Minggu, 24 Mei 2020

JEJAK LANGKAH 36



GEREJA KENAIKAN TUHAN

Kenaikan Yesus Kristus adalah peristiwa yang terjadi 40 hari setelah Kebangkitan Yesus, peristiwa itu  disaksikan oleh murid-murid-Nya, Yesus Kristus terangkat naik ke langit dan kemudian hilang dari pandangan setelah tertutup awan, seperti yang dicatat dalam bagian Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.


Lokasi Kenaikan
Di luar kota Yerusalem, dekat Betania, di bukit yang disebut Bukit Zaitun, yang hanya "seperjalanan Sabat" jauhnya dari Yerusalem. "Seperjalanan Sabat" itu berjarak kira-kira 2000 langkah atau sekitar 1,5 km (1 mil).      Jelas kenaikan ini bukan di dalam kota Betania, yang terletak di sebelah timur Bukit Zaitun, kira-kira 3 kilometer (2 mil) di timur Yerusalem.

Bukit Zaitun dan Kapel Kenaikan


Situs Kenaikan secara tradisional adalah Bukit Zaitun ("Mount Olivet" atau "Mount of Olives"), terletak desa Betania. Sebelum perpindahan agama Kaisar Konstantinus pada tahun 312 M, orang Kristen mula-mula memperingati Kenaikan Kristus dalam suatu gua di bukit itu, dan memasuki tahun 384 Kenaikan diperingati di tempat sekarang, lebih ke atas bukit dari gua tersebut.

Kapel ini diyakini sebagai tempat dimana Yesus naik ke surga empat puluh hari setelah kebangkitan-Nya. Didalam kapel ini terdapat sebuah batu dimana diyakini terdapat telapak kaki Tuhan Yesus sebelum terangkat ke surga.

Menurut tradisi dari abad-abad awal kekeristenan, Yesus naik ke surga dari atas batu itu. Kapel Kenaikan ini telah mengalami beberapa kali renovasi. Bangunan pertama dibangun di situs kapel ini dikenal sebagai Imbomon atau dalam bahasa Yunani adalah “Diatas Bukit” pada abad ke-3.

Sekitar tahun 390 seorang perempuan Romawi kaya bernama Poimenia mendanai pembangunan gedung gereja yang disebut "Eleona Basilica" (elaion dalam bahasa Yunani berarti "kebun zaitun", dari elaia "pohon zaitun," dan sering disebutkan kemiripannya dengan kata eleos yang berarti "rahmat, anugerah"). Gereja ini dihancurkan oleh tentara Persia Sasaniyah pada tahun 614. Kemudian dibangun kembali, dihancurkan, dan dibangun lagi oleh tentara Perang Salib. Gereja terakhir ini dihancurkan oleh kaum Muslim, menyisakan hanya suatu bangunan bersegi-delapan berukuran 12x12 meter (disebut sebuah martyrium—"memorial"—atau "Edicule") yang masih ada sampai sekarang. Situs ini akhirnya dikuasai oleh dua emisari Saladin pada tahun 1198 dan tetap menjadi milik Wakaf Islam Yerusalem sejak saat itu.

Kapel yang ada sekarang dibangun di masa Perang Salib, di tempat gereja yang sebelumnya dibangun di tahun 614 oleh orang Persia. Tempat suci itu dikunjungi juga oleh orang Islam, yang percaya akan Kenaikan Yesus ke surga, namun menyangkal kematian-Nya di salib dan menolak kebangkitan-Nya.


Kapel Kenaikan (Chapel of the Ascension) sekarang merupakan tempat suci bagi orang Kristen dan Muslim, yang diyakini menandai tempat di mana Yesus terangkat naik ke sorga; dalam gereja/masjid bulat ini terdapat sebuah batu dengan bekas tapak kaki Yesus. Gereja Ortodoks Rusia juga memiliki sebuah Konven Kenaikan (Convent of Ascension) di puncak Bukit Zaitun.

Kapel Kenaikan Yesus ini salah satu dari empat tempat suci yang penggunaannya masih dalam status quo, ada kesepakatan khusus dari berbagai denominasi Kristen tentang cara penggunaan gereja-gereja itu. Tiga lainnya adalah Basilika Kelahiran di Betlehem, Basilika Kebangkitan di Kota Tua Yerusalem, dan Makam Santa Perawan Maria di Lembah Kidron, dekat Gesemani. Namun, Kapel Kenaikan Yesus adalah satu-satunya berada di bawah yuridiksi Wagf, yakni otoritas Muslim dalam hal tempat-tempat suci.

Bersebelahan dengan bekas gereja Kenaikan Tuhan terdapat Gereja Ortodoks Yunani yang diberi nama Viri Galilaei atau orang orang Galilea. Tempat ini disebutkan sebagai tempat berdirinya 2 orang yang berpakaian putih yang bertanya kepada murid-murid Yesus yang dikenal dengan orang Galilea (Kis. 1:10–11). Tempat ini diyakini sebagai tempat Tuhan Yesus akan datang kembali.

Makna Peristiwa Kenaikan Yesus dalam Situasi Sekarang


Kenaikan Kristus mengingatkan kita pula akan peristiwa sentral dalam Injil: salib dan kubur yang kosong. Di dalam apa yang tampaknya menjadi titik terkelam, di mana Allah sepertinya tidak peduli terhadap kekerasan, penderitaan, dan kematian seluruh umat manusia, Allah merangkul kekerasan dan ketidakmanusiawian yang mengirim Kristus Yesus ke atas kayu salib dan membangkitkan Anak-Nya itu. Ia menyisakan salib dan kubur yang kosong sebagai perlambang kemenangan atas kekerasan dan kelaliman kosmis.

Dan Injil memberikan jawaban atas peristiwa kenaikan  ini. Injil menegaskan bahwa Allah peduli dan merangkul kemanusiaan yang bobrok dan, sebagai hasilnya, kita dipanggil untuk merangkul Tuhan dalam kesunyian (terutama pada masa Covid 19) dan ketidakhadiran-Nya yang tampak. Melalui peristiwa Kenaikan Tuhan, kita diajarkan untuk membawa kita (Gereja)  melihat titik perjuangan, perjuangan dengan iman, perjuangan dengan kemanusiaan kita, dan perjuangan melawan dosa yang menjerat dunia.

Gereja yang hidup dalam perjuangan dengan terang pengharapan atas kenaikan Kristus, akan merangkul beban hidup manusia dan membawanya dengan penuh iman, pengharapan, dan kasih. Peristiwa kenaikan Kristus mengakui dan menegaskan bahwa kehadiran Kristus dalam kemuliaan di sebelah kanan Allah belumlah lengkap karena Gereja sebagai tubuh-Nya masih berada di dunia. Pada saat yang sama, kita juga mengakui dan menegaskan kehadiran Kristus pada masa “in between” di dunia melalui kuasa, janji, dan kehadiran Roh Kudus. Dalam hal ini, karya Roh Kudus adalah memelihara dan memperkuat hubungan kita dengan Kristus, menghubungkan dengan Gereja di berbagai tempat, serta Roh Kristus menghubungkan kita dengan umat Allah di segala zaman dan di segala penjuru. Akibatnya, persatuan dan persekutuan kosmis ini membawa Gereja untuk hidup di dalam dan dengan harapan atas sejarah dan kehidupan Yesus Kristus yang berkelanjutan melalui Roh-Nya.

Kesimpulannya dalam kenaikan-Nya adalah “persatuan dalam perbedaan” melalui tindakan-Nya. Lebih lanjut, kita dapat melihat tiga karunia Ilahi melalui setiap aspek di atas: melalui rekonsiliasi, pembenaran sebagai hasil putusan Ilahi mengaruniakan iman, pengudusan sebagai arah dan pedoman Ilahi mengaruniakan kasih, dan panggilan sebagai janji Ilahi mengaruniakan harapan kepada setiap orang percaya.

(Sumber: hollyland.hosting.itmaranatha.org › 2017/07/18,

 (Ch. Enung Martina: Teriring ucapan terima kasih tak terhingga kepada : Sr. Francesco Maryanti,OSU yang menjadi jalan semua ini teralami, Romo Hendra Suteja, SJ pembimbing rohani yang kepada beliau kebijaksanaan diberikan Tuhan, kepada Romo Sugeng yang mempunyai talenta untuk menghibur, kepada Mas Edi dan Mas Engki yang tak lelah melayani,  kepada seluruh tour guide, crew di bis, dan seluruh peserta ziarah dari Keluarga besar Santa Ursula BSD.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar