Rabu, 27 November 2019

JEJAK LANGKAH 24


KOLAM BETESEDA
Di komplek Gereja Santa Anna Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh. [Mereka menantikan guncangan air kolam itu. Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan mengguncangkan air itu; siapa saja yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah guncangan air itu, menjadi sembuh, apa pun penyakitnya.] – (Yoh 5:2-4). Di kolam itulah Yesus menyembuhkan seseorang yang sudah lumpuh selama 38 tahun (bdk. Yoh 5 : 5-9).
Mengapa Yesus pergi ke kolam Betesda ? Konon kolam itu adalah tempat kafir (orang-orang yang percaya dewa-dewi) yang dipersembahkan kepada Aesculapius, dewa kesehatan. Ada banyak cerita yang mengatakan bahwa sesewaktu orang-orang sakit memperoleh kesembuhan di kolam itu. Orang-orang Yahudi yang saleh, tersinggung karena penyembuhan terjadi di tempat orang kafir. Namun, mereka  menegaskan bahwa orang-orang disembuhkan bukan oleh Aesculapius, tetapi oleh malaikat Tuhan.

Orang-orang Yahudi yang tidak terlalu religius pergi ke sana untuk memperoleh penyembuhan (dianggap sebagai orang yang mencari penyembuhan dari dewa orang kafir). Yesus juga pergi ke sana, tetapi Ia pergi untuk mencari orang-orang berdosa yang ingin diselamatkan. 
Rasul Yohanes mencatat bahwa di situ selalu ada orang-orang sakit (Yohanes 5:2-3) yang mengharapkan kesembuhan dari air kolam. Adanya keterangan "Malaikat yang menggerakkan air" (Yohanes 5:3-4) adalah sebuah keterangan yang ditambahkan oleh sang penyalin Alkitab PB. Menurut dari beberapa penelitian, keterangan tsb disisipkan di waktu kemudian untuk menerangkan naiknya air secara periodik. Di dekat Gereja Anna telah digali kembali sebagian kolam itu. Sejak tahun 1961 ditemukan bak-bak mandi di sebelah Timur kedua kolam itu. Bak-bak mandi itu dipahat pada tanah-tanah padas. Air dimasukkan ke dalamnya lewat saluran-saluran kecil. Sejak sebelum zaman Tuhan Yesus melayani di bumi, kompleks kolam Betesda itu sudah mempunyai sifat sakral dan disakralkan.
Dalam catatan Yohanes,  kolam Betesda adalah tempat bagi kumpulan orang sakit berbaring begitu banyak di situ.Suatu hari Yesus datang ke tempat itu lalu bertanya kepada salah satu dari mereka, “Maukah engkau sembuh?”Jelas orang itu ada berbaring di tepi kolam Betesda dengan satu tujuan yaitu karna ia ingin sembuh. Namun, sebelum   menyembuhkan orang itu,  Yesus memberikan pertanyaan ini baginya: maukah engkau sungguh-sungguh disembuhkan?
Pertanyaan ini penting: apakah engkau sungguh-sungguh mau disembuhkan? Apakah engkau sungguh-sungguh mau diubahkan? Hidupnya membutuhkan satu transformasi total.Itulah artinya pertanyaan Yesus. Kalau engkau sungguh-sungguh mau sembuh maka engkau tidak lagi menjalani hidupmu yang lama dan lifestyle baru dalam hidupmu akan berubah total. Maukah? Alkitab berkata, di dalam Kristus engkau adalah ciptaan baru.Yang lama sudah berlalu, jangan hidup seperti yang dulu lagi. Artinya ketika orang lumpuh sudah sembuh ia harus seperti orang sehat dengan segala hak dan kewajbannya. Ada konsekwensi saat ia menjadi orang sehat. Ada beberapa hal kewajiban yang dia penuhi sebagai pribadi di keluarga juga sebagai bagian dari masyarakat dan juga tentunya agamanya (Yahudi). 
Yesus menyapa orang sakit itu. Yesus bertanya kepadanya “maukah engkau sembuh?” Dari jawaban si sakit, dia mengakui akan ketidak berdayaannya. Turun ke kolam senantiasa didahului orang lain. Di samping itu tidak ada orang yang membantu dan menolongnya. Ketika semua usahanya telah sia - sia dan tidak ada harapan, dia diajak untuk memfokuskan dirinya kepada Yesus yang ada di hadapannya. Satu - satu harapannya tinggal pada Yesus yang ada di depannya. Ketika Tuhan Yesus mengatakan kepadaNya: Bangunlah, angkat tempat tidurmu dan berjalanlah, ia seperti tersengat oleh kekuatan Ilahi. Ia bangun, mengangkat tempat tidur dan berjalan. Ajaib sekali. Tiga puluh delapan tahun tidak pernah berjalan, kini ada kekuatan Ilahi yang menyembuhkan dan memberi kekuatan untuk berjalan. JIka kolam Betesda tidak bisa memberikan dia anugerah, tetapi Yesus telah memberikan dia anugerah yang sejati. Kesembuhan dan sekaligus keselamatan.
Kelumpuhan itu bukan saja melumpuhkan tubuhnya tetapi akhirnya juga melumpuhkan hasrat hidupnya, melumpuhkan keinginan dan cita-citanya, melumpuhkan keluarganya. Waktunya hanya dihabiskan untuk meratapi keadaannya dan terus hanya berpikir bagaimana untuk sembuh, tanpa berpikir bahwa di dalam sakit kita pun, Tuhan bisa memberi kita anugerah untuk menjalani hidup dan menjadi berkat.orang lain. Dalam cerita Al Kitab sudah lumpuh selama 38 tahun, sebetulnya bagi orang ini sembuh tidak sembuh bukan lagi menjadi persoalan besar, tetapi bagaimana bisa mempunyai hidup yang lebih berkualitas dan lebih menjadi berkat.


Arti Betesda yaitu rumah anugerah. Namun tidak semua orang mendapat anugerah di kolam itu. Ada juga yang mendapat anugrah  termasuk orang yang sudah tiga puluh delapan sakit itu. Anugrah yang didapatnya bukan karena terlebih  dahulu masuk kolam.  Namun, anugrah itu hadir karena perjumpaan dengan Tuhan.  Sampai pada suatu saat dia berjumpa dengan Yesus yang mampu memberikan dia anugerah yang sejati. Ketika itu, Yesus singgah di kolam Betesda dan berjumpa dengan orang itu. 
Pada jaman Kristus kolam ini masih berada di luar kota, di luar tembok utara, dekat Gerbang Domba yang merupakan pintu masuk ke dalam Bait Allah dari arah utara. Pada waktu itu kolam ini merupakan tempat berkumpul orang sakit, orang timpang dan orang cacat yang percaya, bahwa air kolam itu mempunyai daya penyembuhan. Kolam ini sekarang merupakan tempat yang suci bagi orang Kristen, karena disinilah Yesus pernah membuat mukjizat, yaitu menyembuhkan seorang yang menderita kelumpuhan selama tiga puluh delapan tahun. Kolam yang telah tertutup reruntuhan selama berabad-abad ini sebagian besar telah digali kembali oleh para Imam Putih.
Mereka menemukan bahwa kolam ini bersegi empat dengan panjang 120 meter, lebar 70 meter, dan dalam 8 meter. Kolam ini dikelilingi oleh serambi pada empat sisinya dan dibagi dua oleh serambi kelima di tengahnya. Hal ini membenarkan catatan yang diberikan oleh Injil Yohanes, yaitu bahwa kolam itu mempunyai lima serambi (Yoh 5:2).


Di situ ditemukan lima serambi (Serambi adalah: teras/ beranda atau selasar yang agak panjang, bersambung dengan induk rumah). Salah satu serambi itu membelah kolam menjadi dua yang tidak sama luasnya. Keempat serambi lainnya mengelilingi kolam tersebut. Sehingga tiang-tiang membentuk lima serambi seperti yang dijelaskan Injil Yohanes.
Kolam Betesda rupanya juga sudah disebut dalam Perjanjian Lama. Kolam Betesda disebut dalam Perjanjian Lama sebagai Kolam Atas, atau dalam bahasa Inggrisnya adalah Upper Pool yang dianggap mengacu pada Kolam Betesda disebut dalam Kitab 2 Raja-raja 18 yang mencatat kejadian dalam zaman pemerintahan Raja Hiskia. Catatan ini juga terdapat dalam Kitab Yesaya 36.
Yesaya 7:3 juga mencatat nama Kolam Atas ini, "Berfirmanlah TUHAN kepada Yesaya: Baiklah engkau keluar menemui Ahas, engkau dan Syear Yasyub, anakmu laki-laki, ke ujung saluran kolam atas, ke jalan raya pada Padang Tukang Penatu." Sementara dalam Perjanjian Baru, nama Betesda hanya muncul sekali, yaitu pada Injil Yohanes 5:2-3.
Sejarah mencatat bahwa pada abad pertama masehi, Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam yang dalam bahasa Ibrani di sebut Betesda itu ada lima serambinya. Namun ternyata, sampai abad ke 19 tidak ada bukti diluar Injil Yohanes bahwa kolam ini sungguh ada. Maka banyak orang mengira bahwa deskripsi Yohanes mengenai kolam itu tidak dapat diandalkan secara historis. 
Di abad 19 akhirnya reruntuhan Kolam Betesda dibersihkan dan kolam ini terbukti ada. Kini kedua kolam yang disebutkan dalam Injil Yohanes, yaitu Kolam Betesda dalam Yohanes 5:2 dan Kolam Siloam dalam Yohanes 9:7 sudah berhasil diidentifikasi. Dalam penggalian, mereka menemukan bahwa kolam ini berbentu segi empat dengan panjang 120 m, lebar 70 m dan dalam 8 m. Kolam ini dikelilingi oleh serambi pada empat sisinya dan dibagi dua oleh serambi kelima di tengahnya. Kolam Betesda ternyata memang memiliki lima serambi yang tidak tersusun dalam bentuk pentagon. Kolam ini terdiri dari empat serambi yang tengahnya dipisahkan oleh satu serambi sehingga membentuk lima serambi.
Demikianlah apa yang tercatat dalam Al Kitab ternyata bisa dibuktikan secara historis dan juga lokatif. 


Menjadi catatan untuk kita bahwa: dalam Injil Yohanes taka da catatan tentang reaksi orang lumpuh yang disembuhkan tersebut. Tidak ada respons berterima kasih, tidak ada respons bersyukur, tidak ada respons dia memuliakan Allah. Orang-orang Farisi menegur dia kenapa pada hari Sabat dia membawa tilamnya, Orang ini menjawab, “Aku disuruh mengangkat tilam ini oleh orang yang menyembuhkan aku.”Siapa orang itu?Tidak tahu.Aku tidak kenal. Baru kemudian di Bait Allah ia mengenal Yesus yang telah menyembuhkannya. Yesus pula mengingatkan dia: “Engkau telah sembuh, jangan berbuat dosa lagi supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk” (Yohanes 5:14).Yesus mengingatkan dia, jangan sampai hidupnya nanti lebih buruk daripada sebelumnya.
Menjadi refleksi untuk diri saya, yang dilakukan oleh orang lumpuh itu terkadang juga kita lakukan: respons yang tidak sesuai atas anugrah hidup yang kita terima. Seolah hidup yang kita terima memang harus demikian adanya. Sesuatu yang sudah selayaknya dan seharusnya. Karena itu, respon kita terhadap kehidupan adala; kurang bersyukur, tidak menyadari apa yang terjadi. 
Sumber: 
www.sarapanpagi.org/kolam-kesembuhan-paganisme-helenistik-betesda-vt10326.html

(Ch. Enung Martina: Teriring ucapan terima kasih tak terhingga kepada : Sr. Francesco Maryanti,OSU yang menjadi jalan semua ini teralami, Romo Hendra Suteja, SJ pembimbing rohani yang kepada beliau kebijaksanaan diberikan Tuhan, kepada Romo Sugeng yang mempunyai talenta untuk menghibur, kepada Mas Edi dan Mas Engki yang tak lelah melayani,  kepada seluruh tour guide, crew di bis, dan seluruh peserta ziarah dari Keluarga Besar Santa Ursula BSD.)




Jumat, 22 November 2019

JEJAK LANGKAH 23


GEREJA ST. ANNA, YERUSALEM LAMA 


Gereja St.Anna dan Kolam Bethesda,  dua situs ini terletak di Muslim Kuarter kota tua Yerusalem. Tak seberapa jauh selepas Pintu Gerbang Domba di sebelah kanan kita akan menjumpai pintu masuk dari kompleks gereja ini. Memasuki kompleks gereja ini kita seperti dibawa ke dalam sebuah lingkungan kompleks biara,  sebuah halaman luas dengan taman yang indah dan di bagian ujung utara kompleks gereja ini,  segera akan kita jumpai reruntuhan Kolam Bethesda yang disebut dalam Alkitab. Namun, untuk tulisan ini kita fokus pada Gereja Santa Anna saja.

Rombongan St. Ursula BSD di G. St Anna

Gereja Santa Anna (Ibrani: כנסיית סנטה אנה; Bahasa Latin: Ecclesia S. Anna) adalah sebuah gereja Katolik Roma, yang terletak di awal Via Dolorosa, dekat gerbang Domba atau Gerbang Singa,  Lions Gate di kawasan Muslim  kota lama Yerusalem.

Sebuah Basilika Bizantium dibangun di atas reruntuhan bangunan gereja lama pada abad ke-5. Dihancurkan  sebagian oleh orang Persia pada 614. Kemudian  dibangun kembali pada masa pemerintahan  Baudouin I. Lalu pada masa Perang Salib dibangunlah gereja kecil, yang disebut Moustier. Gereja ini  kemudian dibangun di atas perpanjangan dari kolam Bethesda bagian utara.

Selama pemerintahan Kerajaan Islam,   pada tahun 1192 gereja ini sempat dijadikan sekolah Islam (Madrasah).  Akhirnya   komplek itu diperbarui, tetapi peziarah Kristen hanya diijinkan masuk sampai bagian depan saja setelah membayar biaya. Pada 1856, atas dukungan Perancis, Sultan Utsmaniyah Abdülmecid I memberikannya  kepada Napoleon III. Lalu bangunan itu  dipugar dan direnovasi dengan mempertahankan keasliannya.



Dibangun kembali antara 1131 hingga  1138 untuk menggantikan gereja Bizantium sebelumnya dan tak lama kemudian diperbesar beberapa meter. Gereja merupakan salah satu bangunan lama dengan  arsitektur Romawi. Basilika tiga lorong ini menggabungkan langit-langit  dan pilar lintas kubah, garis yang jernih, dan interior yang sederhana. Nave atau bagian tengan ruang gereja dipisahkan dari lorong lateral yang lebih rendah dengan arcade (lorong beratap)  melengkung. Altar dibuat  tinggi, dirancang oleh pemahat Perancis Philippe Kaeppelin yang menggabungkan banyak adegan atau peristiwa Kitab Suci yang berbeda. Di depan altar digambarkan kelahiran Yesus (kiri), Yesus diturunkan dari salib (tengah), dan pemberitaan (kanan). Di lorong selatan adalah tangga menuju ke ruang bawah tanah, di sana ada  sebuah gua yang diyakini oleh tentara salib menjadi tempat kelahiran Maria. Sebuah altar yang didedikasikan untuk Maria terletak juga di sana. Basilika Bizantium sebagian membentang di atas dua cekungan air, secara kolektif dikenal sebagai kolam Bethesda, dan dibangun di atas serangkaian dermaga, salah satunya masih berdiri utuh sampai saat ini.



Gereja Santa Anna merupakan situs peninggalan era perang salib yang dibangun pada tahun 1142. Bagian bawahnya ada kapel yang dimanfaatkan sebagai tempat memperingati peristiwa lahirnya Bunda Maria. Interior bangunan gereja St. Anna terbuat dari batu yang keras dan akustik yang luar biasa bagusnya . Bangunan ini menjadi contoh yang baik dari arsitektur abad pertengahan.

Karena gereja tersebut dirancang dengan akustik yang baik, maka di dalam gereja Santa Anna, para peserta tour biasanya bernyanyi bersama. Kualitas tata suara dalam gereja ini tiada duanya. Para peserta ziarah pasti penasaran untuk membuktikannya. Maka kami, rombongan besar St. Ursula BSD pun menyanyikan lagu ‘Ya Namamu Maria’ denagn kompak di altar gereja itu. 

Gereja ini panjangnya 34 m dan lebarnya 19.50 m. Pada tahun 1954, Para Imam Putih (White Fathers): The Society of the Missionaries of Africa (White Fathers) was born in Algeria, founded in 1868   by Cardinal Charles Lavigerie, Archbishop of Algiers, berhasil merenovasi gereja ini  dan mengembalikan bentuk aslinya. Di bagian bawah gereja terdapat kapel untuk memperingati kelahiran Bunda Maria. Menurut sebuah kitab apokrip yang dikenal dengan nama Proto-Injil St. Yakobus, St. Perawan Maria konon dilahirkan di dekat Bait Suci di Yerusalem. Nah, tempat yang dimaksud merujuk ke tempat ini. Karena temapt ini juga dekat dengan Bait Suci.

Siapa St. Anna?


St.Anna dan St.Yoakim adalah orangtua Santa Perawan Maria. Mereka hidup rukun, taat beribadah kepada Tuhan dan melakukan banyak perbuatan baik. Namun demikian, ada satu hal yang membuat mereka sedih; Tuhan belum memberi mereka seorang anak pun.

Selama bertahun-tahun, Anna memohon kepada Tuhan untuk memberinya anak. Ia berjanji untuk mempersembahkan anaknya itu kelak kepada Tuhan. Ketika sudah lanjut umurnya, Tuhan menjawab doa Anna dengan cara yang amat luar biasa, yang bahkan tidak pernah terbayangkan olehnya.

Anak yang lahir bagi St. Yoakim dan St. Anna adalah Santa Perawan Maria Immaculata (=yang Dikandung Tanpa Dosa). Perempuan yang paling kudus di antara semua perempuan ini akan menjadi Bunda Allah. Anna merawat Maria kecil dengan penuh kasih sayang selama beberapa tahun. Kemudian dipersembahkannya puterinya itu kepada Tuhan, seperti yang telah dijanjikannya. Maria tinggal di Bait Allah di Yerusalem.
Yoakim dan Anna melanjutkan kehidupan mereka dengan berdoa hingga tiba saatnya Tuhan memanggil mereka pulang ke rumah Bapa di surga. Umat Kristiani senantiasa menghormati St.Anna secara istimewa. Banyak gereja indah dibangun untuk menghormatinya.



Menggali Spritualitas St. Anna dan St. Yoakim, Ibu dan Ayah Bunda Maria

Banyak ibu dan nenek dapat mengidentifikasi diri mereka dengan Santa Anna, ibunda St. Maria dan nenek dari Yesus. Menurut tradisi, istri dari Santo Yoakim ini, menjembatani Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Anna  berasal dari keluarga Daud dan hidup di Betlehem.

St Yoakim dalam bahasa Inggris ditulis Joachim, Ibrani : יְהוֹיָקִים Yəhôyāqîm, Yunani Ἰωακείμ Iōākeím, bermakna "dia yang telah mendirikan YHWH" atau diartikan “persiapan bagi sang Juruselamat” .  St Yoakim digambarkan sebagai seorang pria kaya dan saleh, yang secara teratur memberikan kepada orang miskin dan kepada  sinagoga  di Sepforis, adalah kota yang terletak di bagian tengah kawasan Galilea, sekitar 6 kilometer di sebelah utara Nazaret, di wilayah Israel modern.


Anna  adalah nama versi Yunani dan Latin  dari nama Ibrani חַנָּה (Channah) yang berarti "mendukung" atau "rahmat" atau “Berkat” .  St. Anna dalam bahasa Inggris di tulis Saint Anne (juga dikenal sebagai Ann atau Anna, dari bahasa Ibrani Hannah חַנָּה, yang berarti "mendukung" atau "kasih karunia/ rahmat"). Anna mandul sebelum diberitahukan oleh malaikat bahwa satu-satunya anak perempuan akan dilahirkan olehnya di usianya yang sudah tua. Anak itu harus dikuduskan bagi TUHAN, tinggal dalam kanisah, dan pada akhirnya akan membawa Putera Allah, sang Juruselamat – lewat rahimnya. Anna ( Arab : Hannah) juga dihormati di Islam , diakui sebagai seorang wanita yang sangat spiritual dan sebagai ibu dari Siti Mariam .

Kehidupan St. Anna saat muda tak jauh beda dengan gadis Israel dari kalanagn rakyat biasa pada masanya. Gaya hidup Anna mencakup juga kerja keras. Rumah keluarga mereka sederhana, dengan atap datar, dan batu karang dari bebukitan menjadi tembok belakang rumah mereka. Ia juga mempelajari Hukum (Taurat) dan kitab para nabi serta doa harian merupakan bagian dari tradisi keluarga mereka. Seperti banyak perempuan muda lainnya, Anna tentu mempunyai harapan untuk menikah, melahirkan anak, dan juga merindukan kedatangan Mesias yang akan menyelamatkan Israel.

Tradisi mengatakan bahwa orang tua dari Santa Perawan Maria, yang, tampaknya, pertama kali tinggal di Galilea, datang kemudian untuk menetap di Yerusalem. Imam menolak Yoakim dan pengorbanannya, karena istrinya mandul.   Keadaan tanpa anak pada zaman itu ditafsirkan sebagai tanda ketidaksenangan ilahi, taka da berkat Allah pada orang tersebut. Akibatnya Yoakim pergi ke padang pasir dan ia berpuasa dan melakukan silih selama empat puluh hari. Malaikat kemudian muncul untuk Yoakim dan Anna menjanjikan kepada mereka seorang anak.


Yoakim kemudian kembali ke Yerusalem dan memeluk Anna di pintu gerbang kota. Ada kepercayaan kuno bahwa seorang anak yang lahir dari seorang ibu tua yang telah memberikan harapan untuk memiliki keturunan ditakdirkan untuk hal-hal besar. Perbandingan ini  terjadi dalam Perjanjian Lama dalam kasus Hannah , ibu dari Samuel. Siklus legenda tentang Joachim dan Anne termasuk dalam Legenda Emas dan tetap populer di seni Kristen sampai Konsili Trente membatasi penggambaran peristiwa apokrif.

“Protoevangelium Yakobus,” (tulisan apokrif : meliputi sejumlah tambahan atas kitab-kitab pada Alkitab,    Protoevangelium menandakan periode sebelum yang dicakup dalam Injil) mencatat: Namun, ternyata pasangan itu akan lebih diberkati daripada Abraham dan Sarah, seperti yang diungkapkan Malaikat kepada Anna ketika dia menampakkan diri kepadanya dan menubuatkan bahwa semua generasi akan menghormati anak mereka: “Tuhan telah mendengar doamu , dan Engkau akan mengandung, dan akan melahirkan, dan anak yang dikandungmu itu akan dibicarakan di seluruh dunia.”

Dalam Protoevangelium digambarkan bagaimana orang tua Maria, bersama dengan para imam bait suci memutuskan bahwa dia akan dipersembahkan kepada Allah sebagai Perawan yang dikuduskan selama sisa hidupnya, dan memasuki pernikahan kudus dengan tukang kayu Yoseph.


Ada orang yang berpikir bahwa Maria dilahirkan di Yerusalem, tetapi tinggal di Nazaret juga. Mungkin saja Anna dan Yoakim mempunyai dua tempat tinggal. Sumber yang dapat dipercaya (Butler’s Lives of the Saints, Vol. III, hal. 205) memperkirakan bahwa Santa Anna mempersembahkan Maria dalam kanisah ketika masih kecil dan meninggalkannya di tempat itu untuk dididik. Seperti sekolah berasrama pada zaman sekarang.  Namun hal ini tidak berarti bahwa sang ibu tidak mendidik Maria di rumah pada waktu-waktu tertentu. Seturut adat-kebiasaan pada masa itu, Maria akan kembali ke rumahnya di Nazaret ketika dia mencapai usia siap-nikah, yaitu 14 tahun.

Santo Agustinus dari Hippo  menggambarkan kelahiran Santa Perawan Maria sebagai peristiwa penting kosmik dan bersejarah, dan pendahuluan yang tepat untuk kelahiran Yesus Kristus. “Dia adalah bunga dari ladang yang menumbuhkan bunga lili yang berharga di lembah itu,” katanya.

Ada kisah yang mengatakan bahwa Anna menjadi seorang janda tidak lama setelah kelahiran cucunya. Kita dapat membayangkan sukacita yang dialami Anna pada waktu “keluarga kudus” pulang ke Nazaret dari pengungsian di Mesir. Pikirannya juga tentunya dipenuhi dengan hal-hal indah berkaitan dengan cucunya ini. Walaupun kita tidak mengetahui kapan tepatnya Anna meninggal dunia.  Dalam lukisan  religius, ia digambarkan berbaring di tempat tidur kematiannya sambil dikelilingi oleh Maria, Yesus yang masih anak-anak, dan anggota keluarga yang lain.


Lukisan-lukisan dan patung-patung Santa Anna, dan gereja-gereja yang didedikasikan kepadanya dapat ditemukan di banyak tempat di seluruh dunia. Tradisi mengatakan bahwa selama hidupnya di dunia, Anna melayani orang sakit dan banyak terjadi mukjizat penyembuhan lewat doa syafaatnya. Doa dengan perantaraan St Anna banyak didaraskan orang,  khususnya di St. Anne De Beaupré dekat Quebec, Kanada, dan juga di gereja-gereja ritus Timur. Santa Ana adalah orang kudus pelindung para ibu rumah tangga.

Santa Anna juga memberikan sebuah “model” dari kehidupan sebagai janda yang kudus. Kematian seorang suami bukanlah akhir dari segalanya. Banyak perempuan yang keberadaannya sebagai janda justru melihat terbukanya pintu bagi berbagai karya pelayanan yang sebelumnya tertutup bagi mereka karena memang tidak ada waktu yang tersedia untuk itu.

Kenyataan bahwa Tuhan Yesus mempunyai seorang nenek dan kakek menggarisbawahi pentingnya aspek historis dalam agama Kristiani. Yesus adalah seorang pribadi yang memiliki suatu garis keturunan yang historis.


Dari kisah Santa Anna ini dan menjelang  tanggal  8 Desember peringatan Bunda Maria Dikandung Tak Bernoda (Maria Immaculata) sebagai anak dari Santa Yoakim dan Anna,   secara khusus kita berdoa memohon berkat Allah untuk semua orangtua agar mereka terbuka bagi rahmat Allah yang menganugrahkan  kehidupan keluarga yang benar di Mata-Nya. Dan juga memohon rahmat Allah agar memberikan kepada kita rahmat untuk mempersiapkan dan menjalankan  peranan apa pun yang Allah tentukan bagi kita masing-masing dalam hidup kita. Amin.

Sumber :
( https://id.wikipedia.org/wiki/
(Ch. Enung Martina: Teriring ucapan terima kasih tak terhingga kepada : Sr. Francesco Maryanti,OSU yang menjadi jalan semua ini teralami, Romo Hendra Suteja, SJ pembimbing rohani yang kepada beliau kebijaksanaan diberikan Tuhan, kepada Romo Sugeng yang mempunyai talenta untuk menghibur, kepada Mas Edi dan Mas Engki yang tak lelah melayani,  kepada seluruh tour guide, crew di bis, dan seluruh peserta ziarah dari Keluarga Besar Santa Ursula BSD.)



Sabtu, 16 November 2019

JEJAK LANGKAH 22



MENGAPUNG DI LAUT MATI
Kawasan Turis di Laut Mati


Laut Mati  disebut sebagai tempat terendah di dunia, karena berada 429 meter di bawah permukaan laut. Pantas saja, saat kami menuju arah Yerusalem dari Laut Mati, kami melewati jalan yang terus naik. Menurut hasil penelitian, karena posisinya yang jauh di bawah permukaan laut, radiasi sinar ultraviolet, kadar bakteri dan virus di udara pun lebih rendah. Itu saja sudah memberikan manfaat kesehatan bagi manusia.Karena memang tidak ada kehidupan di dalamnya.

Berada di tempat terendah di bumi, lebih dari 400 meter di bawah permukaan laut, Laut Mati menawarkan lebih banyak dari yang diharapkan oleh para wisatawan. Lumpur hitam yang berlendir adalah obat untuk gangguan kulit, keasinannya menghasilkan semacam tonik untuk gangguan kronis dari asma hingga penyakit kulit.juga yang tak kalah penting adalah keindahannya. 
 Endapan garam di pantai Laut Mati

Dead Sea juga mengandung lumpur yang diyakini memiliki khasiat dan manfaat bagi kesehatan tubuh. Oleh karena begitu tingginya kepercayaan terhadap manfaat lumpur Laut Mati, lumpur tersebut diproduksi dan dikemas untuk keperluan kesehatan dan kecantikan kulit. Sehingga tak heran bila para pemilik modal berani menanam modalnya untuk bisnis kecantikan dan farmasi dari lumpur Laut mati. 
dan kami pun mengapung
Karena itu, tak heran bila kita memasuki kawasan Laut Mati, termasuk Qumran, saat tiba dilokasi Laut Mati maka kosmetik dan produk perawatan tubuh yang terbuat dari lumpur Laut Mati ini bisa kita beli di toko souvenir yang terletak di berbagai gerai di toko juga di hotel. Toko-toko sekitar kawasan tempat kami menginap  lumayan banyak seperti deretan ruko-ruko juga kafe-kafe untuk duduk-duduk dan minum-minum. Di situ banyak sekali jenis kosmetik dan produk-produk perawatan tubuh yang dijual, sampai bingung harus membeli yang mana. Produk-produk itu di antaranya terdapat produk sabun, masker, lulur, pembersih wajah, hand & body lotion, dan sebagainya. Harganya pun sangat bervariasi, mulai dari yang paling murah hingga jutaan rupiah juga ada. Toko tersebut   bisa  menerima pembayaran dengan mata uang USD (Dolar Amerika). 
Berbicara tentang kesehatan dan kecantikan kulit, Kulit kita akan terasa  menjadi semakin halus karena garam Dead Sea juga bisa melunakkan kulit mati yang mengeras. Kelembaban kulitpun terjaga karena garam Laut Mati juga membuat kulit terhidrasi dan meningkatkan fungsinya pada kulit.





Mengandung kadar garam sepuluh kali lipat lebih banyak daripada laut lainnya, Dead Sea mengandung Kristal garam yang merupakan sumber dari berbagai macam mineral. Di antaranya adalah magnesium, kalium, natrium, belerang, seng,  klorida, iodide, kalsium, zink, iodin, chlorine, chloride, sulfur, sodium, bitumen, bromide, dan potassium, dan bromide yang memiliki banyak manfaat untuk tubuh. Selain untuk kesehatan kulit, fungsi yang lainnya adalah dapat menurunkan tingkat stress dan memperlancar sirkulasi darah.


Ketika mineral Dead Sea yang berupa garam dilarutkan ke dalam air hangat dengan konsentrasi tinggi, maka sirkulasi darah akan meningkat dan mendorong proses detoksifikasi racun yang ada di dalam tubuhmu. Berdasarkan penelusuran yang saya lakukan, masih ada nih manfaat lainnya, yaitu mengurangi dan menyembuhkan insomnia melalui magnesium yang masuk ke dalam kulit. Selain itu magnesium bisa juga membuat tidur menjadi semakin lelap dan berkualitas.



 
Laut Mati dari teras King David Hotel
Selain kandungan di dalamnya, pemandangan Laut Mati juga mempesona sehingga memberikan kontribusi besar bagi industri pariwisata. Karena itulah, Laut Mati merupakan sumber pemasukan yang penting bagi ketiga negara. Israel menghasilkan pemasukan $ 3 Milyar Dollar per tahun dari penjualan mineral saja. Yordania menghasilkan $ 1,2 Milyar per tahun. Palestina pun kebagian, yakni $ 918 juta per tahun.
King David Hotel
Laut Mati (Dead Sea) berlokasi di tiga negara, yakni Israel, Yordania, dan Palestina. Laut Mati sebenarnya merupakan sebuah danau yang pasokannya airnya berasal dari aliran Sungai Yordan. Mengapa dinamakan Laut Mati? Jawabannya: Tidak ada hewan maupun tumbuhan air yang sanggup bertahan hidup di air yang kadar garamnya tertinggi di dunia, 9-10 kali lebih asin daripada air laut biasa. Karena keasinannya itu, manusia dapat mengapung, tanpa perlu kuatir akan tenggelam. Yang gak bisa berenang, tidak perlu kuatir tenggelam. Kadar garam air Laut Mati sekitar 30 % lebih tinggi daripada kadar garam air laut biasanya yang sekitar 3,5 %. Artinya, di Laut Mati sekitar 10 kali lebih asin dibandingkan dengan air laut biasa. Sedangkan kadar garam tubuh kita hanya 1 - 2 %. Tidak heran, kita akan terapung ketika berenang di Laut Mati. Karena kadar natrium (garam) yang sangat tinggi membuat air di laut mati lebih asin daripada air laut pada umumnya. Bahkan saking asinnya terasa pahit. Jika air laut biasa sudah cukup perih saat mengenai mata, bisa dibayangkan bagaimana perihnya air dari laut mati bila kena mata? Jadi pastikan jangan menyelam dan memercikan air saat berenang di sana.
 
Biru Laut-Mu, Biru Langit-Mu
Laut Mati (atau Laut Asin) adalah danau yang membujur di daerah antara Israel, Palestina dan Yordania. Di 417,5 m di bawah permukaan laut, merupakan titik terendah di permukaan bumi. Laut Mati terletak pada perbatasan antara Yordania dan bagian barat Palestina, Laut Mati memiliki titik terendah di bumi pada 1.300 kaki (400m) di bawah permukaan laut.
salah satu sudut di Laut Mati
Laut Mati adalah daratan terendah di muka Bumi, oleh karenanya, air Laut Mati tidak bisa mengalir ke mana-mana. Ingat sifat air kan, yang mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah. Karena posisinya tersebut, setiap harinya sekitar tujuh juta ton air di Laut Mati menguap, menyebabkan tiap hari air laut ini bertambah asin. Daerah sekitar Laut Mati merupakan wilayah gurun yang kering dan tandus. Curah hujan sangat rendah, yakni hanya 2-4 kali dalam setahun. Kita bisa menyaksikan alam gurun yang eksotis dengan kegersangannya dan keperkasaannya yang menawan. 
 
Dengan berbagai keunggulan dan keunikan Laut Mati, tak bisa dipungkiri bahwa itu menjadi daya Tarik tersendiri. Dengan begitu daya Tarik ini terhubung dengan komoditas wisata yang bisa dijual menghasilkan cuan! Karena itulah, Laut Mati merupakan sumber pemasukan yang penting bagi ketiga negara. 
Seperti yang kita ketahui bahwa Laut Mati hanya mengandalkan pasokan air dari Sungai Yordan. Sayangnya, populasi manusia yang terus bertambah dan intensifnya pembangunan menyebabkan aliran air tersebut semakin berkurang. Permukaan Laut Mati pun semakin menurun dengan cepat. Dikhawatirkan, Laut Mati akan hilang bertahun-tahun kemudian. Besarnya potensi ekonomi, tentu membuat keberadaan Laut Mati harus dilestarikan. Ketiga Negara mempunyai kewajiban untuk memelihara dan melestarikannya.
 
Menyongsong Sang Surya di Laut Mati

Ada suatu solusi yang dilakukan untuk melestarikan Laut Mati.  Yordania lah yang berinisiatif menawarkan solusi. (Lha Iyalah, soalnya Israel dan Palestina kan musuhan).  Solusi itu adalah mengekstrak dan menyuling 300 juta m/kubik air Laut Merah (wilayah Yordania) setiap tahun. Air murninya akan digunakan untuk air minum, sisanya dialirkan ke Laut Mati melalui saluran pipa. Proyek ini dinamakan Red Sea-Dead Sea Project.
Akhirnya, barulah pada tahun 2013, 3 negara ( yang bermusuhan seperti kucing dan anjing ini), Israel, Palestina, dan Yordania akhirnya sepakat untuk membangun jaringan pipa air yang menghubungkan Laut Mati dengan Laut Merah. Pengerjaan pipa tersebut membutuhkan waktu lima tahun. Proyek tersebut berpacu dengan waktu karena permukaan air Laut Mati terus menurun dengan cepatnya.
 
Laut Mati kala pagi

Danau ini dinamakan laut mati karena seperti telah disebutkan bahwa  tidak ada bentuk kehidupan yang dapat bertahan dalam air garam ini. Laut mati memiliki kandungan garam tertinggi dari seluruh laut di dunia. Kadar garamnya sekitar 32 % dibandingkan terhadap kadar garam rata-rata 3% pada Laut Tengah atau Mediteranian. Sejak dulu material yang terdapat dalam laut mati diketahui mempunyai efek untuk mempercantik kulit. Dengan mengoleskan lumpur ini ke tubuh, mineral yang terkandung di dalamnya terbukti dapat memperbaiki kulit, melancarkan sirkulasi darah dan dapat membantu kesehatan. Hal ini sudah lama diketahui oleh Raja Salomo, Cleopatra dan Herodes Agung sehingga mereka mendatangi Laut Mati untuk memperoleh efek tersebut.
Legenda
Menurut sisi lain, ada legenda yang mengiringi ketenaran Laut Mati. Demikian legendanya: 
Dalam kisah Perjanjian Lama ada dikisahkan pada zaman Abraham. Abraham mempunyai keponakan yang bernama Luth (Lot). Luth memilih  tinggal di tepi sungai agar ternaknya mendapat makanan dan air. Luth tinggal di dekat sebuah kota pada masa itu bernama Sodom dan Gomora. Di kota itu ditinggali orang-orang yang tidak mengenal kbenaran. Mereka hidup dengan perilaku penyimpangan orientasi sexual. Menurut Perjanjian Lama, tempat tinggal kaum berperilaku menyimpang ini adalah kota Sodom. 
Saat Tuhan akan menghancurkan kedua kota itu, Malaikat Tuhan memberi peringatan kepada Luth dan keluarganya. Mereka diminta mengungsi. Ada pesan dari Malaikat, bahwa ketika mereka pergi dari rumah meninggalkan kota dan menuju ke temat pengungsian dilarang menengok ke belakang. Namun, istri Luth, Rebeca menengok ke belakang. Maka jadilah perempuan itu tiang garam!

Temuan purbakala hasil penggalian mengungkapkan, kota tersebut dibangun dekat Laut Mati, di sepanjang perbatasan Israel dan Yordania. Para arkeolog yang bekerja di wilayah tersebut menemukan bukti telah tejadinya bencana mengerikan. Kerusakan parah pada rangka manusia yang berhasil digali menandakan telah terjadinya gempa bumi dahsyat ribuan tahun silam. 
 
Mentari di Laut Mati
Garam Laut Mati bila dihubungkan dengan peristiwa Kitab Suci : Garam Laut Mati pernah dipakai Yesus dalam perumpamaannya, bahwa murid-murid-Nya adalah garam bagi dunia. Garam pada jaman Tuhan Yesus adalah berbentuk sebuah batu asin yang diambil dari Laut Mati. Untuk mengasinkan masakan batu garam itu dicelupkan kedalam masakan. Kandungan garam dalam batu dapat habis jika dipakai berulang-ulang untuk memasak sehingga batu itu tidak dapat dipakai dan harus dibuang. Di dalam Matius 5:13 dikatakan, “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.”
 
King David Hotel

Dalam bahasa Ibrani, Laut Mati adalah "Yam ha-Melaḥ", berarti "laut garam" atau "Laut Asin". Istilah ini pula yang paling banyak digunakan dalam bagian Perjanjian Lama di Alkitab  dalam bahasa Indonesia, sejak kitab pertama dalam Taurat yaitu Kitab Kejadian (Kejadian 14:3), kemudian Kitab Bilangan (Bilangan 34:3, 12), Kitab Ulangan (Ulangan 3:17), Kitab Yosua (Yosua 3:16; 12:3; 15:2, 5; 18:19), Kitab 2 Tawarikh (2 Tawarikh 20:2), sampai zaman Pembuangan ke Babel (abad ke-6 SM), yaitu Kitab Yehezkiel (Yehezkiel 47:8).
Bagi saya pribadi, Laut Mati adalah keindahan yang tiada matinya. Ada banyak makna bila dihubungkan dengan tempat yang luar biasa ini. Setiap orang yang mendengarnya, melihatnya, berenang di airnya, dan merenungkannya pasti memiliki kesan masing-masing. Biar setiap kesan itu menjadi milik pribdi di dalam hati kita yang terdalam.
(Ch. Enung Martina: Teriring ucapan terima kasih tak terhingga kepada : Sr. Francesco Maryanti,OSU yang menjadi jalan semua ini teralami, Romo Hendra Suteja, SJ pembimbing rohani yang kepada beliau kebijaksanaan diberikan Tuhan, kepada Romo Sugeng yang mempunyai talenta untuk menghibur, kepada Mas Edi dan Mas Engki yang tak lelah melayani,  kepada seluruh tour guide, crew di bis, dan seluruh peserta ziarah dari Keluarga Besar Santa Ursula BSD.)




















Selasa, 05 November 2019

JEJAK LANGKAH 21



Gulungan Kitab di Gua Qumran

Qumran adalah salah satu  wadi, atau dasar sungai, di pesisir barat daya Laut Mati. Di dekatnya, ada reruntuhan sebuah permukiman kuno orang Yahudi, yang menjadi terkenal karena Gulungan Laut Mati yang ditemukan di sana.
Tempat ini sekarang disebut Khirbet Qumran. Letaknya 13 km di sebelah selatan Yerikho. Pada 1947, gulungan pertama yang termasuk Gulungan Laut Mati ditemukan dalam gua-gua di daerah itu. Tampaknya, gulungan itu ditaruh di sana oleh penduduk Qumran abad pertama, yang menurut para pakar adalah sekte Yahudi yang disebut kaum Eseni. Mereka menyembunyikan dokumen penting mereka di gua-gua itu sebelum melarikan diri dari serbuan orang Romawi pada 68 M. Orang Romawi menghancurkan permukiman ini dan kelihatannya Romawi menempatkan sepasukan tentara di sana sampai sekitar tahun 73 M.

Gua-gua Qumran (bahasa Inggris: Qumran Caves) adalah serangkaian gua, ada yang alami, ada yang dibuat manusia, di sekitar situs arkeologi Qumran di gurun Yudea, Tepi Barat, Palestina. Di dalam gua-gua ini ditemukan Naskah-naskah Laut Mati. Bukit-bukit limestone di atas Qumran mempunyai banyak gua yang telah digunakan sejak berabad-abad.  Gua-gua buatan yang berkaitan dengan periode pemukiman di Qumran digali hingga ke dalam.
Pad awal tahun 1947, seorang anak muda Bedouin dari suku Ta'amireh, bernama Muhammid Ahmed el-Hamed dipanggil edh-Dhib ("serigala"), menemukan sebuah gua ketika mencari hewan gembalaannya yang hilang. Ia masuk ke dalam gua pertama yang menemukan gulungan-gulungan berusia 2000 tahunan. Orang-orang Ta'amireh mendatangi gua itu dan membawa gulungan-gulungan ke perkemahan mereka. Gulungan-gulungan itu ditunjukkan kepada Mar Samuel di Monastery of Saint Mark pada bulan April 1947,  dan penemuan Naskah Laut Mati kemudian diumumkan. Lokasi gua itu tidak diumumkan sampai 18 bulan kemudian, tetapi akhirnya penelitian bersama pada gua itu dilakukan di bawah pimpinan Roland de Vaux dan Gerald Lankester Harding.

Sumber lain mengatakan bahwa penemuan awal tersebut, oleh Muhammed edh-Dhib (seorang gembala Badawi), sepupunya Jum'a Muhammed, dan Khalil Musa, terjadi antara bulan November 1946 dan Februari 1947. Para gembala tersebut berteduh di tempat itu, seraya mendapati guci-guci tua di sana, dan perkiraan mereka, guci itu berisi emas. Alih-alih mendapati emas, malah mereka menemukan tujuh gulungan naskah yang tersimpan dalam guci-guci di sebuah gua dekat dengan apa yang sekarang dikenal sebagai situs Qumran, dengan bahasa yang tidak mereka kenali.
Naskah Gua-gua Qumran sering disebut naskah Laut Mati,  adalah suatu kumpulan sekitar 981 naskah berbeda yang ditemukan antara tahun 1946 dan 1956 dalam 11 gua di sekitar pemukiman kuno di Khirbet Qumran di Tepi Barat. Gua-gua tersebut terletak sekitar 2 kilometer ke pedalaman dari sebelah barat laut pantai Laut Mati, tempat asal naskah-naskah tersebut memperoleh namanya.


Ada banyak perdebatan mengenai asal usul Gulungan Naskah Laut Mati. Teori yang dominan menyatakan bahwa naskah-naskah tersebut merupakan buatan suatu sekte Yahudi yang tinggal dekat Qumran yang disebut kaum Eseni. Namun, teori ini ditentang oleh beberapa akademisi modern.
Pandangan di kalangan akademisi, yang mana hampir secara universal dipegang hingga tahun 1990-an, adalah hipotesis "Qumran–Eseni" yang awalnya dikemukakan oleh Roland de Vaux dan Józef Milik,. Secara independen baik Eleazar Sukenik maupun Butrus Sowmy dari Biara St. Markus telah mengaitkan naskah-naskah tersebut dengan kaum Eseni sebelum diadakan penggalian di Qumran. Teori Qumran–Eseni menyatakan bahwa naskah-naskah tersebut ditulis oleh kaum Eseni, atau oleh kelompok sektarian Yahudi lainnya, yang menetap di Khirbet Qumran. Mereka menyusun naskah-naskah ini dan kemudian menyembunyikannya dalam gua-gua di dekat kediaman mereka selama Pemberontakan Yahudi, pada suatu waktu antara tahun 66 dan 68 M. Situs Qumran itu kemudian dihancurkan dan naskah-naskah tersebut tidak pernah ditemukan. Sejumlah argumen digunakan untuk mendukung teori ini.

Flavius Yosefus –seorang sejarawan Yahudi Romawi dari Periode Bait Allah Kedua, menyebut kaum Eseni saling berbagi harta milik di antara anggota-anggota komunitas tersebut, seperti ada  aturan komunitas. Plinius  Tua (seorang penulis geograf setelah jatuhnya Yerusalem tahun 70M) mendeskripsikan ada sekelompok Eseni yang tinggal dalam suatu komunitas padang gurun di pantai barat laut dari Laut Mati dekat reruntuhan kota Ein Gedi.
Bukti yang ditemukan di situs penggalian di Qumran adalah ditemukannya dua tempat tinta dan elemen tempelan yang dianggap sebagai meja, sehingga menjadi bukti bahwa beberapa tulisan dilakukan di sana. Tempat-tempat tinta lainnya ditemukan juga di dekatnya. Roland de Vaux menyebut area ini "skriptorium" berdasarkan penemuan tersebut. Beberapa tempat mandi ritual Yahudi (bahasa Ibrani: miqvah = מקוה) ditemukan di Qumran, sehingga menjadi bukti adanya kehadiran kaum Yahudi yang taat di situs tersebut.
John C. Trever menyusun kembali kisah gulungan-gulungan naskah tersebut dari beberapa wawancara dengan kaum Badawi itu. Sepupu Edh-Dhib melihat gua-gua tersebut, tetapi edh-Dhib sendiri yang pertama kali masuk ke dalam salah satu gua itu. Ia mengambil segelintir gulungan naskah, yang kemudian diidentifikasi oleh Trever sebagai Gulungan Kitab Yesaya, Naskah  Kitab Habakuk, dan Aturan Komunitas, dan membawanya kembali ke perkemahan untuk ditunjukkan kepada keluarganya. Tidak ada satu gulungan naskah pun yang hancur dalam proses ini.

Orang-orang Badawi itu menggantung gulungan-gulungan tersebut pada sebuah tiang tenda sambil mencari tahu apa yang harus diperbuat dengannya, dan secara berkala membawanya keluar untuk ditunjukkan kepada orang lain.
Gulungan-gulungan tersebut pertama-tama dibawa ke seorang pedagang bernama Ibrahim 'Ijha di Betlehem. 'Ijha mengembalikannya sambil mengatakan bahwa gulungan-gulungan tersebut tidak berharga, setelah memperingatkan mereka bahwa temuan tersebut mungkin hasil curian dari sebuah sinagoge. Tanpa gentar, orang Badawi itu pergi ke suatu pasar di dekatnya, di mana seorang Kristen Suriah menawarkan diri untuk membelinya. Seorang syekh lalu bergabung dalam percakapan mereka dan menyarankan agar mereka membawa gulungan-gulungan tesebut ke Khalil Eskander Shahin, "Kando", seorang tukang sepatu dan pedagang barang antik paruh waktu. Para pedagang dan orang Badawi itu kembali ke situs penemuan, meninggalkan satu gulungan pada Kando dan menjual tiga lainnya ke seorang pedagang dengan harga £ 7 (setara dengan $ 29 pada tahun 2003, atau $ 37 pada 2014). Gulungan-gulungan naskah asli  tersebut terus berpindah tangan setelah orang Badawi itu melepas kepemilikannya ke pihak ketiga sampai suatu transaksi penjualan dapat terlaksana.
Pada tahun 1947 ketujuh gulungan naskah asli tersebut menarik perhatian Dr. John C. Trever, dari American Schools of Oriental Research (ASOR), yang membandingkan naskah dalam gulungan-gulungan tersebut dengan Papirus Nash, naskah biblika tertua yang diketahui, dan menemukan kesamaan di antara keduanya. Perang Arab-Israel 1948 mendorong dipindahkannya beberapa gulungan ke Beirut, Lebanon, pada bulan Maret 1948 untuk alasan keamanan. Pada 11 April 1948, Millar Burrows, ketua ASOR, mengumumkan penemuan gulungan-gulungan naskah tersebut dalam sebuah siaran pers umum.

Penemuan kembali apa yang dikenal sebagai "Gua 1" di Qumran mendorong penggalian awal situs tersebut dari 15 Februari sampai 5 Maret 1949 oleh Dinas Antikuitas Yordania yang dipimpin Gerald Lankester Harding dan Roland de Vaux. Gua 1 juga menghasilkan penemuan tambahan fragmen-fragmen Gulungan Naskah Laut Mati, kain linen, guci-guci, dan artefak lainnya.
Meningkatnya nilai ekonomis dari gulungan-gulungan naskah tersebut, seiring dengan arti pentingnya secara historis yang semakin dibuka ke publik, para arkeolog ASOR dan orang Badawi mempercepat pencarian atas gulungan-gulungan tersebut secara terpisah di area umum yang sama di Qumran, yang mana jaraknya lebih dari 1 kilometer. Antara tahun 1953 dan 1956, Roland de Vaux memimpin 4 ekspedisi arkeologi tambahan di area tersebut untuk menemukan gulungan-gulungan dan artefak-artefak. Gua terakhir, Gua 11, ditemukan pada tahun 1956 dan menghasilkan temuan fragmen-fragmen terakhir di sekitar Qumran.
Ada 11 gua yang ditemukan berisi gulungan-gulungan naskah kuno dan fragmen-fragmen. Sebanyak 972 naskah yang ditemukan di Qumran terbagi dalam dua format yang berbeda: berupa gulungan dan berupa fragmen dari teks dan gulungan sebelumnya. Dalam gua keempat, fragmen-fragmen yang ditemukan mencapai 15.000 potongan. Fragmen-fragmen kecil ini menjadi sedikit masalah bagi para akademisi karena sangat rapuh. G.L. Harding, direktur Dinas Antikuitas Yordania, mengawali pekerjaan menyatukan kembali semua fragmen tersebut dan setelah empat puluh tahun ia masih belum juga menyelesaikannya.


Penerbitan gulungan-gulungan tersebut membutuhkan waktu beberapa dasawarsa, dan berbagai penundaan telah menjadi sumber kontroversi akademik. Gulungan-gulungan tersebut berada dalam kendali sekelompok kecil akademisi yang dipimpin oleh John Strugnell, sedangkan sebagian besar akademisi tidak memiliki akses atasnya dan bahkan atas foto-foto teks tersebut. Para akademisi seperti Hershel Shanks, Norman Golb, dan banyak lainnya berargumen selama puluhan tahun demi penerbitan teks-teks tersebut agar tersedia bagi para peneliti. Kontroversi ini berakhir tahun 1991, ketika Perhimpunan Arkeologi Biblika dapat menerbitkan "Edisi Reproduksi dari Naskah Laut Mati", setelah suatu campur tangan dari pemerintah Israel dan Otorita Antikuitas Israel (IAA). Pada tahun 1991 Emanuel Tov ditunjuk sebagai ketua Yayasan Naskah Laut Mati, dan disusul dengan penerbitan gulungan-gulungan naskah tersebut pada tahun yang sama.
Emanuel Tov adalah pemimpin redaksi dari Proyek Penerbitan Naskah Laut Mati, dan karenannya bertanggung jawab atas penerbitan 32 jilid serial "Penemuan di Gurun Yudea". Ia juga menerbitkan edisi cetak 6 jilid yang sebagian besar darinya adalah Naskah Laut Mati nonbiblika dan membuatnya tersedia secara elektronik pada CD dalam suatu koleksi berjudul "Pembaca Naskah Laut Mati".
Hampir keseluruhan teks nonbiblika dari Naskah Laut Mati dirilis dalam media CD-ROM oleh penerbit E.J. Brill pada tahun 2005. Publikasi yang terdiri dari 6 jilid dengan total 2.400 halaman tersebut dirangkai oleh suatu tim editorial yang dipimpin oleh Donald W. Parry dan Emanuel Tov. Berbeda dengan terjemahan teks dalam penerbitan fisik, Penemuan di Gurun Yudea, teks-teks tersebut diurutkan menurut genre yang mencakup hukum agama, teks parabiblika, teks kebijaksanaan dan penanggalan, karya liturgi, dan puisi.


Sebelum penemuan Gulungan-gulungan Naskah Laut Mati, naskah-naskah Alkitab tertua dalam bahasa Ibrani adalah Teks Masoret yang berasal dari abad ke-10 M, misalnya Kodeks Aleppo.Saat ini naskah-naskah tertua yang diketahui dari Teks Masoret berasal dari sekitar abad ke-9. Naskah-naskah biblika yang ditemukan di antara berbagai Gulungan Naskah Laut Mati mendorong waktu tersebut kembali seribu tahun, yaitu abad ke-2 SM.
Menurut The Oxford Companion to Archaeology: Naskah-naskah biblika dari Qumran, yang meliputi setidaknya fragmen-fragmen dari setiap kitab Perjanjian Lama, kecuali mungkin Kitab Ester, memberikan persilangan tradisi kitab suci yang jauh lebih tua daripada yang tersedia bagi para akademisi sebelumnya. Meskipun beberapa naskah biblika Qumran hampir sama dengan teks Ibrani Masoretik, atau tradisional, dari Perjanjian Lama, beberapa naskah dari kitab-kitab Keluaran dan Samuel yang ditemukan di Gua 4 menunjukkan perbedaan yang dramatis baik dalam hal bahasa maupun konten. Dalam rentang varian tekstualnya yang menakjubkan, temuan-temuan biblika Qumran telah mendorong para akademisi untuk mempertimbangkan kembali teori-teori yang dahulu diterima mengenai perkembangan teks biblika modern dari hanya 3 kelompok naskah: dari teks Masoretik, dari sumber asli bahasa Ibrani Septuaginta asli Ibrani, dan dari Pentateukh Samaria. 

Ada 225 teks biblika yang tercakup dalam dokumen-dokumen Naskah Laut Mati, atau sekitar 22% dari keseluruhan, dan menjadi 235 teks dengan menyertakan kitab-kitab deuterokanonika.Gulungan-gulungan Naskah Laut Mati mencakup semua kitab-kitab Tanakh (selain Kitab Ester) dari Alkitab Ibrani dan protokanon Perjanjian Lama; termasuk juga 4 kitab deuterokanonika yang terdapat dalam Alkitab Katolik dan Ortodoks Timur: Tobit, Ben Sira, Barukh 6 (juga dikenal sebagai Surat Nabi Yeremia), dan Mazmur 151. Kitab Ester masih belum ditemukan dan para akademisi percaya bahwa Ester dihilangkan karena, sebagai seorang Yahudi, pernikahannya dengan seorang raja Persia mungkin dipandang rendah oleh para penghuni Qumran, atau karena kitab ini menuliskan festival Purim yang mana tidak termasuk dalam kalender Qumran. Di bawah ini adalah daftar kitab-kitab, beserta deuterokanonika, dari Alkitab yang paling banyak direpresentasikan yang ditemukan di antara gulungan-gulungan Naskah Laut Mati, termasuk jumlah teks Laut Mati yang dapat diterjemahkan dan mewakili suatu salinan kitab suci dari setiap kitab biblika. 
Hampir semua koleksi Naskah Laut Mati saat ini berada di bawah kepemilikan pemerintah negara Israel, dan ditempatkan di dalam Shrine of the Book di lapangan Museum Israel. Kepemilikan ini dipertentangkan baik oleh otoritas Palestina maupun Yordania. (Ch. Enung Martina: disarikan dari sumber Wikipedia.id dengan penyuntingan seperlunya).
(Ch. Enung Martina: Teriring ucapan terima kasih tak terhingga kepada : Sr. Francesco Maryanti,OSU yang menjadi jalan semua ini teralami, Romo Hendra Suteja, SJ pembimbing rohani yang kepada beliau kebijaksanaan diberikan Tuhan, kepada Romo Sugeng yang mempunyai talenta untuk menghibur, kepada Mas Edi dan Mas Engki yang tak lelah melayani,  kepada seluruh tour guide, crew di bis, dan seluruh peserta ziarah dari Keluarga Besar Santa Ursula BSD.)