RENUNGAN 2 APRIL
Mat 21_1-11
Tuhan
Memerlukannya
Orang banyak yang
sangat besar jumlahnya menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang
memotong ranting-ranting dari pohon-pohon dan menyebarkannya di jalan.
Seorang artis luar negeri terkenal datang ke Indonesia dengan harga untuk tiket konsernya jutaan rupiah. Para penggemar pun berbondong-bondong membeli tiket konsernya. Tak jarang tiket itu ludes terjual hingga para penggemar ada yang tak mendapatkannya. Begitulah para bintang itu diburu oleh para penggemarnya. Seperti ini mengingatkan kita pada saat Yesus Kristus dielu-elukan yang kita peringati pada Minggu Palma.
Pekan Suci kita buka dengan merayakan Minggu Palma atau Minggu daun-daun. Hari ini merupakan prosesi agung, pawai mulia-meriah Yesus masuk kota Yerusalem disertai sorak-sorai, suatu pawai kebesaran. Pawainya Yesus ini bukanlah suatu kebetulan. Hal ini Yesus lakukan dengan tujuan mau memperlihatkan kepada semua orang, siapa Dia sebenarnya sebelum Ia masuk dalam penderitaan dan wafat-Nya di kayu salib, palang penghinaan.
Pada hari ini juga kita memasuki Pekan Suci. Pada pekan ini, Gereja secara khusus merenungkan misteri penebusan dan keselamatan dunia. Kita bersama-sama merenungkan kasih Allah yang luar biasa bagi umat manusia. Bacaan-bacaan yang kita dengarkan dan baca hari ini menarik perhatian. Pada bacaan Injil kita mendengarkan kalimat “Tuhan memerlukannya” (Mat 21:3).
Yesus berpesan kepada murid-Nya untuk mencari seekor keledai untuk ditunggangi. Saat menemukan keledainya, pasti banyak orang yang bertanya-tanya akan dibuat apakah keledai itu? Murid-Nya hanya menyampaikan kepada mereka bahwa Tuhan memerlukan. Nyatanya pemilik keledai itu bersedia meminjamkan keledainya untuk dipakai Tuhan.
Peristiwa Minggu Palma mengajak kita untuk berani menentukan pilihan dan sikap iman yang tegas dan benar. Sikap iman yang tidak gampang di kala kemajuan zaman terus melesat, digeser oleh kepentingan diri dan mencari aman. Sikap yang tidak gampang goyah, bimbang dan ragu, yang tidak menjadi orang beriman Katolik yang ikut arus, ikut ramai dan ikut-ikutan orang banyak, beriman yang plin-plan, atau iman yang kabur dan suram, dan suam-suam kuku yang cuma “napas” natal-paskah dan musiman.
Memang bukan hal yang mudah sikap bersiap sedia untuk Tuhan. Pasti di dalamnya menyertakan kita untuk rela berkorban, waktu, tenaga, pikiran, harta, juga korban perasaan sering terjadi. Kala Tuhan memerlukan kita (waktu, pikiran, tenaga, harta, dll) kiranya kita mempunyai sikap rela untuk memberikan kepada-Nya. Kita berdoa dengan pertolongan Roh Kudus, kita mempunyai ketulusan hati dalam pelayanan kita. Amin. (Ch.E.M)