Tulisan kali ini
penulis mengajak umat Ambrosius berkunjung ke Tatar Pasundan.
Gua Maria Sawer Rahmat terdapat di sebuah desa di Kecamatan
Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat bernama Desa Cisantana. Cisantana
terletak di lereng sebelah timur kaki Gunung Ciremai pada ketinggian lebih
kurang 700 meter dari permukaan laut. Menurut data di HP, koordinat GPS :
S6°56'57.9" E108°26'43.2" Akses jalan : S6°56'51"
E108°26'47.5". Daerah tersebut merupakan wilayah pertanian dengan suhu
udara yang cukup dingin. Menurut catatan di Gereja Cisantana, umat Katolik di
daerah ini berjumlah lebih kurang 1.200 orang yang sebagian besar hidup dari
pertanian dan beternak sapi perah.
Berbicara tentang awal pembangunan gua ini, mengingatkan
penulis pada pengalaman penulis tahun 1989 ketika pertama kali penulis bertugas mengajar sebagai guru SMP
Yos Sudarso, Cigugur, Kuningan. Kala itu, selain sebagai guru, penulis juga
menjadi asisten pimpinan rohani untuk Legio Maria Junior di Paroki Kristus Raja,
Cigugur, Kuningan Jawa Barat. Sebagai legioner, anak-anak remaja yang menjadi
anak asuh penulis sering mendapat tugas membantu dalam pembangunan Gua Maria
Sawer Rahmat yang letaknya di Bukit Totombok. Tugas mereka mengangkut bantu
dari lembah menuju ke puncak bukit (yang sekarang jadi gua dan salib)
Tugas yang berat memang. Namun, para remaja desa ini kuat dan
bersemangat. Seperti pada umumnya remaja desa, mereka sudah terbiasa bekerja
membantu orang tua di sawah atau di ladang. Namun, mereka juga tetap mempunayai
komunitas sebagai anak remaja Katolik.
Sungguh saya merindukan masa itu. Kami berjalan kaki dari
Cigugur mendaki sampai Cisantana. Tak lupa membawa bekal makan minum. Lalu
mulailah kami memindahkan bongkahan batu dari lembah menuju ke bukit. Kami
bekerja sambil bercanda (heureuy) dalam bahasa Sunda. Sangat seru dan akrab.
Sesudahnya kami menikmati bekal kami di bawah naungan pohon – pohon rindang dan
semilirnya angin gunung. Roamntis sekali bukan?
Gua Maria Sawer Rahmat dibangun atas inisiatif umat Paroki
Cigugur-Cisantana. Gua ini terletak di sebuah bukit yang bernama Bukit
Totombok, sebelah barat Desa Cisantana. Menurut
cerita rakyat, bukit itu diberi nama Totombok karena daerah itu hampir tidak
pernah mendatangkan keberuntungan jika dijadikan areal persawahan. Dengan kata
lain, Totombok adalah bukit yang selalu menombok. Dari bukit inilah orang dapat memandang lepas kota
Kuningan dan sekitarnya. Dahulu Bukit Totombok dianggap angker oleh penduduk
setempat. Namun, setelah adanya Gua Maria, Sawer Rahmat kini telah menjadi tempat wisata
rohani yang seringkali menjadi tempat
prosesi keagamaan. Peresmian Gua Maria Sawer Rahmat ini dilakukan pada tanggal
21 Juli 1990.
Perjalanan dimulai dari lembah. Di sini dibangun sebuh area
Taman Getseani. Dari area ini ke arah kanan dimulai dengan alur untuk prosesi
jalan salib dengan 14 perhentian. Di setiap perhentian ada lukisan sesuai dengan peristiwa sengsara Yesus
menurut Injil. Selain itu ada juga altar
yang digunakan umat untuk berdoa dan menyalakan lilin.
Pada perhentian kedua belas, terdapat salib besar, letaknya di Bukit Totombok yang mengarah ke
Waduk Darma. Bila pepohonan tidak menghalangi, panorama Waduk Darma bisa
tampak. Salib besar ini merupakan peringatan ketika Yesus wafat di kayu salib. Salib ini
juga merupakan tanda menancap dan mengakarnya iman umat Katolik di Tatar Sunda.
Setelah melalui 14 perhentian, tibalah umat di Gua Maria Sawer Rahmat. Di gua
ini air alami perbukitan gemercik bagai musik alam yang mengiringi doa yang
terpanjatkan dari para peziarah.
Patung Bunda Maria berdiri tegak dan anggun pada sebuah gua
yang di bawahnya mengalir air yang jernih. Air ini berasal dari sebuah curug
(air terjun). Curug tersebut berada di kaki sebelah selatan bukit dan penduduk
mengenalnya dengan Curug Sawer (jatuhnya air seperti yang
"disawerkan"). Itu sebabnya gua itu disebut Gua Maria Sawer Rahmat.
Setiap malam
Jumat Kliwon, atau Jumat Agung, di Gua Maria ini berlangsung acara Misa Suci.
Pada upacara Jumat Agung itu, prosesi dimulai dengan upacara pembukaan di Taman
Getsemani. Acara itu kemudian dilanjutkan dengan "kisah sengsara"
melalui prosesi jalan salib. Lalu, penghormatan salib di salib besar di bukit
itu, tabur bunga di makam Yesus, dan upacara komuni di Gua Maria. Acara ini
biasanya terbuka untuk umum.
Dalam
perjalanan pulang, umat Katolik menuruni anak tangga yang terpisah dari
perjalanan mendaki. Itu dimaksudkan agar umat yang telah selesai berdoa tidak
mengganggu perjalanan ibadah peziarah yang baru datang.
Sesampainya di area parkiran, di salah satu pojok, kita dapat
melihat area pemakaman desa. Pemakaman sederhana
ini sebagaimana pemakaman di desa-desa
yang lain. Yang menarik adalah bentuk nisan di pemakaman ini bermacam-macam bentuknya. Kita bisa melihat terdapat
nisan berbentuk salib, sebagaimana ciri makam umat Kristen, dan nisan berbentuk
pipih lonjong, sebagaimana ciri nisan pada makam umat Islam. Dan yang saya
ketahui tak pernah ada sengketa tentang pemakaman ini antara pemeluk Keristen atau
Muslim seperti yang viral di media yang terjadi di beberapa daerah/tempat.
Sekedar
informasi bagi yang ingin berziarah ini
yang bisa membantu:
GUA MARIA SAWER
RAHMAT Alamat: Cisantana, Cigugur,
Kuningan.
Rute: a.
Jakarta - Cirebon - Kuningan, sebelum masuk kota Kuningan, diterminal Cirendang
belok kanan menuju Cigugur (3 km) dari Cigugur naik ke Cisantana
b. Jakarta - Bandung
- Tasikmalaya - Kuningan - Cirebon. Sebelum masuk kota Kuningan (sesudah Waduk
Darma) atau di Cigadung belok ke kiri melewati Cigugur kemudian naik ke
Cisantana.
Akomodasi: Penginapan
: ada penginapan di Cisantana untuk 50-60 orang atau hotel di Kuningan. Makan :
Hubungi WKRI Cisantana attn. Ibu Gunawan (0233) 875234
(Ch. Enung Martina)