Selasa, 22 Desember 2015

ZAKARIA - ELISABETH: ALLAH HADIR MENGATASI KETIDAKMUNGKINAN


Saya menurunkan tulisan ini dalam rangka  Perayaan Natal. Kehamilan Maria terhubung dengan sebuah kisah kehamilan yang juga ajaib yaitu saudari Maria yang bernama Elisabeth yang mengandung pada masa tuanya.

Elisabeth (bermakna janji Tuhan) adalah nama seorang perempuan Yahudi yang disebut dalam Kitab Suci bagian Perjanjian Baru, yaitu dalam Injil Lukas. Elisabeth adalah istri dari seorang Imam bernama Zakharia (bermakna Tuhan mengingat).Keduanya adalah keturunan Harun yaitu yang dipercaya menjadi imam dalam ibadat Yahudi. Mereka tinggal di sebuah kota di daerah Yudea. Lama dalam perkawinan, mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya. Namun atas anugerah Tuhan dia memperoleh seorang putra pada masa tuanya. Hal itu terjadi setelah Malaikat Gabriel menampakkan diri kepada Zakharia ketika bertugas di Bait Suci.

Dalam Kitab Suci diceritakan juga ketika Maria (Siti Mariam), Ibu Yesus (Nabi Isa A.S),  mengetahui bahwa Elisabeth hamil pada masa tuanya, segeralah ia datang mengunjunginya. Elisabeth merupakan saudara Maria (kemungkinan saudara sepupu, ada juga yang mengatakan tantenya). Maria sendiri tahu bahwa saudaranya sedang hamil dari Malaikat Gabriel ketika memberitahukan Maria bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus. Maria mengunjungi Elisabet, saat kandungan Elisabet sudah berusia 6 bulan. Jarak rumah mereka cukup jauh. Maria tinggal di Nazaret, Galilea, dan pergi ke rumah Elisabet di Yudea.

Waktu Maria berkunjung, anak dalam kandungan Elisabeth melonjak kegirangan. Kelak  anak Elisabeth diberi nama Yohanes atau Yahya yang mendapat gelar Yohanes/Yahya Pembaptis. Dan hal ini dimaknai karena Yohanes telah mengetahui kedatangan Yesus yang ada dalam kandungan Maria.
Elisabeth mengucapkan salam kepada Maria ketika ia datang: 

Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.  Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana (Lukas 1:42-45).

Dalam tulisan ini, saya mau mengetengahkan teladan ketaatan dari Elisabeth maupun Zakaria: “Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat” (Luk 1:6). Hidup Zakaria dan Elizabeth menyenangkan Tuhan. Mereka berserah pada kehendak Tuhan dan taat pada Firman Tuhan.

Namun, perkawinan mereka bermasalah karena mereka pasangan yang tidak mempunyai anak. Padahal, pada masa itu budaya Yahudi megharuskan perkawinan menghasilkan keturunan. Apalagi Zakaria, ia adalah seorang imam. Sulit bagi kita untuk membayangkan stigma yang melekat kalau tidak mempunyai anak pada masa itu. Sebagian besar Imam Yahudi berpendapat bahwa hal itu merupakan bukti Tuhan tidak berkenan.

Zakaria bisa melepaskan diri dengan menceraikan Elizabeth. Dalam masyarakat mereka, kemandulan sudah jadi alasan umum untuk perceraian. Zakaria bisa menyingkirkannya, menikahi wanita muda, mendapatkan anak dari istri barunya, dan menyingkirkan kutuk atas dirinya. Itu merupakan jalur yang biasa dilakukan banyak pria. Tapi tidak Zakaria. Sebaliknya dia berdoa menyerahkan situasi ini pada Allah.

Setelah Zakaria mengakui masalahnya pada Tuhan, dia meneruskan tugas yang telah Tuhan berikan padanya. Dia tidak berhenti berdoa dan menaruh harapan pada Allah. Hingga akhirnya... “Pada suatu kali, waktu tiba giliran rombongannya, Zakharia melakukan tugas keimaman di hadapan Tuhan. Sebab ketika diundi, sebagaimana lazimnya, untuk menentukan imam yang bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk ke dalam Bait Suci dan membakar ukupan di situ” (Luk.1:8-9).

Pertama dia akan menunjuk 2 temannya untuk membantunya. Seorang akan membersihkan abu dari korban malam sebelumnya. Kemudian orang kedua akan masuk dan meletakan bara baru dialtar. Akhirnya, Zakaria masuk ketempat kudus sendirian, mengenakan jubah emas, dan saat diberi tanda menyebarkan ukupan diatas bara. Saat ukupan terbakar dan wewangian naik dari altar, doa penyembah diluar akan menaikan pujian pada Tuhan.

Ritual selesai. Sekarang  sudah saatnya meninggalkan Tempat Maha Kudus. Tiba-tiba malaikat Tuhan menampakkan diri pada Zakaria, berdiri disebelah kanan altar. Kunjungan pribadi malaikat Tuhan jarang sekali dialami dalam sejarah manusia. Saya kira Zakaria agak takut saat itu. Tetapi malaikat itu berkata kepadanya: Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes. Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya itu” (Luk.1:13-14). Tuhan bisa melakukan hal yang tidak mungkin, dan itulah yang dilakukanNya saat menjanjikan sesuatu pada Zakaria dan Elizabeth. 

Semua ini terlalu besar untuk ditangkap Zakaria. Dia sudah berdoa untuk mendapatkan anak, tapi harus mengakui kalau imannya melemah. Sekarang Firman dari Tuhan terlalu bagus untuk dipercaya. Zakaria juga manusia sehingga perkataan Malaikat itu menajdi sesuatu yang mencengangkan dan meragukan dia. Saya tahu perasaan seperti itu karena saya dan suami mengalaminya. Bukan berarti saya bertemu Malaikat Gabriel dan memberitahukan kepada saya bahwa saya akan hamil pada usia tua. Namun, ketika Dokter Okky berdasarkan pemeriksaan USG 3 dimensinya, memberitahukan kepada saya dan Pak Bob bahwa pada usia 46 tahun saya hamil yang ketiga. Kami bengong dan berpandangan tidak percaya atas pendengaran bahkan penglihatan kami dari layar monitor komputer hasil USG 3 yang terpampang foto janin berusia 4 bulan.

Zakaria yang seorang imam pasti mengenal kisah dalam Taurat (Perjanjian Lama). Dia mengetahui bagaimana Tuhan telah memberikan seorang anak pada Sarah pada masa tuannya. Tapi dia tidak berpikir kalau hal itu bisa terjadi padanya. Bahkan pria yang berpegang pada Firman bisa gagal mengerti hal ini. Tapi Tuhan melakukan kemurahan pada Zakaria untuk menolong dia percaya. Dia memberikannya suatu tanda. “Sesungguhnya engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di mana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya akan perkataanku yang akan nyata kebenarannya pada waktunya” (Luk. 1:20).

Pengatahuan akan mujizat ini menguatkan iman Maria. Tuhan mengatakan kalau dia akan mengandung seorang anak tanpa hubungan dengan seorang pria. Itu sulit dipercaya. Tapi mendengar pesan Malaikat padanya: “Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil!” (Luk.1:36-37). Dan terhadap berita luar biasa ini, Maria menjawab, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk1:38).

Tuhan tidak selalu memberi sesuai permintaan kita, dan jelas tidak menurut kelayakan kita. Dia memberi menurut kekayaan kasih karunia- Nya. Dia “melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan” .  Dia senang melakukannya pada orang yang percaya dan taat pada-Nya, bahkan untuk situasi yang tidak memungkinkan atau mustahil sekali pun.

Keagungan kasih karunia Tuhan membuat Zakaria menaikan lagu pujian pada Tuhan, Dia dipenuhi dengan Roh Kudus dan berkata, “Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya, Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu, --seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus-- untuk melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita, untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita dan mengingat akan perjanjian-Nya yang kudus, yaitu sumpah yang diucapkan-Nya kepada Abraham, bapa leluhur kita, bahwa Ia mengaruniai kita” (Luk 1: 68-73).

Ch. Enung Martina, Menjelang Natal (23 Desember 2015)
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar