Minggu, 08 Desember 2013

Notre Dame Cathedral Vietnam

Dimuat di majalah KOMUNIKA edisi Agustus 2013 



Pada tanggal 18 – 22 Juni 2013 ini, Tuhan memberikan kesempatan kepada saya untuk berjalan-jalan di negri orang, Vietnam. Keberangkatan kali ini Tuhan memberikan kesempatan melalui saluran berkat-Nya : Suster Francesco Maryanti, OSU sebagai koordinator Sekolah Santa Ursula BSD.

Topik yang saya ambil adalah sebuah katedral yang indah yang terletak di tengah kota Ho Chi Minh, yaitu St. Joseph's Cathedral (NhaTho Lon), dikenal juga sebagai Da Lat Katedral, atau biasanya dikenal dengan Notre Dame Cathedral Vietnam, ada juga yang menyebutnya sebagai Nha Tho Con Ga karena pada bagian atas menara ini ditempatkan ayam jantan perunggu (con ga) berupa baling-baling cuaca berukuran 66 cm. Mari kita mengenal lebih jauh katedral ini:
Bangunan megah berkarakter ini terletak di kota Saigon (Ho Chi Minh) tepatnya di Jalan Tran Phu, dekat Dong Khoi Street letaknya di distrik 1 di bagian tengah kota. Katedral yang indah dan megah ini berasal dari dominasi Perancis pada abad ke-19. Gereja ini dibangun menyerupai Notre Dame de Paris sehingga kita bisa menemukan beberapa kesamaan dengan Notre Dame aslinya di Prancis sono (ini sih kata orang, karena saya belum pernah berkunjung ke yang asli. Semoga suatau saat nanti, ya!) . Di depan bagunan neo-Romawi ini ada taman bunga dengan  patung Bunda Maria besar di tengah-tengahnya. Menurut beberapa kesaksian pernah terjadi peristiwa patung Bunda Maria menangis darah.
Dokumen sejarah menunjukkan bahwa mimbar kecil dibangun pada situs ini oleh Perancis pada tahun 1920. Kemudian pada situs ini diukir tulisan yang merupakan singkatan Domus est Dei, yang berarti "Ini adalah Rumah Kristus."  Dua tahun kemudian bangunan gereja megah didirikan di sini. Gereja tersebut berukuran  panjang 26 meter dan lebar delapan meter, dengan menara lonceng setinggi 16 meter. Pada tahun 1931 dimulai pemugaran pada pada gereja ini. Pemugaran  ini selesai pada tahun 1942. Akhirnya, bangunan gereja ini menjadi katedral terbesar di kawasan ini. Katedral ini sekarang  panjangnya 65 meter , lebar 14  meter, dan menjulang menara lonceng dengan ketinggian 47 meter. Katedral ini dibangun dalam gaya arsitektur Eropa Gothic.

Pada masa penjajahan Prancis,  Katedral ini digunakan terutama oleh orang Prancis dan orang Eropa lainnya yang tinggal di Dalat. Karena itu bangunan ini sering pula disebut Katedral Dalat. Dalat dieja Đà Lạt dalam bahasa Vietnam merupakan  ibukota Provinsi Lâm Đồng di Vietnam. Kota ini terletak 1500 m (4.920 kaki) di atas permukaan laut di Dataran Tinggi Langbian di bagian selatan Tanah Tinggi Tengah (dalam bahasa Vietnam - Tây Nguyên). Menurut mitos dari masa penjajahan Perancis, nama itu diturunkan dari singkatan frasa Latin 'Dat Aliis Laetitiam Aliis Temperiem’ ("Memberi Kesenangan pada Beberapa Orang, Kesegaran pada yang Lainnya).Pemerintah kolonial Perancis menggunakannya dalam lambang resmi Đà Lạt. Nyatanya nama itu diturunkan dari kelompok etnissetempat Lạt dan arti aslinya ialah "Aliran Lạt". Di Vietnam, Đà Lạt ialah sebuah tujuan wisata terkenal dihargai karena iklim sedangnya, pemandangan yang menarik seperti air terjun dan danau dan melimpahnya bunga dan sayuran (sumber Wikipedia dengan perubahan).

Bila kita berkunjung ke kota  suasana serba Perancis melekat kuat di banyak tempat juga di tempat jejak langkah Gereja Katolik hidup dan berada di Da Lat. Salah satunya tentu saja bangunan Ge Nha Tho Chanh Toa Da Lat yang lazim kemudian disebut sebagai Gereja Katedral Da Lat. Katedral ini berdiri anggun ditengah-tengah kehidupan rakyat Vietnam.

Saya bersyukur bisa berada di Katedral ini. Kami, rombongan guru dan tata usaha Sata Ursula BSD bisa masuk dan berdoa di rumah Tuhan ini dengan sangat nyaman. Namun, ada yang disayangkan, saya tak sempat berbincang dengan pengurus Katedral atau umat setempat sehingga saya tak sempat tahu seperti apa kehidupan menggereja di Vietnam. Ketika saya bertanya kepada tour guide kami, Miss Mila,   dia menyatakan bahwa kehidupan keagamaan di Vietnam tidak semarak seperti di Indonesia. Hal ini terjadi karena Vietnam negara komunis.

Di Vietnam, Buddha Mahayana, Taoisme dan Konfusianisme mempunyai pengaruh kuat terhadap kehidupan berbudaya dan beragama masyarakat Vietnam. Menurut sensus tahun 1999, 80.8% orang Vietnam tidak beragama. Kristen diperkenalkan Perancis dan juga oleh kehadiran militer Amerika meskipun tidak banyak pengaruhnya. Cukup banyak penganut Katolik Roma dan Protestan dikalangan komunitas Cao Dai dan Hoa Hao. Gereja Protestan terbesar adalah Evangelical Church of Vietnam dan Montagnard Evangelical Church. Keanggotan Islam Bashi dan Sunni biasanya ditujukan kepada etnis minoritas Cham, tetapi ada juga pengikut Islam lainnya di bagain Barat Daya Vietnam. Pemerintah Vietnam telah dikritik atas kekerasan beragama. Tetapi, berkat perbaikan tentang kebebasan beragama belakangan ini, pemerintah Amerika Serikat tidak lagi menganggap Vietnam sebagai Country of Particular Concern (negara yang ikut campur dalam bidang-bidang tertentu) seperti yang selama ini dituduhkan (sumber Wikipedia.com dengan perubahan).

Ketika saya bertanya tentang sekolah Katolik atau Kristen, Miss Mila mengatakan bahwa  di Vietnam belum ada sekolah tersebut. Semua sekolah dikelola pemerintah dan beberapa badan internasional. Vietnam memiliki jaringan sekolah dan univeristas negeri yang luas. Pendidikan umum di Vietnam diberikan dalam 5  kategori: TK,SD, SMP, SMA   dan Universitas. Pelajaran-pelajaran sebagaian besar diajarkan dalam Bahasa Vietnam. Sekolah negeri dalam jumlah besar telah dipersiapkan di kota-kota besar dan kecil dan juga pedesaan untuk kepentingan menaikkan tingkat melek huruf nasional. Ada banyak universitas spesialis yang didirikan untuk mengembangkan tenaga kerja nasional yang luas dan terampil. Kebanyakan orang Vietnam menempuh jalur univeristas di Kota Ho Chi Minh dan Hanoi. Indonesia ternyata banyak memberi andil untuk pendidikan di sana dengan cara memberikan beasiswa untuk mahasiswa Vietnam. Miss Mila, tour guide kami, juga salah satu yang mendapatkan beasiswa di Universitas gajah mada.Karena itu dia sangat mahir berbahasa Indonesia dan Jawa. Para mahasiswa ini menempuh pendidikan di berbagai universitas negri di Indonesia, terutama di Pulau Jawa.

Begitulah sekilas tentang perjalanan kami ke Vietnam.  Yang sangat berkesan bagi saya adalah kerja keras dan daya juang orang Vietnam. Sepanjang perjalanan tour saya di sana, saya tidak menemukan pengemis. Semua orang bekerja keras nampaknya. Sisa penderitaan masa perang yang traumatis  masih nampak pada sikap mereka yang sulit untuk tersenyum. Sikap mereka terhadap tamu tidak seramah orang Indonesia. Nampaknya orang Indonesia masih boleh dikatakan bangsa yang ramah (catatan: kecuali pada saat kerusuhan, tawuran, dan penjarahan). Keragaman budaya, keindahan alam,  dan pertemuan dengan berbagai ragam orang dari aneka ras dan bangsa membuat saya melek betapa karya agung Sang Pencipta luar bisa. Terpujilah Allah untuk sepanjang segala masa.  

Ch. Enung Martina

Minggu, 03 November 2013

Menggapai Impian


Setiap orang mempunyai harapan, impian , atau gretest wish-nya.  Impian itu pasti sesuatu yang baik. Tercapai tidaknya harapan atau impian seseorang tergantung dari faktor dari dalam diri dan juga dari luar seseorang. Namun, para ahli kejiwaan melihat bahwa tercapainya impian seseorang akan banyak tergantung faktor dari dalam diri seseorang, meskipun faktor luar tetap mendukung.

Great fears (ketakutan-ketakutan besar) seseorang diyakini menjadi salah satu penghambat pencapaian impian tersebut. Setiap orang mempunyai great fears-nya masing-masing. Ketakutan itu berbeda satu sama lain. Beberapa great fears yang tercatat dari beberapa remaja, siswa salah satu  sekolah sebagai berikut: takut ditinggalkan orang tua dan orang-orang yang dicintai, takut mengalami kegagalan, takut berpisah dengan sahabat, takut prestasi menurun, takut tidak diterima, takut diejek dan dilecehkan.

Bila seseorang masih terkurung dalam great fears-nya, maka gretest wish-nya tidak akan tercapai.  Namun, tak perlu kuatir karena ternyata great fears bisa diatasi. Dalam  mengatasinya seseorang memerlukan bantuan dan dukungan orang lain: keluarga, saudara, guru, teman. Setiap orang diharapkan berkontribusi untuk untuk membantu mengatasi  ketakutan dan mendukung untuk mencapai gretest wish orang lain.



Pribadi yang mampu mengatasi ketakutannya dan menghadapi tantangan adalah orang yang bisa meraih impiannya. Dalam hidup orang tak bisa terlepas dari masalah. Namun, kita boleh memilih apakah mau menjadi pribadi yang mudah pecah (seperti telur) atau pribadi yang alot (seperti bola). Pribadi seperti telur adalah pribadi yang baru mendapatkan masalah kecil pun dia sudah menyerah dan putus asa. Berbeda dengan orang yang berkepribadian seperti bola. Ia mempunyai mental yang bisa membal dan tahan banting  ketika mendapatkan masalah. 

Bagaimana kita bisa menjadi pribadi yang alot, tahan banting, dan  membal terhadap berbagai permasalahan hidup? Sebetulnya manusia diberi kemampuan diri untuk memulihkan diri dari berbagai rasa sakit tanpa melakukan cara yang aneh-aneh. Ketika seseorang mengalami peristiwa yang menyakitkan, dia bisa bertahan dengan cara yang wajar dan alami yaitu membiarkan semuanya berlalu dengan penuh kesabaran. Tubuh kita akan memulihkan diri dengan berlalunya waktu. Seorang penyair berkata tentang waktu: .................., kita mencatat usia yang diberikan waktu, waktu, sang penentu yang bijak itu, tak pernah berkhianat.


Cara lain agar bisa menjadi pribadi yang tangguh adalah dengan mengenal diri kita. Kita mengenali kelemahan dan kelebihan kita. Kita menyadari bahwa kita berharga. Kita hadir di dunia itu bukan karena kebetulan, tetapi Tuhan menciptakan kita dengan satu tujuan yang baik. Karena itu kita harus yakin akan diri kita bahwa kita adalah pribadi yang berharga dengan tidak membiarkan hal-hal (emosi/pikiran) negatif menguasai kita.

Cara yang ketiga dalah dengan menyadarinya bahwa kita pribadi yang berharga dari situ kita membentuk diri kita untuk menjadi pribadi yang mandiri dan bebas. Bebas dari pengaruh negatif dan mandiri untuk menentukan segala tindakan yang bisa dipertanggungjawabkan. Pribadi yang mandiri termasuk di dalamnya pribadi yang mempunyai daya juang tinggi dan pekerja keras serta tekun.

Mempunyai selera humor adalah salah satu cara yang jitu untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi. Orang  yang mempunyai selera humor yang tinggi terbukti mampu bertahan dalam keadaan yang berat dan menekan. Orang  yang cerdas adalah orang yang mempunyai selera humor yang tinggi. Begitu orang pernah berkata tentang hal ini.


Satu hal lagi yang tak bisa dilupakan adalah bahwa manusia itu sebetulnya mahluk yang dilahirkan dengan kecerdasan spiritual dari sono-nya. Secara tak sadar manusia itu mempunyai kerinduan akan hal yang spiritual. Namun, karena kenyataan hidup yang menuntut ini dan itu, kebutuhan ini terkadang diabaikan orang. Justru kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar seorang ciptaan (mahluk) akan penciptanya (khalik). Untuk bisa menjadi pribadi yang tahan banting, kebutuhan spiritual ini harus terpenuhi. Orang mengekspresikan diri untuk memunhi kebutuhan ini dengan berdoa, pergi ke tempat ibadat, berbuat amal bajik, dan membaca kitab, atau bacaan rohani.

Demikian beberapa hal tentang bagaimana meraih impian-impian. Mari kita menyingkirkan ketakutan-ketakutan kita dan meraih impian kita setinggi mungkin bersama dengan teman dan keluarga untuk saling mendukung.  Selamat menggapai impian!
Ch. Enung Martina


&  &  &

Selasa, 01 Oktober 2013

MENCAPAI TUJUAN

Setiap orang mempunyai tujuan dalam hidupnya. Tujuan itu ada yang benar-benar disadari dan diperjuangkan. Namun, ada juga yang tak disadari karena seseorang mersa hidup itu mengalir begitu saja: mempunyai keluarga, mempunyai teman dan jaringan sosial, mempunyai pekerjaan, mempunyai pendidikan, mempunyai harta yang mungkin didapat sendiri atau warisan. Dengan demikian orang ini tak pernah berpikir apa itu tujuan hidupnya. Tak pernah terpikirkan, tak ingin memikirkannya, dan tak mempunyai kesempatan untuk memikirkan. Semuanya hidup terasa ada begitu saja, sudah wajar, sudah biasa.

 Begitu kita melihat bahwa hidup itu tidak hanya sekedar ada dan berlalu begitu saja, melihat hidup dari sudut pandang yang berbeda, tentunya baru menyadari bahwa hidup ada tujuannya. Untuk mencapai tujuan itu seseorang harus berjuang dan harus berlajar. Dalam proses belajar ini seyogyanya seseorang mempertahankan sikap dan akal budi seorang pemula. Artinya hendaknya kita selalu siap menerima pelajaran yang baru. Selalu dengan rendah hati menerima kritik dan saran. Siap menerima pelajaran baru. Selalu siap dan bersemangat untuk mendapatkan hal-hal baru. Setiap saat kita melihat dan merasakan hal-hal baru, meskipun dari pengamatan luar sepertinya yang dilakukan dan dipandang masih sama saja dengan hari yang lalu. Sanubari dan mata batin dilatih untuk menatap sesuatu dengan perasaan dan intuisi, segar, dan baru. Dengan cara demikian orang dapat menghindari kejenuhan dalam belajar, berlatih, atau bekerja.

Dalam mencapai tujuan itu orang juga bekerja. Dalam bekerja apa pun pekerjaannya dikehendaki rasa syukur menyambut momen-momen yang dijalani. Tak ada kebosanan, tak ada rutinitas, sebab yang dihadapi adalah aliran waktu dengan sekelilingnya  yang terus berubah. Disiplin dalam berlatih adalah suatu keharusan yang baik. Dalam hidup, baiklah kalau kita bisa mengedepankan yang konkret dan menekankan pada berbuat kini dan di sini. Namun, tak berarti kita mengabaikan hal yang rohani.

Kembali kita pada belajar untuk meraih tujuan dalam hidup. Seseorang belajar agar mempunyai kecerdasan dan trampil pada bidang tertentu. Berbagai upaya untuk mencapai keahlian dalam bidang tertentu, bagaimanakah prosesnya? Mula-mula orang tidak menyadari akan ketidakmampuannya dan tidak kompeten dalam bidang tertentu. Kedua, dia mulai menyadari ketidakmampuannya dalam bidang tertentu. Ketiga orang mulai belajar dan berpraktik. Pada tahap ini kesadaran perlu disiagakan penuh. Keempat orang tersebut sudah trampil dalam bidang tertentu. Bawah sadar telah merekam kemampuan tersebut. Sesudah tahap empat senantiasa yang ditekankan adalah bukan sekedar ketrampilan dalam laku fisik, tetapi kekuatan antara tubuh, jiwa, dan roh. Proses belajar itu tidak sama pada setiap orang tentunya. 

Menurut Robert Collier dalam The Amazing Secrets of Masters of the Far East (1985), orang yang berhasil mencapai tujuan hidupnya, bahkan menonjol atau unggul di dunia, rupanya  tidak semuanya adalah orang-orang jenius. Bahkan sebagian di antaranya adalah orang-orang medicore (orang-orang biasa saja-kepalang tanggung, ya seperti kita ini, orang yang rata-rata). Kesuksesan mereka disebabkan perilaku, sikap, dan pandangan hidup.  Kemampuan seseorang untuk memusatkan segenap daya,  baik yang kelihatan atau yang tak kelihatan, merupakan bagian dari kunci sukses seseorang mencapai tujuan dalam hidupnya. Segala sesuatu ada di bawah kontrolnya dengan sesadar-sadarnya. Semuanya dilakukan dengan penuh kesadaran. Hal ini sering pula disebut dengan istilah DHARANA.

Dengan dharana ini, orang yang sedang-sedang saja akan mempunyai daya yang luar biasa sehingga menjadi orang yang menonjol. Menjadi orang yang unggul. Untuk memancing keluarnya kekuatan tersembunyi yang diperlukan adalah dengan konsentrasi tanpa ketegangan, kemauan yang tak dipaksakan, kedisiplinan, dan kepasrahan total berdasarkan keyakinan yang kuat. 

Ilusi dan Motivasi
Manusia tak pernah merasa puas dengan berkah yang diterimanya, sekalipun orang itu sudah berkelimpahan. Orang akan terus berilusi menjadai lebih dan lebih. Dia selalu beranggapan masih kurang. Kalau direntang terus tanpa henti, tanpa perhitungan, di luar batas kemampuan, dan dengan kecepatan tinggi, maka orang akan melingkar kembali ke titik awal. Ingat kembali akan dongeng tukang batu yang menjadi orang kaya, kemudian jadi pejabat, jadi raja, jadi matahari, jadi awan, jadi angin, jadi gunung batu, dan kembali menjadi pemecah batu.  Apa yang dia raih tak pernah memuaskan dirinya sehingga orang itu kembali ke titik awal. Rupanya titik awal bagi tukang batu dalam dongeng ini bila disadari dengan penuh syukur itulah yang menjadi sempurna. Sepertinya hidup tak selalu dianggap berhasil dengan memuaskan keinginan untuk mencapai semua yang dikehendaki. 

Dalam belajar untuk mencapai tujuan, betapa banyak pilihan dalam hidup ini. Karena itu, kita jangan terpaku pada pola-pola yang sama. Semangat atau kepercayaan diri adalah hal yang utama, tetapi belum lengkap tanpa daya juang dan keterbukaan hati untuk menerima apa yang terjadi dalam hidup. Ada orang yang mudah untuk mengepakkan sayapnya berjuang mengarungi angkasa kehidupan. Namun, ada juga orang yang mudah kehilangan kemauan kuat dan daya juangnya. Determinasi begitu lebih tepatnya, adalah kemauan kuat yang tidak mengenal kata menyerah, rupa-rupanya sangat diperlukan untuk mengarungi samudra kehidupan yang penuh tantangan ini. Agar determinasi itu tetap ada, rupanya diperlukan suatu dorongan yang terus mendorong tanpa henti. Motivasi memang diperlukan untuk itu.

Mengenal diri kita dengan segala kelebihan dan kekurangannya, mengenali musuh dengan segala kekuatan dan kelemahannya, adalah salah satu strategi untuk meraih tujuan. Mengenal medan tempat kita berjuang, mengenali iklim di sekitar lingkungan kita, maka kemenangan akan datang perlahan kepada kita. Mengenal diri sendiri, bukan hanya semata mengetahui kelemahan dan kelebihan kita, tetapi juga  mengetahui juga hal-hal yang tak nyata dan tak disadari selama ini. Musuh diartikan juga sebagai lawan atau partner dalam bidang kerja kita. Iklim yang dimaksud bukan hanya sekedar alam saja, tetapi juga menyangkut pada perubahan zaman dengan segala kemajuannya.

Sebelum bertindak perlu juga waspada. Pikirkan yang  terburuk. Setiap peristiwa, setiap masalah, hendaknya dihadapi dengan sikap menghadapi sesuatu yang baru: serius, antusias, dan tidak menganggap remeh.

Strategi Meraih Tujuan
Selain motivasi, seseorang juga perlu memikirkan strategi, teknik, taktik, informasi, dan skenario keluar dari kejatuhan jika segala sesuatunya tak berjalan mulus dan lancar sesuai yang diharapkan. Strategi itu bisa saja kita meniru, mencontek, mengadopsi dari orang yang pernah mengalami masalah serupa. Namun, baik juga jika kita mempunyai kekhasan yang keluar dari diri kita. Yang asli, yang orisinil. Keaslian ini sangat baik karena menunjukkan jati diri seseorang.  Pengalaman langsung, kewajaran, dan spontantanitas merupakan ciri-ciri utama yang menjiwai keaslian.

Bila kita mengalami kejatuhan dalam meraih tujuan, orang perlu kembali melihat semua yang sudah terjadi. Merunutnya dan memandangnya dengan lebih objektif. Dalam keheningan  total, kesadaran murni akan membimbing orang ke arah kebenaran sejati yang tanpa amarah, tanpa rasa dengki, dan tanpa dendam.

Perlu pula diperhatikan dalam strategi untuk bertahan adalah jangan tergoyahkan oleh kritikan atau pujian. Sampai batas mana perlu sikap teguh hati, tidak ambil pusing, dan di mana batas untuk bersikap  terbuka, mau menerima penilaian orang? Itu semua diperlukan kebeningan pikiran dan hati untuk memilahnya. Bolehlah menjadi satu acuan bagi kita bahwa sekali pun pengalaman pribadi dan pencerapan langsung mendapat tempat utama, tetapi masukan dari luar senantiasa boleh diterima untuk disaring. Pendapat dan pengalaman orang lain juga bisa menjadi bahan pelajaran untuk memperkaya diri kita dan menambah wawasan. Dengan talenta, kemampuan, ,  kepercayaan diri, daya juang, motivasi dari orang-orang kepercayaan, keterbukaan hati pada inspirasi dari orang lain, dan keyakinan akan rahmat Ilahi, kita semua berharap segala asa dan tujuan hidup kita bisa tercapai dengan baik. (Ch. Enung Martina )



Senin, 02 September 2013

YANG BERSALAH YANG DIUNGKIT

Seseorang berbuat kesalahan itu sesuatu yang wajar dan manusiawi. Kesalahan akan membuat orang melihat mana yang benar. Dari kesalahan orang belajar berhati-hati dan berusaha untuk menjadi lebih baik. Biasanya sesudah seseorang melakukan kesalahan, ia akan berusaha untuk memperbaiki dan menjaga agar tak jatuh pada kesalahan yang sama. Memperbaiki kesalahan itu sebuah usaha yang tak mudah. Jadi, ketika ada seseorang berusaha memperbaiki kesalahan dan berhasil, itu suatu yang luar biasa.
Namun, proses memperbaiki kesalahan ternyata bukan proses yang mudah. Banyak tantangan yang dihadapi seseorang dalam perbaikan tersebut. Orang bisa berhadapan dengan tantangan dari luar maupun dari dalam dirinya. Dukungan dari orang sekitar akan menjadi suatu kekuatan bagi orang tersebut melanjutkan proses hingga berhasil.

Kenyataan lain yang mungkin dihadapi seseorang ketika ia berproses memperbaiki diri dan bahkan ketika ia berhasil adalah ada orang lain yang mengungkit kembali kesalahan masa lalu. Ini dia permasalahan yang sering kita hadapi. Banyak di antara kita ketika mengalami ini merasa terpuruk dan disudutkan. Kesalahan masa lalu kembali dibeberkan,  sungguh membuat kita merasa tidak aman dan tidak nyaman. Sementara itu, ada orang yang sangat suka mengungkit kesalahan orang lain. Ada beberapa alasan mengapa si pengungkit kembali membuka kesalahan orang lain. Alasan yang biasanya terjadi adalah agar si pembuat kesalahan tidak kembali terjatuh pada kesalahan yang sama. Alasan lain karena kesalahan itu sangat fatal dan tak bisa hilang begitu saja dari ingatan. Ada juga alasan hanya untuk melampiaskan perasaan kesal terhadap si pembuat kesalahan. Atau alasan yang lainya untuk kepuasan si pengungkit dan untuk menjatuhkan si pembuat kesalahan.

Kasus lain yang  mungkin kita alami adalah bila ada kesalahan di masa sekarang, kita akan mencari kambing hitam ke masa lalu. Contoh  anak SMA tidak bisa berdoa dengan baik pada saat mengikuti retret di kelas XII, maka akan menyalahkan guru agama SMP yang tak mengajarkan doa dengan baik. Kalau itu siswa SMP yang tak bisa bersikap doa dengan baik, maka akan ditelusuri bagaimana dulu guru agama SD mengajarkan berdoa. Dan seterusnya seperti itu. Pertanyaan kita: apakah kebiasaan berdoa itu hanya mutlak tanggung jawab pendidikan semasa di SMP atau di SD saja? Bagaimana dengan pendidikan dalam keluarga? Bagaimana proses selama dia berada di SMA dari kelas X sampai kelas XII? Apakah masa selama di SMA  pendampingan tidak dianggap? Apakah pendidikan hanya terjadi pada satu periode? Apakah kalau anak sudah sampai di SMA pendampingan (termasuk sikap berdoa) juga berhenti? Bukankah selama ini yang kita ketahui dan kita amini bahwa pendidikan itu merupakan sebuah proses yang berkesinambungan?

Mengungkit dan terus mengungkit, mencari dan terus mencari, membeberkan dan terus membeberkan kesalahan orang lain terasa sudah biasa bahkan menjadi suatu kenikmatan tersendiri. Mencari kambing hitam untuk kesalahan sekarang dengan mencari kesalahan dan mengaitkannya dengan  masa lalu apakah sebuah jalan keluar untuk memperbaiki kesalahan sekarang? Bukankah kesalah tidak akan bisa diperbaiki dengan hanya menyalahkan dan mengungkit kesalahan di masa lalu? Apakah kesalah bisa kita perbaiki dengan mencari kesalahan orang lain untuk menutupinya?

Apa pun alasan si pengungkit untuk kembali membeberkan kesalahan seseorang, itu sangat bertentangan dengan makna memaafkan atau lebih tepatnya lagi pengampunan. Mengampuni berarti benar-benar memafkan dan tak perlu lagi mengungkitnya, apalagi kalau diutarakan di depan orang banyak dan di depan si pembuat kesalahan. Bila hal ini dilakukan, orang yang mengalami ( dengan catatan si pembuat kesalahan sudah memperbaiki diri atau dalam proses perbaikan diri )  akan merasa benar-benar dijatuhkan. Semangat untuk membenahi diri pada orang itu akan jatuh.

Ada yang mengatakan bahwa mengampuni bukan berarti melupakan. Betul juga pendapat itu. Kesalahan bukan untuk dilupakan karena kalau dilupakan kita tak akan bisa belajar dari kesalahan. Namun, kesalahan bukan untuk diungkit atau terus dibeberkan ke mana-mana. Bila kesalahan terus diungkit,  bagaimana si pembuat kesalahan bisa mendapat ruang untuk memperbaiki diri karena terus diingatkan dan dihakimi dengan kesalahan masa lalunya.

Kesalahan mungkin saja fatal akibatnya bagi orang lain dan juga bagi si pelaku. Namun, kesalahan juga menunjukkan kepada kita bahwa manusia tidak sempurna. Dari kesalahan ada pembelajaran dan ada pengampunan. Tanpa kesalahan orang tidak bisa melihat  mana yang benar. Karena itu, mari kita belajar dari kesalahan kita dan juga mari kita berani untuk tidak mengungkit kesalahan orang lain.
(Ch. Enung Martina)   


Senin, 05 Agustus 2013

PERCAYA PADA KEAJAIBAN

Dikisahkan di sebuah desa, tinggallah seorang peramal yang terkenal. Peramal itu sangat dipercaya dengan kemampuannya untuk meramal nasib banyak orang. Saat ingin mengawinkan anak, mencari rumah yang cocok, ingin tahu peruntungan, pekerjaan atau usaha apa yang akan digeluti, mereka tidak ragu meminta nasihat si peramal. Biasanya, orang-orang puas dengan hasil ramalan karena sang peramal memiliki kemampuan bertutur yang baik dan selalu membaca ramalan dari sudut positif.

Suatu hari, ada seorang pemuda mendatangi si peramal. Setelah mengamati bentuk muka, mengitung waktu dan hari lahir, si peramal dengan wajah berseri-seri berkata, “Anak muda, kulit dan bentuk wajahmu sangat bagus dan cemerlang. Berdasarkan perhitungan tanggal dan waktu lahirmu, sebelum berumur 35 tahun, engkau akan menjadi pengusaha yang kaya raya. “ Saya mengerti,” jawab si pemuda senang. “ Agar keberhasilanmu bisa bertahan, banyak-banyaklah membantu orang yang susah.” Sejak saat itu, si pemuda berusaha dengan giat dan penuh semangat. Si pemuda kaget sekali.

Namun, si peramal yang dulu telah meninggal dunia. Kini, ia digantikan oleh peramal lain yang sudah tentu berbeda tutur kata dan sifatnya dengan peramal yang lama. Saat dia mengemukakan masalahnya, si peramal memberitahu pemuda tersebut ,”Berdasarkan ramalanku, nasibmu di tahun-tahun mendatang tidak begitu bagus. Sejak itu, si pemuda patah semangat dan kehilangan gairah kerja. Yang diingat hanya kata-kata peramal yang negatif. Karena itu, seiring dengan berjalannya waktu, usahanya mengalami kemunduran.

Kata beberapa sumber  untuk sukses dalam kehidupan, kita membutuhkan kemandirian, keyakinan dan kepercayaan diri. Sebab, dengan sikap tersebut kita akan mampu mengelola pikiran dan tindakan yang bisa kita kendalikan sepenuhnya menuju kemenangan.
Saat diramal bahwa kita akan hidup sukses, kita akan tetap sadar, bahwa tanpa usaha dan perjuangan, kita tidak mungkin menjadi sukses. Dengan begitu, ramalan jelek pun bisa kita ubah menjadi baik. Dengan kesehatan mental, keberanian dan kepercayaan diri, kita buktikan, nasib baik selalu berpihak kepada kita.


Percaya Cinta, Percaya Keajaiban

Cinta sering menghadirkan keajaiban-keajaiban. Dengan cinta orang mampu menghadapi hal terburuk dalkam hidupnya. Rasa syukur dan percaya kepada Tuhan, dari waktu ke waktu membuat seseorang  tidak pernah kelaparan, atau kekurangan, dan bisa mengatasi permasalahan yang rumit sekali pun.
Cinta memang teramat luas untuk makna yang bisa kita tuliskan. Sementara orang melihat kata cinta dari sudut pandang yang sempit, sementara yang lain melihatnya dari yang lebih dalam dan luas.. Pengungkapan perasaan cinta pun akan berbbeda satu dengan yang lain. Seseorang menggu­nakan bahasa verbal sebagai sarana pengungkapan cinta. Sedangkan yang lain tidak pernah meng­ucapkan satu pun kata cinta dan tidak juga pernah bernyanyi cinta khusus buat orang yang dicintainya. Namun, rasa cinta tersebut dibuktikan dengan tindakan dari waktu ke waktu.
Namun, dari semua bentuk cinta yang terungkap secara verbal atau nonverbal, kita bisa melihat bahwa semuanya  mampu membuat seseorang untuk tegak berdiri menghadapi hidup dengan aneka gelombangnya. Bila ada seseorang yang mencintai dengan harapan balasan di belakanya ini mungkin  seperti  apa yang pernah ditulis Emma Goldman yang menulis: ’’Bila cinta mengharapkan bayaran, itu bukan cinta, melainkan sebuah transaksi".

Dari setiap peristiwa pengungkapan cinta dalam kehidupan  menunjukkan pema­haman yang dalam tentang makna sebuah cinta. , Hanya dengan pendidikan kehidupan cinta itu bisa ditransformasikan. Lebih dari semua ini, cinta  juga sering menghadirkan keajaiban-keajaiban. Dengan  rasa syukur kepada Tuhan sebagai bentuk rasa cinta ciptaan kepada Sang Pencipta,  orang  dari zaman ke zaman mampu membuat kejaiban-kejaiban dan melewati berbagai rintangan. Dari pengalaman orang-orang hebat pada masanya kita bisa mengenal mereka  dan  terinspirasi dengan semua 
perejuangan mereka.

Ketika anak saya merantau di negri orang dengan beasiswa yang hanya untuk pendidikan saja tanpa yang lainnya, semenatra itu uang saku yang saya kirimkan untuk dia terbatas, ada saja keajaiban yang membuat dia tetap survive di negri orang.  Demikian pula kami di tanah air, harus membagi-bagi uang gaji  yang pas untuk hidup, tetapi semuanya pada setiap akhir bulan bisa terpenuhi dengan baik tanpa harus mengemis dan menjatuhkan harga diri untuk meminta pada sanak saudara. Bagi saya kalkulasi dari ilmu ekonomi mana pun tak mungkin mampu memecahkan mengapa gaji saya yang kecil dan pengeluaran saya yang besar bisa imbang dan pas pada akhir bulan. Dengan seluruh cerita ini, percaya ataupun tidak, saya meyakini sekali kalau kasih Tuhan
Di samping itu cinta secara umum mampu  menghadirkan keajaiban- keajaiban. Berikut adalah sebagian kecil contoh keajaiban- keajaiban yang bisa dihadirkan cinta menurut
sumber yang pernah saya baca.

Keajaiban pertama, cinta membuat orang jadi awet muda dan berumur panjang. Sebab, dengan memiliki orang yang kita cintai, meniti karier dan napas kehidupan lainnya bisa dilakukan tanpa rasa lelah dan depresi  yang mengganggu. Kita mengetahui bahwa ibu kita begitu mencintai kita dan  bersyukur penuh karena  pernah melahirkan anak seperti saya.

Keajaiban cinta yang kedua, bila Anda selalu mencari sesuatu yang baik dalam diri orang lain, Anda akan mene­mukan sisi terbaik dari diri Anda sendiri. Ini saya alami sendiri. Sebagai manusia biasa, saya juga pernah memenuhi hidup dengan pandangan-pandangan negatif tentang orang lain. Atau sedikit-sedikit menghakimi orang lain. Ketika saya melihat pimpinan saya dari sisi yang positif, saya melihat betapa banyak kebaikan untuk memperjuangkan hal baik di komunitas kami dan di tempat kami bekerja. Energi negatif  membenci tadi, mungkin tidak memakan orang yang saya benci,  tetapi  ia memakan badan kita sendiri.

Keajaiban yang ketiga, cinta sering membuat yang tidak mungkin jadi mungkin.   Karena mencintai keluarga seseorang mampu melawan penyakit ganas untuk bisa bertahan hidup demi keluarga. Karena rasa cintanya pada Allah, Abraham bersedia menyerahkan anaknya, Ishak. Namun, sesudah itu keajaiban terjad, Ishak tidak mati, melainkan hidup dan memberikan keturunan sehingga menjadi bangsa yang besar. Karena kecintaannya pada Allah pula, akhirnya ia menjadi bapak para bangsa.  
( Ch. Enung Martina )





Selasa, 11 Juni 2013

MENIKMATI SEKARANG

Segala sesuatu yang diciptakan adalah ketidakabadian. Sebagai ciptaan yang paling mulia, manusia mempunyai aneka cara untuk menikmati hidupnya. Ada yang menikmatinya dengan berbagi hasil korupsi. Ada yang menikmatinya dengan hidup bersama tujuh istri. Ada yang menikmatinya dengan merencanakan bagaimana saya bisa mengambil kesempatan untuk mencari untung sebanyak-banyaknya. Ada pula yang menikmatinya dengan berbuat sesuka hati saya untuk mengumbar semua nafsu kedagingan dengan melakukan semua hal demi memenuhi kenikmatan daging saja. 

Namun, di samping jenis manusia yang disebutkan tadi, ada juga manusia yang menikmati hidup dengan memilih jalan yang berbeda. Orang-orang ini lebih memilih jalan yang damai, jalan emas, jalan keselamatan, jalan sukacita, jalan terang, jalan kasih, jalan nirwana, jalan spiritual. Orang-orang seperti ini lebih melihat hidup tidak sekedar hidup yang terjadi begitu saja. Namun melihat hidup sebagai sebuah hadiah dan anugrah Pencipta yang patut disyukuri. Dunia memiliki orang-orang yang seperti ini. Saya sangat yakin orang-orang ini pilihan Tuhan sebagai hadiah untuk dunia.

Mungkin saya dan Anda bertanya : sedangkan saya masuk ke yang mana? Boleh dikatakan saya dan Anda mungkin perpaduan dari dua jenis tadi. Kita masih memikirkan kedagingan tetapi juga masih ingat bahwa hidup itu semua ada yang mengatur. Kita masih ingat akan Gusti Allah yang menciptakan kita dan kita tak mungkin bisa lepas dari pada-Nya.

Saya baru mendapat pengetahuan tentang hal bagaiamana menikmati hidup dengan cara menikmati kekinian kita. Saya katakan ini baru pengetahuan, belum sampai pada pencerahan. Karena kalau pencerahan,  itu berarti saya sudah berada di tataran para spiritualist. Saya ini kan masih manusia biasa yang masih suka terbawa emosi dan tanpa sadar terjerumus dalam arus yang membawa saya pada kebiasaan-kebiasaan buruk yang menurut saya itu manusiawi. Contohnya ngerumpi: saya berpendapat itu adalah bagian dari pergaulan sosial. Biasa dalam hidup selalu minta dimaklumi. Bukan begitu, Jeng?

Katanya (orang tua)  begini ni : hidup itu harus eling lan waspada.  Hidup setiap saat senantiasa dalam kesadaran, bukan hanya lima indra, tetapi menukik masuk sampai pada kesadaran dalam (intuisi). Katanya lagi,  orang yang hidup dalam kesadaran itu adalah orang yang hidup pada saat ini. Maksudnya adalah orang yang menikmati saat ini. Sungguh-sungguh berada total pada saat dia berada. Seberapa banyak orang yang penuh sadar menghayati momen kekinian (mindfulness) dan tidak tidak hidup di hari kemarin atau mengawang ke hari esok. Kita memang hidup dalam momen kini, tetapi apakah kita benar-benar menghayati kekinian tersebut?

Yang diharapkan bukan suatu kesadaran yang tipis, tetapi kesadaran mendalam. Dari batin nurani,  kita menelusuri seluruh pikiran, ucapan, dan perbuatan selama bertahun-tahun kita hidup. Kita lakukan untuk melihat apakah selama kita hidup sekian tahun itu kita menikmati saat ini saya? Belum tentu. Saya sendiri seringnya ingat masa lalu. Atau justru melamun untuk masa yang akan datang. Dengan melakukan kegiatan dua hal tadi, sebetulnya saya sedang menyia-nyiakan masa kini saya. Saat yang paling tepat adalah momen kini.  Diperlukan introspeksi, keterbukaan, dan keberanian untuk berubah. Mengubah kebiasaan saya  untuk dapat melekat  ke masa kini,  diperlukan keyakinan bahwa hal itu memang perlu dan bermanfaat. Penting sekali pengendalian dan kemauan kuat, sebab kesadaran sendiri kerap pergi dan datang begitu saja. 

Potensi pencerahan ada pada setiap orang itu tidak sama. Demikian pula untuk memahami tentang pentingnya dan gentingnya masa kini, saat ini. Untuk itu perlu kesadaran penuh dengan penghayatan tetap akan sikap, pikiran, perkataan, dan perbuatan yang benar terarah pada saat ini. Dalam kehidupan sehari-hari kita menemukan pola pikir 180 derajat: segala sesuatu terbagi menjadi dua hitam dan putih, benar dan salah, ya atau tidak. Orang yang mempunyai budi 360 derajat adalah orang yang melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang, melihat segala sesuatu lebih integratif, dan komperhensif, serta menyeluruh. Menurut para guru spiritual Zen, kalau kita hidup untuk menghayati  saat ini diperlukan pola pikir 360 derajat.

Bagaimana kalau hidup itu ternayata tidak berjalan baik-baik saja? Yang patut disadari adalah bahwa waktu terus berjalan, mengalir, tanpa bisa dipanggil kembali. Baik yang kita hadapi adalah hidup yang pahit atau pun manis, yang sedang terjadi memang merupakan kenyataan yang harus diterima, betapa pun itu perih.
Dari sudut pandang orang beriman, selain kita memupuk kepercayaan diri dan berbuat baik untuk momen kini, sepatutnya orang merendahkan diri dan berseru kepada Sang Pencipta. Setelah segala daya upaya, maka berserah mendatangkan kedamaian hati. Kesulitan yang kita hadapi saat ini hadapi dengan penuh syukur. Itulah mungkin yang dikatakan Yesus tentang janganlah engkau kuatirakan hidupmu.

Setelah merancang masa depan, tekanannya kemudian kembali lagi ke masa kini. Orang tidak hanya puas dengan rumusan cita-cita, melainkan hidup sehari-hari dengan pelaksanaannya. Orang boleh saja melihat ke belakang untuk mengambil hikmah dan menatap horison masa depan untuk mencari arah, tetapi kemudian saya harus menyadari untuk menekuni momen sekarang yang saya miliki. Dengan pergumulan momen kini, akhirnya dapat diketahui mana rencana yang dapat dipertahankan dan mana yang perlu diubah atau mungkin tibatalkan.

Dengan hidup di saat ini berati memungkinkan orang untuk memandang ke belakang dan menatap ke masa depan dengan penuh harapan. Di situ letaknya orang bisa merefleksikan hidupnya. Hidup di saat ini membuat orang untuk melakukan semuanya dengan baik, bahkan sangat baik. Saya pernah mendengar perkataan: jalanilah hidupmu hari ini seolah-olah besok engkau akan mati dan seolah-olah engkau akan hidup seribu tahun lagi. Saya melihatnya bahwa menjalani hidup seolah-olah besok  akan mati yaitu menjalani hari ini dengan sangat baik,  berusaha berbuat kebajikan, berusaha tidak berbuat dosa,  agar kalau besok saya mati, saya masuk surga. Sikap hidup seolah-olah akan hidup seribu tahun lagi yaitu melakukan segala sesuatu dengan penuh perhitungan, dengan teliti, dengan sempurna. Karena kalau saya melakukannya dengan sembrono, pastinya  akan berakibat bagi hidup saya yang akan berlangsung sekian lama itu. Saya berhati-hati agar yang saya lakukan itu tidak mendatangkan celaka kepada diri saya atau keturunan saya.
Akhirnya saya mengakhiri obrolan saya kali ini tentang hidup pada saat ini dengan sebuah puisi klasik.

Serenity Prayer
God grant me the serenity
To accept the things I can not change,
The courage to change the things I can,
And the wisdom to know the difference.
Living one day at a time
Enjoying one moment at a time.
                                                                                ( Reinhold Neibuhr: 1892-1973)

Kira-kira artinya adalah...:

Tuhan anugrahilah aku kejernihan hati 
Untuk menerima hal-hal  yang tidak dapat aku ubah
Dan berilah keberanian untuk mengubah hal-hal yang dapat kuubah
Serta  kebijaksanaan utk mengetahui perbedaannya
Hidup pada hari ini untuk menikmati saat ini
Menikmati satu saat dalam kekinian.
( Ch. Enung Martina -  awal Juni 2013)


Sabtu, 18 Mei 2013

BERSERAH-SURRENDER


Prihal orang-orang yang menjalani hidup dengan berserah (surrender) , dalam kemalangannya muncul hikmah yang malah membawa mereka pada keberuntungan. Dalam peristiwa keberserahan muncul berkah tersembunyi (blessing in disguise). Orang orang sejenis ini adalah manusia yang tidak melonjak-lonjak lupa diri pada kala mereka beruntung, sebaliknya kala kemalangan, mereka tidak jatuh dalam kesedihan dalam dan depresi berat. Susah dan senang, kalah dan menang adalah bagian yang wajar dalam kehidupan. Kehidupan memang menyimpan sejumlah misteri yang tak terkenali. Mereka inilah yang orang tua sering menyebutnya eling lan waspada.

Berbicara tentang kata eling, saya teringat teman saya Mbak Fenny yang membuka usahanya dengan merek ELLING! (saya tidak promosi!) Hebat Mbak! Piye kabare? Salam untuk Mbak Fenny, di mana pun Anda berada! Semoga sukses dan selalu eling!

Menurut sebuah buku yang pernah saya baca, orang-orang yang agresif dalam kehidupan senantiasa ingin memaksakan kehendak, ide, dan kemauannya. Namun, kebalikannya, orang-orang besar yang bijak mengetahui bila mana ia harus memegang kendali yang ketat, dan mengetahui kapan harus membiarkan kendali lepas. Semuanya bukan demi dirinya, tapi demi kelangsungan hidup yang baik. Saya kira Paus Emiritus Benedictus VI adalah salah satu dari mereka orang besar yang bijak itu.

Kalau tali gitar dipetik terlalu keras, maka snarnya akan putus, lagunya akan hilang. Sebaliknya kalau senar dipetik terlalu kendur, maka ia tak akan mengeluarkan suara. Tarikan tak boleh terlalu keras atau terlalu lembut. Si pemainlah yang harus pandai menimbang dan bijak meraba. ( Wisdom of the Common People)

Menurut buku yang saya baca ada siklus dalam kehidupan ini. Siklus itu berlaku juga dalam hidup manusia. Mereka yang hidup dengan seimbang dan mampu menahan diri pada umumnya hidup sehat dan panjang umur. Kebalikannya, orang yang mengumbar habis hasrat,  energinya akan  cepat terkuras. Usia pun menjadi pendek dan kalau pun berumur panjang dia akan penuh dengan sakit dan penyakit.

Ternyata orang itu harus percaya diri, tetapi sekaligus tahu diri. Tahu kapan saatnya makan dan kapan harus berhenti makan. Kapan harus bekerja dan kapan harus beristirahat. Begitu pun Al Kitab berkata: ada saatnya menanam, ada saatnya menuai. Semua ada waktunya. Seseoarng menjadi orang besar karena dia mengetahui keterbatasannya.

Dalam hidup pasti ada perubahan. Perubahan linear adalah adalah perubahan yang digerakkan oleh kemauan keras manusia. Namun, kenyataannya perubahan itu hendaknya juga memperhatikan beberapa aspek, antara lain: siklus kehidupan manusia, situasi dan kondisi, pengaruh lingkungan alam, dan berbagai interaksi. Diharapkan dengan pemahaman akan berbagai perubahan itu, saya dan Anda dengan rendah hati dan penuh keterbukaan mengandalkan diri pada Sang Pencipta.

Dalam menghadapi perubahan itu diperlukan  kehidupan yang benar: memberi tahu tentang perlunya suatu cara hidup yang mendukung tujuan spiritual yang hendak dicapai. Untuk itu diperlukan ketetapan hati yang benar : ada niat memfokuskan pada tujuan yang akan membimbing seluruh tindakan maupun keyakinan. Selain itu memperhatikan perkataan yang benar: membawa kita pada disiplin untuk selalu berkata benar. Juga memerlukan pikiran yang benar: seluruh hidup kita adalah hasil dari apa yang kita pikirkan. Mempunyai pikiran yang benar sangat penting karena membawa pada pencapaian pencerahan. Dan untuk itu kita membutuhkan usaha yang benar: pencapaian pencerahan bukanlah sesuatu yang mudah, diperlukan usaha yang sungguh-sungguh. Karena itu betapa pentingnya kehendak sehingga akhirnya kita bisa melakukan perbuatan yang benar: perbuatan sesuai hukum agama/ ajaran spiritualitas. Akhirnya semua itu akan membawa kebahagiaan dan kedamaian bagi diri saya, diri Anda, juga bagi orang-orang di sekitar kita.

Keberpasrahan juga sering dilambangkan pada analogi alam, semisal air. Ada sebuah puisi klasik Cina yang melihat kebijaksanaan air:
Mereka yang bijak bagaikan air
Memberi manfaat kepada segala
Tidak bersaing dengan semua
Air mengalir ke bawah
Ke tempat yang dilihat sebelah mata
( Tao te Ching: Lao Tse, 500 SM)
Air mempunyai karakter asli yang lembut, lentur, dan mudah mengalir dengan leluasa tanpa beban. Ia membersihkan, menyegarkan, dan menyejukan. Ia bersifat adil kepada semuanya tanpa memilih, tanpa melihat perbedaan, tanpa pertimbangan. Ia senantiasa stia, tekun, dan bergerak tanpa henti, tanpa lelah, tanpa menyerah. Meskipun sisi lain ia juga responsif, di luar dugaan, dan tanpa perhitungan.
Keberpasrahan juga sering dilambangkan dengan bumi. Planet biru yang sudah tua, tetapi ia tetap setia. Apa pun yang terjadi dia berserah pada Penciptanya. 

Keberpasrahan bukan berarti menyerah. Juga tidak sama dengan mengalah. Keberpasrahan adalah surrender menyerahkan dan mempercayakan pada Sang Pencipta. Keberpasarahan juga bukan pasif. Karena seperti uraian di atas tadi: di dalamnya juga ada strategi. Dalam berpasrah ada setia tanpa kenal lelah seperti dilambangkan dengan air. Begitulah dalam keberserahan di dalamnya ada  iman yang kuat akan satu keyakinan bahwa Sang Pencipta sudah menyediakan segala yang terbaik. Rancangan-Nya adalah rancangan damai sejahtera.
(Ch. Enung Martina)