Hari ini, Juamt, 13 April
2018. Kami di EF belajar tentang kata-kata dan frase yang terkait dengan gold. Pembelajaran
kali ini dirancang guru kami Mr. Zeek
berkaitan dengan video pendek yang
diproduksi oleh Hothouse Productions bekerja sama dengan The NO Project, sebuah
kampanye pendidikan global. Video ini merupakan pemenang penghargaan yang secara khusus
menargetkan untuk pencapaian kesadaran remaja tentang perdagangan manusia
melalui musik, seni, tari, film, animasi, olahraga, menulis kreatif dan media
sosial. Dalam pelajaran ini, kami sebagai peserta didik mempraktekkan kosakata
yang berhubungan dengan emas, mendiskusikan simbolisme emas, serta menonton dan
menganalisa video singkat dan penelitian emas.
Pada akhir video pendek tersebut ada beberpa caption yang menggelitik saya. Di antaranya: “Thousands of people are enslaved and exploited in gold mining in conflict zones. - International Labour Organization (ILO)”
“Approximately
25 million people dig gold by hand, mostly in poor remote areas. - International
Labour Organization (ILO)”
“An
estimated one million children work in mines throughout the world including
gold mines.- International Labour Organization (ILO)”
Dari caption / kutipan di atas kita melihat bahwa ribuan
orang diperbudak dan dieksploitasi dalam penambangan emas di zona konflik.
Sekitar 25 juta orang menggali emas dengan tangan, kebanyakan di daerah terpencil yang miskin. Diperkirakan satu juta anak bekerja di tambang di seluruh dunia termasuk tambang emas.
Sekitar 25 juta orang menggali emas dengan tangan, kebanyakan di daerah terpencil yang miskin. Diperkirakan satu juta anak bekerja di tambang di seluruh dunia termasuk tambang emas.
Di balik gemerlapnya emas
yang disebut logam mulia, ternyata ada darah dan air mata. Ada penderitaan,
bahkan kematian. Sebetulnya benda apakah
emas itu? Karena penasaran, saya jadi menelusuri tentang emas.
Sifat Emas
Emas merupakan logam
transisi ( trivalen dan univalen ) yang bersifat lunak dan mudah ditempa,
kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 ( skala Mohs ). Emas dapat dibentuk jadi
lembaran sedemikian tipis hingga tembus pandang. Sebanyak 120.000 lembar
emas dapat ditempa menjadi satu lapisan yang sedemikian tipisnya sehingga
tebalnya tidak lebih dari 1 cm. Dari 1 gram emas dapat diulur menjadi kawat sepanjang
2,5 km.
Emas mempunyai
karakteristik sectile ( lunak, elastis, mudah dibentuk ), memiliki warna yang
menarik ( kuning, mengkilap, tidak mudah memudar ), berat, tahan lama,
tahan pada panas tinggi dan daya konduksi listrik juga sebagai perlawanan
terhadap oksidasi ( tahan korosi ) sehingga emas memiliki banyak kegunaan.
Namun karena emas sebagai salah satu logam coinage yang keberadaannya di alam
sangat langka, menjadikannya sebagai logam yang sangat berharga.
Emas
memberikan sumbangan yang amat besar bagi kehidupan manusia seperti, untuk perhiasan,
peralatan elektronik, kedokteran gigi, uang, medali, dll. Sekitar 65 persen
dari emas diolah digunakan dalam industri seni, terutama untuk membuat
perhiasan. Selain perhiasan, emas juga digunakan di peralatan listrik,
elektronik, dan industri keramik. Industri aplikasi ini telah berkembang dalam
beberapa tahun dan kini menempati sekitar 25 persen dari pasar emas.
Secara kimiawi emas
tergolong inert sehingga disebut logam mulia. Emas tidak bereaksi dengan
oksigen dan tidak terkorosi di udara di bawah kondisi normal. Namun emas
terurai dalam larutan sianida dalam tekanan udara. Emas juga tidak bereaksi
dengan asam atau basa apapun. Akan tetapi emas bereaksi dengan halogen
dan aqua regia.
Emas, merupakan salah satu
logam tertua yang digunakan oleh manusia. Emas dikenal antara lain di
Mesopotamia dan Mesir. Referensi ke awal mula penemuan emas didasari legendaris
atau mitos. Oleh karena itu, beberapa penulis menyebutkan bahwa penemu emas
pertama kali adalah Cadmus, bangsa Phoenicia. Sedangkan yang lainnya mengatakan
bahwa Thoas, raja Taurian, yang pertama kali menemukan logam berharga dalam
legenda Pangaeus Mountains di Thrace. Legenda dan mitos serupa tentang awal
penemuan emas juga terdapat dalam sastra kuno dari Hindu ( the Vedas ) serta
Cina dan bangsa lainnya.
Emas dari estetika
properti fisik dikombinasikan dengan properti sudah lama menjadi logam yang
berharga. Sepanjang sejarah, emas telah sering menjadi penyebab konflik :
misalnya ada awal tahun 1500-an Raja Ferdinand dari Spanyol menetapkan
prioritas kepada para conquistador – penakluk – hambanya yang akan
berangkat mencari Dunia Baru, “Bawa pulanglah emas,” perintahnya kepada mereka,
“kalau bisa, dapatkan semanusiawi mungkin, tapi apapun risikonya, bawalah
emas.” Titah sang raja tersebut menjadi awal pemusnahan peradaban Aztec
dan Inca. Konflik karena perebutan emas juga terjadi pada awal ketika
Amerika berburu emas ke Georgia, California, dan Alaska.
Sebelum Perang Dunia II,
Indonesia adalah penghasil emas terbesar di Asia Tenggara. Satu-satunya
pengelola tambang emas di Indonesia pada awal tahun 1980-an adalah PT Aneka
Tambang, sebuah BUMN di bawah Departemen Pertambangan dan Energi. Namun,
sejalan dengan berkembangnya waktu dan bergulirnya politik di negri ini, sekarang
kita mengenal ada yang janggal dengan penambangan emas kita. Papua yang
merupakan tambang emas besar, kenyataannya masyarakatnya tak bisa menikmati
hasil alam dari bumi Papua. Yang menikmati hanya segelintir orang bahkan orang
asing. Ironi memang. Di pulau emas ada anak-anak bangsa yang mati kelaparan. Seperti
apa yang diungkapkan dalam kebijaksanaan lama nenek moyang kita dalam pribahasa:
Ayam mati di lumbung padi. Arti peribahasa ini untuk kenyataan di Papua adalah
: anak-anak mati kelaparan di daerah penghasil emas karena orang tuanya tak mampu membeli makanan saking miskinnya.
Begitulah emas. Gemerlapnya
menyilaukan. Harganya yang fantastic.
Namun, di baliknya ada darah dan air mata, bahkan nyawa yang menjadi korban.
Disarikan dari berbagai sumber: Ch. Enung Martina