Waktu Merangkak dengan Pasti
"Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam. Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu." (Mazmur 90:4-6)
Tulisan ini dibuat bertepatan dengan perpisahan kelas IX SMP Santa Ursula BSD, Angkatan 27. Tiga tehun perjalanan anak-anak di SMP sudah terjalani. Betapa begitu cepatnya waktu berlalu. Dua belas tahun lalu saya belingsatan karena hamil pada saat saya berusia 46 tahun. Kini anak bonus yang Tuhan kasih di saat yang tak pernah kami duga sudah berusia 11 tahun lebih. Sudah akan lulus dari kelas VI menuju ke kelas VII pada bulan Juni 2022 ini.
Rona perjalanan waktu yang terus bergulir tanpa henti. Bergerak dengan pasti. Dua tahun lebih waktu kita menjalani masa hibernasi melalui masa pandemi yang membawa kepiluan. Masa yang berat. Namun, semua terlewati dengan baik. Bagi para pribadi reflektif, masa pandemi adalah masa yang baik untuk berhenti. Jeda untuk memandang segala langkah ke belakang. Bagi pribadi yang terbiasa berurusan dengan dunia materi, masa pandemi masa yang menghentikan beberapa pencapaian untuk meraih materi yang diharapkan. Untuk beberapa orang yang cerdas memanfaatkan kesempatan, maka masa pandemi adalah peluang untuk berjuang meraih segala asa. Bagi pribadi yang nihilis, sama saja pandemi atau pun tidak ya… biasa saja. Bagi para pencari peluang, pandemi adalah kendaraan untuk meraih apa yang diperjuangkan. Bagi para hedonis, pandemi adalah waktu untuk mencari kenikmatan tanpa terburu-buru. Sementara bagi para pribadi altruis, ini adalah masa untuk membantu sesama, saling tolong dengan orang lain. Bagi para pribadi yang merasa paling benar dan pembela kebenaran, masa pandemi adalah masa yang tepat untuk mencari kesalahan orang lain, mencari cara untuk membela yang benar menurut versinya, masa untuk mengumpulkan data-data untuk membuktikan bahawa sayalah yang benar, dan yang lain yang tak sealiran dengan saya, sudah pasti salah. Bagi pecinta kegelapan, ini adalah masa yang sangat baik untuk menebarkan ketakutan dan mungkin juga kematian.
Itulah sisi terang, gelap, dan abu-abu manusia. Dengan kehendak bebasnya manusia melakukan yang menurutnya tepat dan pas. Namun, tepat, pas, benar, baik, yang berlawanan dengan antonimya bukan hanya manusia yang menilai. Ada yang lebih objektif menilai itu semua, yaitu semesta. Satu-satunya alat Tuhan yang mampu menilai kita dengan sangat objektif. Manusia bisa subjektif, tetapi semesta sudah pasti objektif.
Kini waktu terus merangkak dengan pasti. Sementara kita menapaki waktu yang diberikan oleh Pencipta untuk menjalani hidup di Bumi dengan kehendak bebas. Namun, terkadang kita menjalankan kehendak bebas kita yang diberikan Pencipta dengan tidak bijaksana.
Hari-hari yang telah kita lalui di sepanjang tahun dipenuhi dengan rona-rona kehidupan: ada suka, ada duka, ada tawa, ada tangis, ada keberhasilan, ada kegagalan, ada doa yang telah dijawab Tuhan, tapi banyak pula doa-doa kita yang belum ada jawabannya. Semuanya itu menjadi pelajaran berharga untuk kita! Karena waktu itu begitu singkat, cepat berlalu, tidak akan pernah kembali terulang dan kita pun tak sanggup menghentikannya, maka kita sadar untuk menggunakan kehendak bebas kita supaya tidak ada penyesalan yang muncul di kemudian hari dikarenakan kita telah membuang waktu dan kesempatan yang ada secara percuma, "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (Mazmur 90:12).
Selamat berjuang untuk Angkatan 27 SMP Sanbes
Ch. Enung Martina