Jumat, 22 April 2011

BUKIT ZAITUN


Untuk peringatan Kamis Putih tahun ini, saya mengambil catatan perjalanan saya pada tahun 2007 lalu. Selamat merayakan Tri Hari Suci. Salam.

Kami pergi ke Bukit ini dua kali, yaitu ketika kami akan berziarah ke Betlehem pada hari Minggu, 15 Oktober 2007 . Waktu itu pagi hari, kami mengambil foto bersama. Kedua pada hari Senin 16 Oktober 2007.

Saat aku berdiri memandang ke arah barat, kota Yerusalem Lama tampak di hadapanku panorama yang mempesona. Seluruh bangunan nampak menampilkan kindahannya masing-masing. Tembok kota yang menjadi pembatas antara kota lama dan kota baru yang dibangun di luar tembok, nampak berdiri berkelok dengan megahnya menjadi pelindung kota lama. Dari kejauhan tampak bukit-bukit Yudea sampai ke Laut Mati, dan pegunungan Moab yang tampak samar.

Bukit ini dimuliakan oleh umat Yahudi dan juga Kristen. Bagi umat Yahudi di bukit ini dimakamkan nabi-nabi yang menjadi leluhur mereka, yaitu nabi Hagai, Zakaria, dan Malekhi. Sedangkan bagi kita umat Nasrani bukit ini berkaitan dengan beberapa peristiwa penting dalam hidup Tuhan kita, yaitu Yesus berdoa dan menyepi, Yesus mengajarkan doa Bapak Kami, dan naik ke surga.

Bukit ini sebenarnya ada tiga puncak, yaitu di sebelah utara, tengah, dan selatan. Puncak bukit yang di tengah merupakan puncak yang diyakini sebagai tempat kenaikan Yesus ke surga. Ada legenda berkaitan dengan tempat ini, yaitu ditemukan batu yang terdapat jejak kaki di atasnya. Jejak kaki pada batu itu konon katanya adalah jejak kaki Yesus ketika naik ke surga. Di tempat itu didirikan gereja oleh para pejuang Perang Salib. Namun, gereja itu diubah menjadi mesjid pada masa kemenangan Sultan Saladin. Hingga sekarang gereja itu kubahnya tertutup. Hak kepemilikan Gereja Kenaikan itu ada pada keluarga Sultan Saladin. Pada saat itu, Nissim, local guide kami yang lain, memperkenalkan salah seorang anggota keluarga sultan kepada kami. Nama orang itu Joseph. Dia berada di tempat itu sambil berjualan cendera mata.

Bukit yang berada di utara dan di selatan tidak banyak diterangkan oleh Romo Roby maupun local guide kami. Namun, kuperoleh keterangan sedikit dari catatan perjalanan Romo Moses H. Beding, CSsR, dalam bukunya yang berjudul O Yeusalem. Dalam buku itu dikatakan bahwa puncak Bukit Zaitun bagian utara disebut Viri Galilea yang artinya orang-orang Galilea. Mengapa disebut demikian? Rupanya di bukit ini Malaikat Allah menegur para rasul sesudah kenaikan Yesus: Hai orang-orang Galilea, mengapa kalian hanya berdiri saja di situ dan memandang ke langit? Yesus yang kalian lihat diangkat ke surga itu di hadapan kalian, akan kembali lagi dengan cara itu juga seperti kalian lihat tadi (Kis.1:11).
Tempat ini sekarang menjadi milik Gereja Ortodoks Yunani.

Puncak bukit sebelah selatan dijuluki Gunung Skandal oleh umat Kristen. Mengapa? Karena, katanya di puncak itulah Raja Salomo mendirikan tempat pemujaan dewa-dewi yang dihormati oleh para istrinya yang kafir. O..ya, menurut Kitab Raja-raja, Raja Salomo mempunyai istri seribu orang. Nah, lho…! Apakah semua bisa dinafkahi lahir dan batin? Itu mah bukan urusan saya atuh, euy!

Ke arah selatan dari Gereja Kenaikan berdirilah gereja Pater Noster (Gereja Bapa Kami). Di tempat inilah Yesus mengajarkan doa Bapak Kami yang menjadi doa pokok bagi umat Kristen. Di serambi gereja dinding-dindingnya dipasangi doa Bapak Kami dengan berbagai bahasa dan tulisan dari seluruh dunia. Sekarang doa Bapak Kami di tempat ini ada lebih dari 100 bahasa. Dari tanah air kita baru tiga bahasa, yaitu bahasa nasional kita, bahasa Jawa, dan bahasa Batak.

Di antara bukit Zaitun dan kota Yerusalem ada lembah yang dikenal dengan Lembah Kidron. Menurut penjelasan dari Philips dan Romo Roby, lembah ini sering dilewati oleh Yesus dengan para murid-Nya. Lembah ini menjadi pemakaman yang besar. Di sini juga ada makam tua yang bersejarah, yaitu makam dari Absalom, Yosafat, Zakaria, dan Yakobus.Yang kami lihat sepanjang lembah itu hanya kuburan Yahudi berwarna putih.
Berdekatan dengan Lembah Kidron, di lereng yang lain ada sebuah gereja yang disebut Gereja Dominus Flevit (Tuhan Menagis). Gereja ini mengingatkan kita pada saat menjelang sengsara Yesus, tepatnya sebelum Yesus dielu-elukan dengan daun palma, yang kita kenal dengan Minggu Palma.

Ketika Ia telah mendekati dan melihat kota itu (Yerusalem), Yesus menagisinya, kata-Nya, “Alangkah baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matanu “(Luk.19:43). Bahkan Yesus sudah melihat kehancuran kota ini: “Sebab akan datang harinya, ketika musuhmu akan mengelilingi engkau (Yerusalem) dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan. Mereka akan membinasakan engkau beserta dengan penduduk yang ada padamu, dan mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat ketika Allah datang untuk menyelamatkan engkau.” (Luk.19:43-44).

Panorama dari jendela Gereja Dominus Flevit langsung menghadap ke kota Yerusalem dengan segala keindahan dan kemegahannya. Kala kupandang panorama yang mempesona itu persaanku jadi ikut terharu. Jadi membayangkan bagaimana perasaan Yesus kala Dia menangisi kota-Nya yang saat itu Bait Allah masih berdiri dengan megahnya. Meskipun tak tahu persis keadaan perasaan hati-Nya pada saat itu, paling tidak aku pun merasakan keprihatinan dan kesedihan terhadap keadaan tanah airku tercinta. Lantas aku harus berbuat apa? Akhirnya hanya bisa menjalankan tugasku yang semestinya. Itu saja. Terkadang itu pun tidak mudah.



***Ch. Enung Martina ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar