GEREJA KENAIKAN TUHAN
Kenaikan
Yesus Kristus adalah peristiwa yang terjadi 40 hari setelah Kebangkitan Yesus,
peristiwa itu disaksikan oleh murid-murid-Nya, Yesus Kristus terangkat naik ke langit
dan kemudian hilang dari pandangan setelah tertutup awan, seperti yang dicatat
dalam bagian Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.
Lokasi Kenaikan
Di luar kota
Yerusalem, dekat Betania, di bukit yang disebut Bukit Zaitun, yang hanya
"seperjalanan Sabat" jauhnya dari Yerusalem. "Seperjalanan
Sabat" itu berjarak kira-kira 2000 langkah atau sekitar 1,5 km (1 mil). Jelas kenaikan ini bukan di dalam kota
Betania, yang terletak di sebelah timur Bukit Zaitun, kira-kira 3 kilometer (2
mil) di timur Yerusalem.
Bukit Zaitun dan Kapel Kenaikan
Situs Kenaikan secara tradisional adalah Bukit Zaitun ("Mount Olivet" atau "Mount of Olives"), terletak desa Betania. Sebelum perpindahan
agama Kaisar Konstantinus pada tahun 312 M, orang Kristen mula-mula
memperingati Kenaikan Kristus dalam suatu gua di bukit itu, dan memasuki tahun
384 Kenaikan diperingati di tempat sekarang, lebih ke atas bukit dari gua
tersebut.
Kapel ini diyakini sebagai tempat dimana Yesus naik ke surga
empat puluh hari setelah kebangkitan-Nya. Didalam kapel ini terdapat sebuah
batu dimana diyakini terdapat telapak kaki Tuhan Yesus sebelum terangkat ke
surga.
Menurut tradisi dari abad-abad awal kekeristenan, Yesus naik
ke surga dari atas batu itu. Kapel Kenaikan ini telah mengalami beberapa kali
renovasi. Bangunan pertama dibangun di situs kapel ini dikenal sebagai Imbomon
atau dalam bahasa Yunani adalah “Diatas Bukit” pada abad ke-3.
Sekitar tahun 390 seorang perempuan Romawi kaya bernama
Poimenia mendanai pembangunan gedung gereja yang disebut "Eleona
Basilica" (elaion dalam bahasa Yunani berarti "kebun zaitun",
dari elaia "pohon zaitun," dan sering disebutkan kemiripannya dengan
kata eleos yang berarti "rahmat, anugerah"). Gereja ini dihancurkan
oleh tentara Persia Sasaniyah pada tahun 614. Kemudian dibangun kembali,
dihancurkan, dan dibangun lagi oleh tentara Perang Salib. Gereja terakhir ini
dihancurkan oleh kaum Muslim, menyisakan hanya suatu bangunan bersegi-delapan
berukuran 12x12 meter (disebut sebuah martyrium—"memorial"—atau
"Edicule") yang masih ada sampai sekarang. Situs ini akhirnya
dikuasai oleh dua emisari Saladin pada tahun 1198 dan tetap menjadi milik Wakaf
Islam Yerusalem sejak saat itu.
Kapel yang ada sekarang dibangun di masa Perang Salib, di
tempat gereja yang sebelumnya dibangun di tahun 614 oleh orang Persia. Tempat
suci itu dikunjungi juga oleh orang Islam, yang percaya akan Kenaikan Yesus ke
surga, namun menyangkal kematian-Nya di salib dan menolak kebangkitan-Nya.
Kapel Kenaikan (Chapel
of the Ascension) sekarang merupakan tempat suci bagi orang Kristen dan
Muslim, yang diyakini menandai tempat di mana Yesus terangkat naik ke sorga;
dalam gereja/masjid bulat ini terdapat sebuah batu dengan bekas tapak kaki
Yesus. Gereja Ortodoks Rusia juga memiliki sebuah Konven Kenaikan (Convent of Ascension) di puncak Bukit
Zaitun.
Kapel Kenaikan Yesus ini salah satu dari empat tempat suci
yang penggunaannya masih dalam status quo, ada kesepakatan khusus dari berbagai
denominasi Kristen tentang cara penggunaan gereja-gereja itu. Tiga lainnya
adalah Basilika Kelahiran di Betlehem, Basilika Kebangkitan di Kota Tua
Yerusalem, dan Makam Santa Perawan Maria di Lembah Kidron, dekat Gesemani.
Namun, Kapel Kenaikan Yesus adalah satu-satunya berada di bawah yuridiksi Wagf,
yakni otoritas Muslim dalam hal tempat-tempat suci.
Bersebelahan dengan bekas gereja Kenaikan Tuhan terdapat
Gereja Ortodoks Yunani yang diberi nama Viri Galilaei atau orang orang Galilea.
Tempat ini disebutkan sebagai tempat berdirinya 2 orang yang berpakaian putih
yang bertanya kepada murid-murid Yesus yang dikenal dengan orang Galilea (Kis.
1:10–11). Tempat ini diyakini sebagai tempat Tuhan Yesus akan datang kembali.
Makna Peristiwa
Kenaikan Yesus dalam Situasi Sekarang
Kenaikan Kristus mengingatkan kita pula akan peristiwa
sentral dalam Injil: salib dan kubur yang kosong. Di dalam apa yang tampaknya
menjadi titik terkelam, di mana Allah sepertinya tidak peduli terhadap
kekerasan, penderitaan, dan kematian seluruh umat manusia, Allah merangkul
kekerasan dan ketidakmanusiawian yang mengirim Kristus Yesus ke atas kayu salib
dan membangkitkan Anak-Nya itu. Ia menyisakan salib dan kubur yang kosong
sebagai perlambang kemenangan atas kekerasan dan kelaliman kosmis.
Dan Injil memberikan jawaban atas peristiwa kenaikan ini. Injil menegaskan bahwa Allah peduli dan
merangkul kemanusiaan yang bobrok dan, sebagai hasilnya, kita dipanggil untuk
merangkul Tuhan dalam kesunyian (terutama pada masa Covid 19) dan ketidakhadiran-Nya
yang tampak. Melalui peristiwa Kenaikan Tuhan, kita diajarkan untuk membawa kita
(Gereja) melihat titik perjuangan,
perjuangan dengan iman, perjuangan dengan kemanusiaan kita, dan perjuangan
melawan dosa yang menjerat dunia.
Gereja yang hidup dalam perjuangan dengan terang pengharapan
atas kenaikan Kristus, akan merangkul beban hidup manusia dan membawanya dengan
penuh iman, pengharapan, dan kasih. Peristiwa kenaikan Kristus mengakui dan
menegaskan bahwa kehadiran Kristus dalam kemuliaan di sebelah kanan Allah
belumlah lengkap karena Gereja sebagai tubuh-Nya masih berada di dunia. Pada
saat yang sama, kita juga mengakui dan menegaskan kehadiran Kristus pada masa
“in between” di dunia melalui kuasa, janji, dan kehadiran Roh Kudus. Dalam hal
ini, karya Roh Kudus adalah memelihara dan memperkuat hubungan kita dengan
Kristus, menghubungkan dengan Gereja di berbagai tempat, serta Roh Kristus
menghubungkan kita dengan umat Allah di segala zaman dan di segala penjuru.
Akibatnya, persatuan dan persekutuan kosmis ini membawa Gereja untuk hidup di
dalam dan dengan harapan atas sejarah dan kehidupan Yesus Kristus yang
berkelanjutan melalui Roh-Nya.
Kesimpulannya dalam kenaikan-Nya adalah “persatuan dalam
perbedaan” melalui tindakan-Nya. Lebih lanjut, kita dapat melihat tiga karunia
Ilahi melalui setiap aspek di atas: melalui rekonsiliasi, pembenaran sebagai hasil putusan Ilahi mengaruniakan
iman, pengudusan sebagai arah dan
pedoman Ilahi mengaruniakan kasih, dan panggilan
sebagai janji Ilahi mengaruniakan harapan kepada setiap orang percaya.
(Sumber: hollyland.hosting.itmaranatha.org › 2017/07/18,
(Ch. Enung Martina: Teriring ucapan terima kasih tak terhingga kepada : Sr. Francesco Maryanti,OSU yang menjadi jalan semua ini teralami, Romo Hendra Suteja, SJ pembimbing rohani yang kepada beliau kebijaksanaan diberikan Tuhan, kepada Romo Sugeng yang mempunyai talenta untuk menghibur, kepada Mas Edi dan Mas Engki yang tak lelah melayani, kepada seluruh tour guide, crew di bis, dan seluruh peserta ziarah dari Keluarga besar Santa Ursula BSD.)