Jumat, 25 Februari 2022

DISAMBANGI OMIKRON




Sebuah pengalaman yang berharga bagi saya, karena saya mengalami virus Covid19 dalam tubuh saya, merasakan, dan menjalaninya. Tulisan ini akan menceritakan bagaimana saya mengalami sakit flu akibat COVID-19, varian Omikron. 


Melansir dari https://www.balaibaturaja.litbang.kemkes.go.id/   Varian Omikron adalah varian dari SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19. Varian ini pertama kali dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dari Afrika Selatan pada 24 November 2021. Pada tanggal 26 November 2021, WHO menetapkan 1.1.529 ke dalam Variant of Concern (VOC), dengan nama Omikron.


Omikron sudah muncul  di Indonesia dideteksi pada 26 Desember 2021. Merebaknya pada bulan Januari-Februari ini.  Menurut pemantauan belum ada gejala khas yang muncul pada penderita Covid-19 varian Omikron seperti penderita pada varian lainnya, bahkan beberapa individu tidak menunjukkan gejala sama sekali.


Namun, pada diri saya yang berusia 58 tahun menunjukkan gejala pada tubuh. Gejala yang saya rasakan : hari pertama seperti radang tenggorokan, perih, gatal, hidung tersumbat, mulai batuk. Hari kedua agak sumeng (demam ringan), batuk, pilek, tubuh merasa agak berputar (ringan), hari kedua malamnya saya tidak bisa tidur. Lalu saya minum obat warung dan amoxilin. Hari ketiga lebih mendingan, mungkin karena saya minum obat dan antibiotik, tapi badannya agak pegal (gemereges). Hari ketiga saya melakukan ritual jawa yaitu kerokan dan pijetan. Selama saya sudah merasa gejala flu pada tubuh saya langsung maskeran di rumah. Malamnya pada hari ketiga saya tidur nyenyak. Hari keempat saya merasakan belum membaik, dan tenggorokan tetap tersumbat dan mulut pahit terus, serta keringat dingin tak henti. Pada hari keempat saya menghentikan antibiotik. Maka saya memutuskan untuk tes pcr ke Carolus gading Serpong. 


Malamnya, sekitar pukul 21 lebih,  Carolus sudah memberikan hasil pcr saya. @Carolusgadingserpong kerja dan pelayanannya keren betul. Jempol untuk Anda semua. Dengan penuh cinta dari saya untuk Carolus. 



Berdasarkan hasil tes tersebut saya   ternyata CT saya termasuk rendah ya. Namun, saya tidak panik. Saya sudah tahu bahwa saya kena sebelum pcr diadakan. Segera setelah itu saya menginfokan kepada atasan saya di sekolah, kepada ketua lingkungan saya, dan kepada teman se-team saya di pelayanan St. Ambrosius. 


Inilah yang saya rasakan ketika para saudara tahu saya kena omikron, perasaan dicintai dan dikasihi. Saya di sini tak punya saudara kandung atau kerabat. Namun, dalam perjumpaan saya di Tanah Terjanji yang Tuhan berikan di Serpong ini, saya mendapatkan banyak saudara. 


Nah, para saudara ini segera bertindak. Memang sudah menjadi tradisi kami dalam keguyuban bersama para saudara. Segeralah bantuan mengalir: obat, vitamin, buah, minuman herbal, susu beruang, sup krim, dan aneka berkat yang Tuhan berikan untuk saya.


Sesungguhnya saya merasa sangat diberkati. Pada saat kita mendapatkan kemalangan, kita menjadi tahu bahwa Tuhan itu nyata hadir di seluruh kehidupan saya. Tuhan hadir melalui orang-orang di sekitar kita. Membantu, menghibur, menyediakan, dan menguatkan. 


Selain itu juga sistem pelayanan kesehatan juga sudah cukup baik. Begitu saya melaporkan bahwa saya positive, saya segera mendapat kunjungan virtual dari Puskesmas Pondok Jagung dan Kemenkes RI. Saya juga mendapat kunjungan obat dan buah dari ALUSIA (grup alumni Sanur BSD). Paroki saya (Vila Melati) dan Puskesmas Pondok Jagung bekerja sama. Sehingga saya mendapat pantauan dari Bidan Leny (Puskesmas Pondok Jagung) dan juga dokter dari St. Ambrosius. Mereka memantau saya via WA. 


Saya merasa dengan disambangi Omikron ini, saya jadi mengalami virus covid dalam tubuh saya nyata ada. Saya mengalami gejala-gejalanya. Saya menyadari bahwa imunitas tubuh itu mesti kita jaga ternyata bisa rentan juga. Saya bersyukur bahwa saya punya komunitas di tempat kerja, lingkungan, dan gereja saya. 


O ya, satu lagi. selama saya terkena virus omikron saya tetap melakukan aktivitas biasa, hanya tidak berhadpan dengan keluarga di rumah, tidak aktivitas masak, tidak makan di meja makan, kami makan sendiri-sendiri. Daerah kekuasaan saya dibatasi di atas saja. Saya juga tetap melakukan meditasi zen qi. Ada pengalaman tersendiri tentang meditasai di saat saya kena omikron. Itu nanati saya tulis tersendiri.


Selain itu, kita tak usah lagi bertanya dan merujuk dari mana saya dapat virus tersebut. Gak ada gunanya. Lebih baik kita fokus pada pengobatan dan pemulihan daripada mencari tahu sumber virus saya tertular dari siapa.


Terima kasih teman-teman dan para saudara yang sudah memberikan energinya untuk saya. Tetap kita jaga kesehatan dan tetap bersemangat karena hati yang gembira adalah obat. 


(Ch. Enung Martina)