Senin, 24 April 2017

PUISI UNTUK IBU 2

Mengingatmu dalam Hening    (untuk Emak)

(dok. pribadi, Bandung 2017)
Mengingatmu dalam Hening     
aku tak pernah berharap
sang kala memangsamu perlahan
dalam kepastiannya yang abadi

Ragamu yang kini layu
tak mampu menyurutkan apimu
meski sekian peristiwa menyergapmu
tak juga membuatmu kelu

Aku sangat tahu
tak kan pernah ada kata yang cukup
untuk mengungkap sejumlah rasa
mewakili diri
kepadamu Ibu

Mengingatmu dalam hening
Tak kan pernah cukup


(Enung Martina: St. Ursula, menjelang memasuki Pekan Suci 2017)


HAIKU 2

DUNIA MAYA


                                             ( Dufan, Indonesia, dok. pribadi)
Seperti angin
tak terjaring waktu
diam meneyru

Kalahkan kelu
di pusaran media
tanpa pengawas

Mengoyak dendam
melesat panah kata
tanpa kendali

Menuai badai
banjir lontar komentar
perang aksara

Seperti air
tetesannya bermakna
dalam batasnya

Seperti api
melahap segalanya
tanpa peduli

Menghambur kata
mulutmu harimaumu
terhisap bisa

Serpihan kata
pada ranah media
wakil dirimu

                              (Ch. Enung Martina)

PUISI HAIKU

HAIKU MIMPI
 (Venesia, dok. pribadi)


Mimpi terburuk
dibelit ular besar
itu syahwatmu

Mimpi menangis
kesedihan terdalam
muncul ke luar

Sekuntum bunga
ketenaran menunggu
dalam hidupmu

Cincin kalung mas
logam mulia
hidup holistik

Air yang keruh
Emosi negatifmu
membuncah lepas

gradasi hijau
hidup penuh harapan
terpancar segar

Warna yang kelam
lembar hitam hidupmu
perlu disentuh

Makna hidupmu
tercermin lewat mimpi
di inti jiwa
                                                       (Ch. Enung Martina)

Selasa, 18 April 2017

PUISI MINGGU PASKAH

Bangkit
( Patung Yesus di gereja St. Angela, Brescia, Itali, dok. pribadi)

Well come to the new age
radio aktive-radio active
berkumandang di minggu pagi

Adakah ini kebangkitan?
membuyar orang di dunia maya
pada layar sentuh
menyentuh dunia dengan jarimu

Sementara gajah bertarung
pada kancah revolusi pilkada
pelanduk meringis
terjepit nasib
Apakah ini kebangkitan?

Bangkit untuk jiwamu
yang menggelora
siap menahan empasan era
Well come to the new age!
(Minggu Paskah 2017, Lingkungan St. Silverius)


PUISI SABTU SUCI

Alfa – Omega
(Altar Gereja St. Angela-Brescia-Itali, dok. pribadi)


Gelap remang kelam hitam
terkoyak cercah cahaya
tembus membias di rintik gerimis

Gempita nyaring lonceng
membuyarkan udara pengap
berkumandang
Aleluya

Pada digit waktu
segala masa kepunyaan-Mu
alfa – omega
yang awal dan akhir
(Malam Vigili-Sabtu Cahaya 2017, St. Ambrosius)

PUISI JUAMT AGUNG 2

Lunas
(Menara Katedral Menado, dok. pribadi)

Tak kan pernah lunas
terbayar diriku
bila  tangan-Mu tak terbentang antara langit dan bumi

Dengan darah-Mu
tanpa bunga tanpa riba
tak bersyarat
lunas
bebas
merdeka aku
( Juamt Agung 2017-St. Amrosius - Vila Melati Mas)


PUISI JUMAT AGUNG

Pada Karat Mati

( Bukit Kelong, Menado, dok. pribadi
Pada karat mati
darah merah luput di tanah
menembus bumi menggoncang langit
bulan semerah darah
menyibak misteri antara hidup – mati
Di karat mati ada bangkit
menjadi kristal harapan
bagi para penjelajah hidup
penyintas mimpi
yang tak pernah mau menyerah
hingga kaki bertekuk – mulut bertelut
pasrah raga sukma pada Pencipta Semesta

( Juamt Agung 2017-St. Amrosius - Vila Melati Mas)

PUISI KAMIS PUTIH

Mengenang-Mu Penuh Seluruh


(Menado 2016. dok. pibadi)
Mengenangmu penuh seluruh
tak kan mampu aku
cerita tentang-Mu
sudah lama kudapat
mengapa Kau memilihku?
sedang aku sering tersudut cemas ragu
(Kamis Putih 2017- St. Ambrosius)

Jumat, 07 April 2017

PUISI UNTUK IBU


PIRANTI BAHAGIA (untuk Emak)

Meniti sepi mengarah bahagia
sedianya bersama menjalani hari tua
dalam semburat rasa cinta
asa dirajut bersama

Namun, akhirnya kautahu
bahwa lelakimu tak sama
sabar, setia, dan berdaya
hanya kata di kamus belaka

Kuijinkan dia masuk
jadi bagian di rumah kita
meski kutahu rela tak pernah ada
karena hati tak sudi berbagi

Kala raga tuamu terlalu lelah mengalah
amarahmu dalam  kau tahan
demi sebuah kata rasa bersalah
dan rasa malu di kalbu terjauh

Kau tahu cintaku utuh tak pernah luluh
meski dalam gundahmu kauberlabuh
di pantai berkarang terjal
yang membuatmu terluka dalam

Namun, kuyakin semburat bahagia kan kembali bersemi
seijin Ilahi luka terobati
dengan pengampunan sebagai piranti
juga doa sebagai mantra suci

(Serpong Utara, saat memasuki Minggu Palma 2017)

Senin, 03 April 2017

Puisi tentang Alam


SI  POHON TANJUNG

Aku, Si Pohon Tanjung, Mimusops elengi
tumbuh di tanah tropis
semenjak berabad-abad yang silam
leluhurku datang dari India untuk menyuburkan Nusantara

          Helaian daunku bundar telur hingga melonjong
          seperti jangat, bertepi rata namun menggelombang
          dengan daun subur rindang
          dengan ranting menjulur teguh
          juga dahan memanjang kuat
          batang kokoh ditunjang akar
           
Bunga berkelamin dua menggantung di ketiak daunku
mahkotaku putih kekuningan
staminodia bergigi
berbilangan delapan, berbau enak semerbak
kugugurkan di pagi hari
siap disunting perempuan
yang menggenggam bungaku dijemari lentiknya

          Buahku seperti melinjo
          bulat telur panjang peluru
          hijau, kuning, menuju jingga
          biji pipih dikotil kecoklatan

Pepaganku sebagai obat demam hingga obat kuat        
kulit akarku mengandung banyak tanin dan sedikit alkaloid 
daun segar digerus halus sebagai tapal obat sakit kepala
kayuku padat, berat, dan keras
perahu,  tangkai tombak, dan furniture terbuat dari kayuku

          Inilah aku Si Pohon Tanjung
          penghasil oksigen yang terkadang disia-siakan
          namun, tetap aku jalankan
          tugas dari Sang Pencipta 
          menjadi pelengkap  semesta
                                                                                   (Ch. Enung Martina)