KADO DI AWAL TAHUN AJARAN BARU
Seperti yang kita alami bahwa para peserta didik yang berada di level terakhir sekolah pada tahun 2020, taka da yang melakukan wisuda atau acara perpisahan atau pelepasan layaknya dulu. Namun, beberapa sekolah tak kalah kreatif. Banyak sekolah yang mengadakan perpisahan, wisuda, dan pelepasan para peserta didik secara online.
Tanpa mengurangi esensi seremonial kegiatan wisuda, banyak
sekolah melaksanakan acara wisuda ini
melalui daring atau yang bisa disebut
dengan wisuda virtual. Acara wisuda virtual menjadi acara terakhir para siswa
di kelas akhir untuk bertemu teman dan guru sekolah, walaupun secara virtual,
sebelum mereka membuka lembaran baru di jenjang pendidikan akademis yang lebih
tinggi di masa depan.
Demikian pula di sekolah tempat saya mengajar (SMP St. Ursula
BSD). Pandemi Covid-19 ini tidak menjadi
halangan kami dan anak didik kami untuk terus berkarya dalam dunia pendidikan dan
teknologi. Situasi ini mengajarkan kita untuk terus maju dan bekerja keras demi
meraih hasil yang terbaik.
Pelepasan virtual itu tentunya menimbulkan perasaan yang
campur aduk. Walaupun memang mereka tetap akan lulus dari sekolah ataupun
universitas, tapi tetap ada yang terasa kurang dari pelepasan virtual ini.
Mulai dari tak merasakan kelas terakhir bersama anak-anak, hingga tak bisa
melakukan perpisahan sambil meluk guru dan teman-teman satu angkatan. Acara
tangis-tangisannya sendiri di rumah masing-masing.
Tapi saya harap anak-anak angkatan 2020 ini juga menyadari bahwa, kalian
adalah angkatan yang luar biasa lho. Selalu ada untuk satu sama lain dan saling
menguatkan saat berada di tengah-tengah situasi seperti ini. Saya harap, dengan
banyaknya media yang menampilkan konten Class of 2020, kalian juga bisa lebih semangat.
Semua itu sudah berlalu dengan baik. Kini mereka sudah menyiapkan diri untuk masuk
ke kelas baru di jenjang sekolah yang berikutnya.
Ada hal yang mengharukan saya minggu terakhir menjelang masuk
tahun pelajaran 2020-2021. Keterharuan saya adalah: pertama anak kelas XII yang
dulu menjadi murid saya dari kelas VII sampai kelas IX yang akan pergi ke
berbagai perguruan tinggi, tiba-tiba mengirim pesan di
Line yang menyatakan keinginan untuk zoom meeting. Sebelumnya saya ada
chat dengan beberapa anak kelas 9A tahun pelajaran 2017-2018. Biasa seputar obrolan mau ke mana kuliah,
kabar terkini, gebetan sekarang, keluarga, dan sekitar keseharian. Akhirnya jadilah kami zoom meeting pada hari
Jumat, 10 Juli 2020 pukul 19.04. kami mengobrol, bercanda, saling ledek, sampai
akhirnya mereka melaporkan ke kelas bahwa akan kuliah ke mana dan di mana.
Salah satu dari mereka, Regina Maureen memimpin agar teman-temannya melaporkan
ke kelas urut absen. Mereka melakukannya dengan urut absen. Ada beberapa yang
tak ikut meeting karena berbagai keperluan lain. Tapi 85% anggota kelas 9A
hadir. Saya terharu melihat mereka tumbuh. Dulu tubuh mereka masih remaja
tanggung. Sekarang sudah tumbuh jadi anak remaja akhir. Dengan tubuh mereka
yang tak kecil lagi, tetapi saya masih melihatmereka sebagai anak-anak remaja SMP yang dulu saya ajar dan
saya marahi kalau mereka bandel.
Kejadian yang kedua
terjadi hari Sabtu, 11 Juli 2020. Saya menyapa kelas 9D angkatan
2019-2020 di grup Line mereka. Saya memberikan motivasi untuk hari Senin, 13
Juli, sebagai hari pertama mereka sekolah di jenjang SMA. Lantas mereka membalas: terima kasih Buuuu!
Setelah itu mereka memberikan link googledrive untuk saya buka. Begitu saya buka ternyata isinya adalah
rekaman lagu mereka untuk saya. Mereka menyanyi dan memvideokannya. Lalu
digabung dan diedit. Saya terkesima melihat video itu. Mereka niat sekali
melakukannya ya? Demi untuk saya?
Setelah itu dengan hati yang biru karena terharu, saya
merenungkan semuanya. Perjalanan waktu yang berlalu dengan perlahan dan pasti.
Namun, tiba-tiba sudah berlalu sekian tahun. Dari cinta dan perhatian yang saya dapatkan dari mereka, saya merasa
begitu bersyukur. Betapa hati saya penuh syukur karena mereka, yang Tuhan
percayakan untuk bertemu dengan saya sebagai guru dan murid. Yang Tuhan berikan
kepercayaan kepada saya agar saya jadi guru dan wali kelas mereka. Yang dalam
proses bersama mereka tentunya tidak mulus-mulus saja. Yang dalam perjalanan
bersama mereka juga hadir selain tawa juga air mata. Yang dalam pembelajaran
bersama mereka juga hadir marah-marah dan teguran keras, selain kata-kata
motivasi dan lemah lembut yang menenangkan.
Betapa semua itu saya alami dan miliki sebagai sebuah kasih
yang tak mungkin diambil oleh siapa pun, bahkan oleh Tuhan sekali pun. Bersama
mereka kasih Sang Cinta itu nyata. Bersama mereka, panggilan keguruan saya terpenuhi.
Saya jadi mengingat doa seorang Guru untuk murid-muridnya:
…. Aku telah menyatakan
nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau
berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka
itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah
menuruti firman-Mu 3 . 17:7 Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau
berikan kepada-Ku itu berasal dari pada-Mu. 17:8 Sebab segala firman yang
Engkau sampaikan kepada-Ku telah
Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu
benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah
mengutus Aku. 17:9 Aku berdoa untuk
mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa,
tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu 17:10 dan segala
milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka.
17:11 Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan
Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang
kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau
berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. 17:12 Selama Aku bersama mereka, Aku
memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan
kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang
binasa selain dari pada dia yang telah
ditentukan untuk binasa, supaya
genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.
(Yohanes 17:7-12)
Itu adalah catatan tentang doa Sang Guru utuk murid-Nya. Dia
adalah Guru dari segala guru. Sementara saya hanya seorang guru biasa saja. Namun,
Engkau boleh ijinkan saya untuk bisa merasakan kemulian dan kasih dalam
murid-murid yang Engkau percayakan untuk saya. Siapakah saya ini sehingga saya
mendapatkan begitu banyak kebahagiaan yang bersumber daripada-Mu. Syukur untuk semua berkat dan cinta yang
Engkau berikan ewat mereka, murid-murid saya.
(Christina Enung
Martina, Jelupang, Masa New Normal)