MT adalah
singkatan untuk ‘ makan teman ‘ yang biasanya terdengar di kalangan anak
remaja. Dalam dunia remaja MT ini dikaitkan dengan hidup pergaulan mereka. MT ini tentunya sesuatu yang tak disukai.
Namun, rupanya MT ini terjadi tak hanya di kalangan anak remaja saja.
Kenyataannya pada kehidupan orang dewasa yang sudah mapan pun berlaku juga.
Bahkan, akan lebih terasa lebih sadis karena menyangkut pada hidup berkarir dan
urusan berkaitan dengan banyak macamnya.
Saling
mencaplok atau memakan satu sama lain terdapat dalam hukum rimba. Pemangsa atau predator akan mencaplok mangsanya hewan
yang lebih lemah. Demikian hukum alam. Rantai makanan.
Dalam
rimba raya manusia, saling memakan juga tak asing. Kembali bila kita melihat
manusia sebagai citra Allah yang mulia, barang tentu manusia lebih tinggi
kedudukannya dibandingkan para binatang. Satu hal yang diberikan Allah kepada
manusia sebagai citra Allah adalah akan dan budi yang tak diberikan-Nya kepada
hewan. Diharapkan akal budi mampu membawa manusia menjadi mahluk beradab dan
berbudaya sesuai yang dicitrakannya.
Namun,
tidak pada keyataannya, manusia terkadang jatuh pada keserakahan dan egois
serta ingin mencari pembenaran untuk dirinya. Yang sering terjadi yang satu
ingin mencari keselamatan dan kemuliaan untuk dirinya dan kelompoknya dengan
mengorbankan orang lain. Kesejahteraan, keselamatan, dan kenyamanan, serta
kemuliaan akhirnya didapatkan oleh orang tersebut, tetapi akibatnya dirasakan
oleh orang lain yang menjadi korbannya.
Dalam
dunia kerja keseharian kita pun sering terjadi. Satu orang ingin mencari
keselamatan dan kemuliaan di hadapan atasannya. Bila orang ini bersalah, yang
akan dilakukannya adalah mencari kambing hitam yang bisa dijadikan korban.
Akhirnya keselamatan dan nama baik memang dia peroleh, tetapi akibat dari
mencari kambing hitam, berarti ada orang lain yang menjadi korban. Orang yang
menjadi limpahan kesalahan terkena dampaknya. Dampak yang nyata kelihatan
adalah kemungkinan menurunnya kinerja karena dia beranggapan sudah bekerja dengan
baik saja masih disalahkan. Kalau jatuh pada orang mentalnya kurang baik akan
berpendapat : lebih baik bekerja saja seenaknya daripada berlelah payah, toh
masih disalahkan juga. Kalau melihat situasi ini, siapa yang rugi? Sebetulnya
semua rugi. Perusahaan/ yayasan, pimpinan, teman yang suka mencari korban
kambing hitam, teman yang lain, keluarga, dan pastinya orang yang bersangkutan.
Jadi
dilihat dari dampaknya yang meluas itu, maka tak ada manfaatnya makan teman,
bukan? Karena itulah, makanlah makanan yang bergizi supaya badan tetap sehat
dan kuat daripada makan teman.
(Ch. Enung Martina)