MIMPI
MENUJU STATSIUN KHERUGMA
Jam 02,48 dini hari, Kamis
14 Maret 2019. Terbagun dalam keadaan sadar=sesadar-sadarnya. Bangun dari
pembaringan dan duduk perlahan menurunkn kaki untuk menapak lantai. Rupanya
saya bermimpi. Mimpi yang menarik. Saya berada di suatu rumah yang entah rumah
siapa. Menantikan bis yang akan membawa saya ke suatu tujuan. Saya sudah
memesan bis tersebut dan memastikan bahwa saya akan menaikinya. Pemesanan melalui
HP. Saya merasa sangat yakin bahwa saya pasti tak akan ditinggalkan oleh bis
tersebut. Saya sudah berdandan dengan baju yang sepertinya baju kerja. Namun,
saya belum memakai sepatu saya. Tiba-tiba seseorang memberitahu bahwa bis sudah
dekat. Lantas bergegas saya menggunakan sepatu saya dan berlari ke pinggir
jalan untuk mengahadang bis. Telat! Bis sudah menderu sekitar 10 meter di depan
saya. Saya berteriak, tapi bis tetap melaju. Lantas beberapa lama kemudian ada
bis lain di belakangnya. Namun, bis itu tidak lewat di jalan tempat saya
berdiri. Ia langsung berbelok di tikungan sebelum menuju jalan kea rah saya. Kemabli
saya berteriak-teriak. Namun, tetap bis tak melihat saya.
Saya kecewa dan jengkel
sekali. Tiba-tiba teman saya Ibu Rini datang. Ia menyatakan bahwa untuk tiba di
tempat yang ingin saya tuju ada alat transportasi lain yaitu kereta barang. Saya
bisa mencegatnya dan menumpang kereta itu di perempatan jalan. Di sana kereta
akan melambat maka biasanya orang-orang akan meloncat untuk menaikinya.
Saya merasa
tersemangati karena ada harapan lain sampai di empat yang akan saya tuju. Hingga
saya bangun tempat yang akan saya tuju tak jelas. Namun, saya merasa tempat
tersebut tempat saya bekerja.
Akhirnya saya
memutuskan diri untuk berjalan menuju perempatan tempat kereta api barang itu
ada. Maka saya berjalan menyusuri jalan pedesaan itu. Benar saja saya melihat
ada kereta barang yang lewat dan beberapa orang mulai menaikinya. Kereta itu
berlalu. Saya jadi yakin bahwa kereta itu memang ada dan sewaktu-waktu bisa
lewat.
Lantas saya berjalan
lagi. Akhirnya saya menemukan ada jalan semacam rel. namun jalan itu sangat
berkabut atau tepatnya penuh kepulan asap sehingga pemandangan tak begitu jelas.
Saya merasakan bahwa ini memang jalan yang dimaksud. Saya mendengar akan ada satu
kendaraan yang lewat di situ. Maka saya minggir ke tepi takut tertabrak.
Saya maasih melihat
situasi. Tiba-tiba di antara kabut itu ada seorang perempuan yang memegang
kertas. Saya mengira itu adalah tiket. Saya meminta kertas itu. Perempuan tersebut
memberikannya pada saya. Dia memandang saya seolah ingin minta uang. Tapi tak
terucap untuk meminta uang. Saya ragu memberi uang atau tidak. Tapi saya
memutuskan tak memberinya uang.
Saya membawa kertas
tersebut ke arah perempatan tempat orang-orang menghadang kereta barang. Saaya berjalan
lagi. Dan tiba di sana. Benar saja banyak orang yang sudah mengantri di sana. Saya
melihat mereka berbicara bukan dalam bahasa yang saya kenal. Mereka orang
asing. Dugaan saya mereka turis. Saya melihat kebangsaan mereka dari sosok dan
warna kulit mereka. Sepertinya mereka orang Asia (Jepang) dan perpaduan denga
bule (Eropa atau Amerika).
Tiba-tiba ada seorang
perempuan lain yang meminta kertas yang diberi perempuan sebelumnya. Ia menyatakan
bahwa itu bukan karcis. Lantas dia menunjukkan karcis yang ada pada tangaannya.
Saya meminta apakah saya boleh menukarnya. Ia mengangguk. Saya menukarkan
kertas saya dengan karcis yang bentuknya seperti karcis pesawat. Saya memutuskan
untuk memberi uang pada perempuan kedua. Saya menyorongkan uang selembar 20.000
yang warnanya masih sangat hijau karena itu uang baru. Perempuan itu menerimanya.
Karcis sudah ada di
taangan saya. Lantas saya clingak-clinguk untuk mencari info tentang cara-cara
saya naik. Kemudian saya melihat ada seorang laki-laki petugas yang mengatur langsir kereta di sana
di antara suasana temaram dan kabut sekitar saya. Dia menatap saya dan mengatakan
satu kata yang tak begitu jelas. Saya membaca gerak bibirnya. Lantas saya
mendengar sekilas bahwa saya harus turun
di statsiun Yoima atau Kherigma. Dua kata itu berseliweran di
telinga dan otak saya.
Ketika saya bangun saya
masih memikirkan 2 kata itu. Lantas saya memutuskan untuk bermeditasi karena
saya tak bisa tidur lagi.
Dalam meditasi saya,
impian tadi ahdir kembali. Lantas saya mengingat bahwa sore tadi saya sempat menangis
di ruang cuci di alntai 2 rumah saya. Biasanya saya mencuci sore hari ketika
saya selesai memasak dan membereskan lantai bawah rumah saya. Tempat cucian
saya ada di lantai 2 karena sekalian ada tempat penjemuran. Biasanya saat saya
menunggu mesin cuci membersihkan pakaian yang saya masukkan, saya akan duduk di
sudut raunagn sambil bermeditasi sebisa saya. Tujuan meditasi saya untuk
menimba energi karena dari pagi hingga sore saya pecicilan. Nah, ada kesempatan
duduk sendiri di ruang cucian di antara tumpukan baju kotor dan derunya mesin
cuci.
Saat meditasi sore itu,
ingatan lantas tertuju pada peristiwa yang saya alami di tempat kerja. Hari itu
memang sangat tidak nyaman bagi saya dan teman-teman sejawat. Perasaan itu
muncul saat saya bermeditasi. Lantas saya mempertanyakan: Bapa, saya nggak
ngerti dengan apa yang terjadi. Saya juga nggak ngerti tentang pribadi yang
menjadi atasan/boss saya. Saya nggak ngerti kenapa cara yang diambil untuk
mengingatkan seseorang dan memecahkan suatu masalah kok selalu mencari cara
yang kasar dan menyinggung perasaan banyak orang. Saya merasa sangat lelah dan
bosan. SAYA SUDAH TERLUKA. Saya sangat muak! Kini banyak orang yang juga terluka. Saya mempertanyakan: Bapa adakah cara yang
lebih baik dari yang selama ini digunakan. Bapa kepada siapa lagi kami harus
bercerita? Kami tak punya tempat untuk mengadu.
Senja itu, saya curhat pada Tuhan. Saya menangis
dan masih dengan pernyataan: Saya tidak mengerti!
Rupanya kecamuk hati
saya terbawa sampai ke mimpi. Namun, kala saya bermeditasi pada dini hari itu,
saya merasakan bahwa Bapa Surgawi saya sangat mencintai saya. Saya menerjemahkan
mimpi saya yang absurd itu dengan menghubungkannya dengan situasi saya dan
pekerjaan saya di kantor/sekolah.
Pengertian dalam
meditasi tentang mimpi saya tertuju pada 2 kata yang diucapkan laki-laki di
tempat langsir kereta. Namun kata yang tertangkap yaitu kherigma. Saya teringat dengan kata itu. Kata itu saya ketik saat
saya membuat laporan tahunan Legio Maria bulan Oktober tahun lalu (2018). Kherigma
atau kherugma adalah salah satu bidang dari 5 hal yang harus dilakukan oleh
seorang legioner. Sebenarnya itu merupakan pancatugas Gereja. Kelima hal itu adalah: liturgia, kherugma (pewartaan), martyria (pengorbanan), koinonia (persekutuan, dan diakonia (pelayanan).
Dalam meditasi itu,
saya tercekat. Karena pengertian saya dibawa bahwa saya harus turun di Statsiun
Kherigma untuk melanjutkan ke tempat tujuan saya yang berikutnya. Laki-laki di
tempat langsir kereta tahu bahwa saya akan menuju suatu tempat. Tapi saya harus
turun dulu di Statsiun Kherigma untuk bisa sampai di tempat yang akan saya
tuju. Dari Statsiun Kherigma itu akan ada kereta lain yang membawa saya ke
tempat tujuan saya.
Di pagi buta itu saya
merasa betapa Bapa Surgawi mencintai saya dengan sepenuh hati. Betapa dia
memberikan penghiburan dan petunjuk kepada saya. Pertanyaan dan kegalauan saya
kala senja kemarin di tempat cucian itu, jawabannya adalah permasalahan kamu harus
dibawa dalam kherigma. Statsiun Kherigma adalah statsiun untuk melanjutkan ke
satu tujuan yang dikehendaki oleh Bapa Surgawi.
Saya tahu bahwa saya
tiap hari berdoa. Namun, Bapa Surgawi menghendaki doa saya jauh lebih intens
dan lebih dalam daripada yang selama ini saya lakukan. Saya harus duc in altum
melebihi dari yang saya lakukan selama ini. Selain itu saya juga diharapkan menjadi pewarta kabar sukacita. Saya diharapkan menjadi orang yang membawa suka cita di antara orang-orang yang saya temui. Bukan orang yang membawa kepanikan atau kesedihan. namun, membawa terang yang membuat orang mempunyai harapan. Jawaban dari pertanyaan saya akan
ditunjukkan oleh Dia. Juga ke amna saya harus menuju akan ditunjukkan setelah
saya melalui Statsiun Kherigma.
Sementara kata Yaoma ketika saaya cari maknanya di
internet ini yang saya dapat:
Yaoma-Yaoma
(permainan tradisional)
Cara memaninkannya:
Ini merupakan permainan yang saling mengadu nyanyian. Dua kelompok anak
masing-masing bergandeng dengan kelompoknya lalu secara bergantian menyanyikan
semboyan Kami ini orang kaya yaoma-yaoma. Kemudian kelompok lain membalas Kami
ini orang miskin yaoma-yaoma. Titik penghabisan permainan ini adalah ketika
salah satu kelompok yang mengaku miskin menyanyikan semboyan bahwa mereka
menginginkan anak dari kelompok yang kaya, atau sebaliknya. Di antara yang kaya
dan yang miskin sama-sama boleh meminta anak ataupun memberikan anak. Hingga
habislah anak mereka, permainan akan diulang kembali. (http://sayangianak.com/mainan-anak-yang-jarang-dimainkan-oleh-anak-masa-kini-dan-cara-memainkannya/)
Apa maknanya bagi
saya? Saya belum merenungkannya lebih jauh. (Ch. Enung Martina)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar