Minggu, 13 Januari 2019

Wisata Rohani: KATEDRAL SEMARANG




“EGO QUASI ROSA PLANTATA SUPER RIVOS AQUARUM FRUCTIFICAVI” demikian tulisan yang tertera di atas altar Katedral Semarang. Penjelasan di situs historiadomus.multiply.com menyebutkan kalimat bahasa latin tersebut dicuplik dari Yesaya 35:2 yang berbunyi, “Seperti bunga mawar Ia akan berbunga lebat, akan bersorak-sorak, ya bersorak-sorak dan bersorak-sorai.”
Sejarah Pembentukan
Konon, bangunan ini dirancang oleh J.Th.Van Oyen yang bekerja sama dengan Konstruktor Kleiverde.  Bangunan awal Katedral ini sebelumnya merupakan “Dienst voor Volkgezondheid “ (kantor Dinas Kesehatan Belanda ) yang pada tanggal 26 Januari 1927 area tersebut dibeli oleh pengurus Gereja untuk digunakan sebagai lokasi gereja stasi ketiga. Setelah direnovasi pada tanggal 9 Oktober 1927, bangunan gereja ini diberkati oleh Mgr. Antonius van Velsen, Vicaris Apostolic Batavia.
Tahun 1937 diadakan pemugaran dan perluasan Katedral, seperti tertulis pada Surat Uskup Batavia tanggal 20 Desember 1937 kepada Pater P.C. yang menjabat sementara sebagai Kerk-en Armbestuur. Pada tanggal 9 Agustus 1940 Jawa Tengah diresmikan sebagai vikarist apostolik dibawah pimpinan Mgr.A.Soegijopranoto,S.J. selaku uskup agung pertama di Indonesia. Gereja St Perawan Maria Ratu Rosario Suci diangkat sebagai Katedral.
Uskup kala itu adalah Mgr. J. Groff. Dia adalah misionaris Suriname yang tinggal di Batavia, yang pada tanggal 20 Desember 1843 ditetapkan oleh Tahta Suci sebagai Vicaris Apostolic yang memiliki tiga paroki besar, yakni Batavia, Semarang, dan Surabaya. Paroki Semarang sendiri memiliki tiga stasi, yakni stasi Candi (1925), stasi Bangkong (1932), dan Randusari (1927). Setelah direnovasi pada tanggal 9 Oktober 1927, gedung Gereja Randusari diberkati oleh Mgr. Antonius van Velsen, Vicaris Apostolic Batavia kala itu. Dengan didirikannya bangunan ini, dimulailah peziarahan iman di Stasi Randusari.
Pada saat itu, perkembangan Stasi Randusari cukup signifikan. Hal tersebut tampak dari meningkatnya jumlah baptisan dari tahun 1928-1930. Hingga akhirnya, berkembanglah stasi Randusari menjadi sebuah paroki. Hal ini berarti Stasi Randusari telah melepaskan diri dari induknya (Batavia) dan kemudian pada tahun 1930, stasi ini ditetapkan menjadi sebuah paroki.
Seiring berjalannya waktu, pada tanggal 9 Agustus 1940, Jawa Tengah diresmikan sebagai Vikariat Apostolik.  Kala itu Mgr. Albertus Soegijopranoto, S.J. adalah Vikarisnya. Dia adalah Uskup Agung pribumi pertama di Indonesia. Sejak saat itu, Gereja Randusari ditetapkan sebagai Katedral. Sekedar pengetahuan: Vikariat Apostolik adalah suatu wilayah misi dalam Gereja Katolik Roma, yang belum memiliki keuskupan. Sedangkan Vikaris adalah seseorang yang memiliki otoritas untuk memimpin wilayah yang belum memiliki keuskupan tersebut.

Pesona Arsitektur Bangunan Katedral
Komplek katedral termasuk katedral inti, ruang pertemuan, dan sekolah . Pada tahun 2012 sebuah kediaman resmi dan kantor untuk uskup dibangun. Kantor Uskup berisi sebuah kapel, arsip, sekretariat, taman, dan ruang pertemuan umum, serta enam kamar ruang perumahan.
Katedral di kota semarang ini bentuknya unik sekali dan suasan di dalamnya syahdu. Kita akan menjumpai bangunan dengan bentuk setangkup, berfasad tunggal, yang secara keseluruhan berorientasi arsitektur barat. Bangunan katedral Semarang memang tak se-gothik Katedral Bogor, Jakarta, maupun Bandung. Namun, tetap menarik karena lebih membaur dengan arsitektur di kawasan sekitarnya.

Masuk ke katedral ini, tampak bangunan dengan plafon yang tinggi sehingga udara terasa sejuk. Dengan desain arsitektur dan kaca-kaca patri tinggi penuh dengan gambar santo-santa, Gereja ini terlihat sangat indah dan sakral.

Konstruksi atap adalah limasan mejemuk, yang ditutup dengan genteng. Pada puncak limasan terdapat menara yang dilapisi dengan pelat logam. Terdapat penebalan pada dinding dan membentuk parapet. Teritisan cukup lebar. Serambi terdapat pada bagian setiap entrance. Serambi ini dinaungi oleh atap yang menyatu dengan bangunan utama.

Di puncak atap terdapat menara lonceng berlapis logam. Lonceng tersebut akan dibunyikan pada jam-jam tertentu sebagai peringatan bagi umat Katolik untuk mulai kebaktian. Seperti pada Malam Natal, lonceng dibunyikan dalam waktu yang lama saat Lagu Kemuliakan dinyanyikan.

Saat kita  memasuki pelataran gereja, kita akan menemukan tiga pintu masuk yang ada di sisi barat, selatan, dan utara. Tampak pintu kayu berdaun ganda yang dilengkapi panel kayu tebal. Sebelum melewati pintu berdaun ganda tersebut, dari luar kita akan melihat kursi umat yang tersususun memanjang ke belakang, tanpa ada pilar  di tengahnya. Menurut istilah arsitektur, rancangan ini merupakan rancangan bebas kolom.

Seperti gereja pada umumnya bersalib, Gereja Katedral pun demikian. Pada malam hari, keanggunan Gereja Katedral semakin terpancar, saat warna cahaya merah salib itu menyala. Katedral Semarang yang menghadap ke barat itu anggun dan memancarkan wibawa di tengah hiruk pikuknya Kota Lumpia.

Di Bawah Perlindungan Bunda

Bila anda memasuki pelataran Katedral dan berdiri di depan gedung gereja, kita akan melihat tulisan di atas teras pintu masuk dalam bahasa Latin SUB TUTELA MATRIS. Arti tulisan tersebut adalah Di Bawah Perlindungan Bunda. Kalimat tersebut melambangkan penyerahan diri umat paroki kepada Bunda Maria sebagai pelindung Gereja. Sub Tutela Matris merupakan ungkapan devosional yang amat tinggi dengan nuansa spiritualitas yang amat dalam kepada Bunda Maria. Ungkapan ini ,merupakan kesimpulan pergulatan rohani seorang bderiman akan  Bunda Maria.


Tempat Strategis

Katedral ini, tempatnya  sangat strategis karena berada di tengah Kota Semarang yang juga berhadapan dengan Gedung Lawang Sewu, salah satu situs bersejarah di Semarang. Sebenarnya, Gereja Katedral yang berlokasi di Jalan Dr. Soetomo Semarang. Namun secara administratif, Gereja ini beralamatkan di Jalan Pandanaran No. 9, Semarang.

Banyak destinasi wisata kota di sekitar Katedral ini. Demikian pula penginapan dan hotel bertebaran di sekitarnya. Kendaraan umum untuk menuju ke lokasi ini juga sangat mudah. Apa lagi setelah kendaraan berbasis online ada, semakin memudahkan menuju ke destinasi di sekitar Semarang Kota.  Selamat Natal 2018 yang sudah berlalu, dan selamat menyongsong tahun 2019. Kiranya dengan mengenal wisata rohani Kristiani, kita semakin berhikmat. (Ch. Enung Martina, Randusari 25 Desember 2018)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar