Sabtu, 23 Januari 2010

MATRA SANG GURU

Untuk menjadi guru, seseorang harus juga belajar dari berbagai kebijaksanaan yang berasal dari para pendahulu, termasuk juga para spiritualitas. Di bawah ini ada kiat menjadi guru yang baik bila belajar dari kebijaksanaan Isa, Sang Guru.

Tiga matra Sang Guru terdapat pada Yohanes 14:69: Akulah jalan kebenaran dan hidup.
1. Jalan : Dia adalah yang dapat diikuti atau diteladani
2. Kebenaran : memberi inspirasi, memberikan ajaran yang benar. Ajarannya segar dan
abadi untuk situasi dan waktu serta tempat yang berbeda ajaran itu
akan tetap sesuai.
3. Hidup : Memberikan harapan sehingga orang bisa bertahan hidup dengan penuh
harapan.

Pribadi Sang Guru:
Pribadi yang terbuka, mampu menerima siapa pun sehingga pengikutnya begitu banyak.
Pengikut-Nya sewaktu Dia hidup adalah:
- kelompok 12 (12 rasul)
- 70 murid
- Murid lain
- Murid yang tersembunyi (tidak terang-terangan mengakui karena alas an politis dan
agama)
- Sporter yang selalu memebrikan dukungan
- Khalayak ramai

Memberikan ajaran yang segar
- menantang
- tidak terjebak pada satu pengalaman
- ajarannya menyentuh pribadi
- materi lama diperbaharui
- menggerakkan daya nalar
- menggerakkan kehendak
- sesuai konteks (kontekstual
- memakai yang ada di sekitarnya
- memakai ajaran lama untuk konteks kekinian

Memberi harapan
- kepada orang berpenyakit tak tersembuhkan ( contoh mujizat pada perempuan yang
menderita pendarahan bertahun-tahun)
- memberikan kesembuhan secara sosial (melepaskan dari isolasi sosial) contoh orang
kusta yang disembuhkan
- menyembuhkan penyakit struktural (Zakeus si pemungut cukai)
- menyembuhkan penyakit spiritual (mengampuni dosa)

(Tulisan disarikan dari retret Romo Aria Dewanto, SJ dengan penambahan oleh Ch. Enung Martina)

Sabtu, 09 Januari 2010

DUC IN ALTUM

Untuk memberi semangat pada diriku sendiri dalam menghadapi satu tahun mendatang, aku ingin mengambil kutipan Injil Lukas 5:2-6

Bertolaklah ke Tempat yang Dalam

Dalam renunganku aku akan menempatkan diri masuk dan berada dalam waktu dan situasi saat itu. Aku berada bersama Yesus dan menjadi bagian dari orang-orang yang ada bersama Dia saat itu.

Aku bersama dengan orang banyak lainnya berada bersama Yesus di tepi Danau Genezareth, wilayah Galilea. Danau ini sering pula disebut Danau Genezareth, Danau Galilea, atau Danau Tiberias. Danau ini sering pula disebut laut, karena saking besarnya. Ini adalah danau air tawar yang terkenal dengan ikannya. Banyak perkampungan di sekitar pantai danau itu. Salah satu kampung atau desa nelayan bernama Kapernaum. Itu adalah kampung Petrus, Simon. Nah, saat ini aku berada di kampung nelayan Kapernaum.

Sekarang ini Yesus sedang sangat terkenal di seantero wilayah baik Galilea maupun Yudea, bahkan Yerusalem juga. Semua orang mengenal Dia karena ajaran-Nya dan juga mujizat-Nya untuk menolong banyak orang. Ajaran-Nya sih memang agak ekstrim untuk saat ini. Agak berbeda dengan Torah yang dikenal oleh kaum Yahudi saat ini. Orang banyak mengatakan bahwa Dia adalah penggenapan hukum Torah. Apakah betul? Aku tak tahu.

Yesus itu seorang pribadi yang menarik Ia adalah anak zaman ini. Memahamai bahasa Ibrani, juga berbicara dalam bahasa Yunani, bahkan juga bahasa Aram. DIA adalah seorang pribadi yang cerdas, mempunyai karisma yang kuat, pemberani, rela berkorban, penuh kasih sayang, tetapi terkadang kalau berbicara apa adanya, tak pernah berpikir apa akibat dari perkataannya. Yang jelas Yesus ini seorang yang gampang mencari pengikuut. Dia itu seperti magnet. Lihat saja orang-orang selalu ngintil di belakang Dia hanya sekedar untuk melihat Dia atau mendengarkan ajaran-Nya yang agak ekstrim tersebut. Mau tahu contoh ajarannya yang ekstrim? Cintailah musuhmu! Nah, lho… musuh kok dicintai. Selama ini musuh ya dibenci dan dikalahkan! Dan banyak lagi ajara-ajaran ekstrim lainnya. Kalau mau tahu dengarkan saja apa perkataan-Nya.

Aku terkadang heran kenapa semua orang itu tersihir dengan laki-laki muda ini. Kalau dilihat sekilas, Dia itu ya biasa saja, manusia biasa. Apakah dia ganteng? Ya… dia cakap parasnya, tetapi masih banyak pemuda yang parasnya lebih ganteng daripada Dia. Kadang-kadang Dia juga emosional. Pokoknya Dia itu manusia seperti kita, tetapi kenapa banyak orang terpikat oleh Dia? Dan sialnya aku juga terpikat oleh Dia. Ada yang salah dengan diriku, jangan-jangan aku tak waras lagi. Masa aku terpikat dengan laki-laki yang kerjaannya pengangguran seperti begitu. Gak punya pekerjaan tetap, secara ekonomis gak punya harapan untuk masa depan,gak punya tempat tinggal, bajunya juga yang itu-itu lagi.

Jangan salah aku terpikat pada Dia bukan seperti aku terpikat secara asmara. Pokoknya ada kekuatan pada diri-Nya yang membuat aku terpikat. Daya ilahi mungkin begitu aku membahasakannya.

Aku duduk di salah satu perahu nelayan yang sedang ditambatkan di sana. Belakangan aku baru tahu kalau ternyata perahu itu milik Simon. Aku memandang ke sekelilingku, banyak orang beraktivitas seperti layaknya di kampung nelayan. Ada orang yang mengatur jalanya untuk ditebarkan, ada yang sedang mengurusi kailnya, ada yang mondar-mandir dengan tangkapan mereka. Kaum perempuan juga banyak di sana. Ada yang sekedar jalan-jalan membawa anak-anaknya, ada yang membantu suaminya yang nelayan untuk memngambil ikan hasil tangkapan, ada yang hanya ingin memandang Yesus karena Dia ada di pantai danau itu. Pokoknya banyak sekali orang di sekitarku.




Yesus ada di tengah-tengah kerumunan orang banyaak itu. Selain di dalam perahu, orang banyak berkerumun sekitar perahu untuk mendengarkan kata-kata-Nya. Sementara itu aktivitas pantai tetap seperti biasa.

Saat itu Yesus banyak berbicara seputar kasih Allah dan juga hukum kasih. Namun yang terngiang di telingaku serta tertangkap di kepalaku dan tersimpan dalam hatiku adalah perkataan Dia kepada Simon, si nelayan. Simon adalah nelayan yang berpengalaman. Dia paham betul danau Genezareth karena di tempat itu ia mencari nafkah. Malam tadi Simon berlayar dan tangkapannya sedikit. Yesus mendengar hal tersebut. Karena itu Dia berkata kepada Simon: Cobalah bertolaklah ke tempat yang dalam.
Simon menjawab: Sudah Guru! Namun, karena Engkau yang menyuruhnya, maka aku akan lakukan.

Aku tertarik dengan potongan percakapan itu. Kalimat yang diucapkan Yesus untuk Simon: bertolaklah ke tempat yang dalam. Seolah-olah kalimat itu juga diucapkan untukku yang berada di situ. Karena aku bukan nelayan seperti Simon, aku mengartikan perkataan-Nya dengan duniaku.

Terkadang aku juga tidak berani melangkah lebih jauh dan ke tempat yang dalam. Aku takut dengan resiko yang aku dapatkan. Aku takut gagal. Dengan melangkah ke yang dalam, kemungkinan tantangan akan lebih besar, Perlu persiapan yang matang tentunya. Perlu keberanian yang lebih, itu pasti.

Namun, aku kagum dengan Simon, si nelayan. Dia adalah nelayan yang berani. Meski dia tahu bahwa semalam dia tak dapat ikan. Sebagai nelayan yang professional dia tahu persis tentang hal itu. Namun, ia adalah pribadi lugu dan patuh. Maka Simon berkata:
karena Engkau yang menyuruhnya, maka aku akan lakukan.

Begitulah, aku juga akan belajar seperti Simon untuk percaya pada DIA yang memintaku untuk melakukan sesuatu yang terkadang berat menurutku. Aku tahu persis bahwa Dia sangat tahu dan mengerti tentangku jauh lebih mengetahui daripada aku tahu tentang diriku sendiri, Karena itu, aku akan belajar percaya seperti Simon percaya pada Sang Guru. Maka aku akan melangkah ke yang lebih dalam karena aku percaya bersama Dia segalanya tak ada yang mustahil.

(Enung Martina- 10 Januari 2010)

Kamis, 07 Januari 2010

BANGUN

Selamat memulai tahun 2010. Maaf ucapannya terlambat karena pada awal tahun begitu banyak hal yang harus diurus sehingga untuk duduk mengetik membutuhkan perjuangan. Aku berharap untuk diriku sendiri pada tahun 2010 ini aku melakukan segala sesuatunya dalam keadaan BANGUN., SADAR. AWARENESS. Itu mungkin kata-kata yang tepat.

Tahun lalu aku melakukan segala sesuatu dengan niat dan semangat yang kuusahakan untuk tetap bernyala senaksimal mungkin. Akhirnya aku berhasil dan tahun 2009 berlalu dengan baik, meski ketika aku duduk untuk merenung , ada juga hal-hal yang kulakukan begitu semberono dan tanpa perhitungan. Dengan kata lain aku melakunanya sepertinya terbuai dengan egoismeku. Ketika aku melihatnya dan aku benar-benar terjaga, aku melihat betapa aku sudah menyakiti begitu banyak orang.

Kesadaran muncul. Itu yang penting. Meski aku tahu bahwa untuk memulai lagi dan kembali pada diri sendiri terkadang tidaklah mudah. Masih linglung mungkin. Kita belajar dan kita memang terus belajar. Dalam proses belajar itu carut marut pasti ada. Ya… tidak apa-apa.

Anthony de Mello berkata bahwa spiritualitas berarti bangun-terjaga. Kebanyakan orang (sadar ataupun tidak) hidup dalam keadaan tertidur. Kita tidak menyadari kebaikan dan keindahan dalam keberadaan kita. Kita asyik dengan hal-hal lain yang kita sebut masalah. Kita asyik dengan dunia yang kita ciptakan sendiri. Kita terbuai dan merasa sudah sangat benar untuk beberapa hal yang kita lakukan. Benarkah? Kita memang sering tertidur.

Aku akan berusaha bangun dan terjaga untuk setiap detikku pada tahun 2010 ini. Kurun waktu satu tahun akan sangat panjang kalau kita melihat dan menghitungnya dari sekon demi sekon. Namun satu tahun adalah waktu yang pendek bila kita menjalaninya dan menyadarinya bahwa belum banyak yang bisa kita lakukan untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan Tuhan.

Tuhan, ajari aku untuk selalu bangun dan mensyukuri setiap berkat yang kuterima. Amin.

Serpong, 7 januari 2010
Enung Martina