Tiga bulan, itu lamanya Metta, anakku sulung berlibur di rumah untuk tahun 2011 ini. Sepanjang waktu itu, dia menghabiskannya bersama teman-temannya, keluarga, dan paling banyak dihabiskannya bersama Abhimanyu, adik bungsunya.
Memang terasa lucu perbedaan usia mereka yang terpaut 19 tahun. Perbedaan tersebut membuat mereka tidak tampak sebagai kakak-adik pada umumnya, melainkan seperti ibu dan anak. Orang yang pertama melihat pasti beranggapan Abhimanyu anak metta.
Karena setiap saat waktu dihabiskan bersama adik bayinya, tugas sebagai pengasuh pun dilakukannya: menyuapi, mengganti pakaian, membedaki, membuat susu, menidurkan, bahkan menceboki. Tak disangka ternyata semua dilakukannya dengan senang meski masih heboh pada saat harus menceboki.
Saya melihat, bahwa dia banyak belajar dari setiap saat dia alami selama tiga bulan ini. Ia belajar menjadi seorang pengasuh, pembantu rumah tangga, menjadi teman bermain, merawat diri (mengobati jerawatnya), dan juga menjadi juru masak. Yang saya lihat dari semua itu, dia belajar tentang hidup. Begitulah hidup. Setingi-tingginya seseorang bersekolah, kalau dia tidak bisa membawa diri tetap saja ia tidak bisa hidup dengan baik. Mungkin itu yang dimaksud orang tua yamg mengatakan setingi apa pun pendidikan perempuan, tetap saja ia ke dapur. Mungkin maksud orang tua adalah, perempuan tetap tidak boleh melupakan tugasnya sebagai ibu dalam keluarga.
Saya juga melihat dan belajar dari pengalaman bahwa dari semua hal yang dibutuhkan dalam hidup adalah bagaimana kita berelasi. Berelasi dengan diri sendiri, dengan sesama, alam, dan Tuhan.
Saya berharap anak-anakku mampu berelasi dengan baik. Dengan begitu, mereka mampu bertahan dalam menghadapi tantangan hidup. Karena zaman akan terus berubah dan tantangan akan terus bertambah, anak-anak perlu dipersiapkan untuk menghadapinya. Mereka adalah anak-anak zaman ini. Anak zaman harus mampu menghadapi tantangan pada zamannya.
Seorang Pengkhotbah besar berkata bahwa sebetulnya tak ada yang baru di bawah langit dan di atas bumi ini. Segala permasalahan yang terjadi sekarang pernah dialami oleh para pendahulu kita. Hanya konteks yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar