik sekali dan
suasan di dalamnya syahdu. Kita akan menjumpai bangunan dengan bentuk
setangkup, berfasad tunggal, yang secara keseluruhan berorientasi arsitektur
barat. Bangunan katedral Semarang memang
tak se-gothik Katedral Bogor, Jakarta, maupun Bandung. Namun, tetap menarik
karena lebih membaur dengan arsitektur di kawasan sekitarnya.
Masuk ke katedral ini, tampak bangunan dengan plafon yang
tinggi sehingga udara terasa sejuk. Dengan desain arsitektur dan kaca-kaca
patri tinggi penuh dengan gambar santo-santa, Gereja ini terlihat sangat indah
dan sakral.
Konstruksi atap adalah limasan mejemuk, yang ditutup dengan
genteng. Pada puncak limasan terdapat menara yang dilapisi dengan pelat logam.
Terdapat penebalan pada dinding dan membentuk parapet. Teritisan cukup lebar.
Serambi terdapat pada bagian setiap entrance.
Serambi ini dinaungi oleh atap yang menyatu dengan bangunan utama.
Di puncak atap terdapat menara lonceng berlapis logam.
Lonceng tersebut akan dibunyikan pada jam-jam tertentu sebagai peringatan bagi umat
Katolik untuk mulai kebaktian. Seperti pada Malam Natal, lonceng dibunyikan
dalam waktu yang lama saat Lagu Kemuliakan dinyanyikan.
Saat kita memasuki pelataran
gereja, kita akan menemukan tiga pintu masuk yang ada di sisi barat, selatan,
dan utara. Tampak pintu kayu berdaun ganda yang dilengkapi panel kayu tebal. Sebelum
melewati pintu berdaun ganda tersebut, dari luar kita akan melihat kursi umat
yang tersususun memanjang ke belakang, tanpa ada pilar di tengahnya. Menurut istilah arsitektur,
rancangan ini merupakan rancangan bebas kolom.
Seperti gereja pada umumnya bersalib, Gereja Katedral pun
demikian. Pada malam hari, keanggunan Gereja Katedral semakin terpancar, saat
warna cahaya merah salib itu menyala. Katedral Semarang yang menghadap ke barat
itu anggun dan memancarkan wibawa di tengah hiruk pikuknya Kota Lumpia.
Di Bawah Perlindungan
Bunda
Bila anda memasuki pelataran Katedral dan berdiri di depan
gedung gereja, kita akan melihat tulisan di atas teras pintu masuk dalam bahasa
Latin SUB TUTELA MATRIS. Arti tulisan
tersebut adalah Di Bawah Perlindungan Bunda. Kalimat tersebut melambangkan
penyerahan diri umat paroki kepada Bunda Maria sebagai pelindung Gereja. Sub
Tutela Matris merupakan ungkapan devosional yang amat tinggi dengan nuansa
spiritualitas yang amat dalam kepada Bunda Maria. Ungkapan ini ,merupakan
kesimpulan pergulatan rohani seorang bderiman akan Bunda Maria.
Tempat Strategis
Katedral ini, tempatnya sangat strategis karena berada di tengah Kota
Semarang yang juga berhadapan dengan Gedung Lawang Sewu, salah satu situs bersejarah di
Semarang. Sebenarnya, Gereja Katedral yang berlokasi di Jalan Dr. Soetomo
Semarang. Namun secara administratif, Gereja ini beralamatkan di Jalan
Pandanaran No. 9, Semarang.
Banyak
destinasi wisata kota di sekitar Katedral ini. Demikian pula penginapan dan
hotel bertebaran di sekitarnya. Kendaraan umum untuk menuju ke lokasi ini juga
sangat mudah. Apa lagi setelah kendaraan berbasis online ada, semakin
memudahkan menuju ke destinasi di sekitar Semarang Kota. Selamat Natal 2018 yang sudah berlalu, dan
selamat menyongsong tahun 2019. Kiranya dengan mengenal wisata rohani
Kristiani, kita semakin berhikmat. (Ch.
Enung Martina, Randusari 25 Desember 2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar