Tujuan hidup memang membuat pilihan-pilihan yang
benar. Hambatan untuk mendapatkan pilihan-pilihan yang benar itu adalah
kelekatan. Kelekatan adalah ketergantungan pada berbagai bentuk manusiawi kita
yang indrawi. Untuk supaya kita bisa tak terlalu lengket pada hal-hal yang
membuat kita tidak berkembang, maka hendaknya hidup dalam kebaruan. Apa tuh
maksudnya? Artinya kita tidak selalu tergantung pada satu hal yang selama ini
menjadi kelekatan, kelangenan,
kecintaan, kebiasaan, dan kenikmatan kita. Begitu kata orang-orang yang bijak
bestari itu.
Wah, bagaimana ini kalau dengan diriku ini? Saya ini
begitu banyak kelekatan. Lekat pada anak, lengket pada suami. Selain itu juga
tak bisa lepas dari nasi. Setiap hari pasti saya makan nasi. Terus teman saya
berkata: lha, kalau nggak lengket dengan suamimu, kamu mau
lengket dengan laki orang? Atau
kebalikannya, suami kamu lengket dengan perempuan lain? Wah, kalo yang ini saya
gak usah komentar, nanti ada yang tersinggung. Yang dimaksud dengan kelekatan
di sini adalah orang yang benar-benar tak bisa melepaskan dengan rela.
Ketergantungan tinggi. Semacam tak bisa hidup kalau tak ada ITU.
Terus bagaimana agar saya gak terlalu lekat-lekat banget? Begitu pertanyaan saya. Nah, ini
kata para kaum bijak , kita ini harus percaya 100% pada penyelenggaraan Tuhan.
Tak perlu kuatir. Wah, atuh itu mah semua orang juga tahu! Ya, betul
tahu, tetapi belum tentu menjalani. Tahu saja tidak cukup, katanya. Jadi saya
harus bagaimana dong? Katanya lagi, harus hidup dalam Roh Allah. Waduh, kok
makin rumit kalau sudah begini. Emang betul itu! Intinnya kata orang bijak itu,
kalau kita hidup dalam roh kita selalu akan bahagia dan penuh pengharapan.
Beginilah garis besar hidup sehari – hari dalam Roh
1.
Bangun
dengan rasa penuh harapan
2.
Penasaran
dengan apa yang akan disiapkan Allah untuk hari ini
3.
Bertanya
tentang apa yang akan dikatakan Allah pada hari ini
4.
Menjadi
teka-teki bagaimana Allah akan membimbingku
5.
Menjadi
bersemangat karena ingin mengetahui apa yang akan menjadi saat-saat penting
pada hari ini
Ada sebuah ungkapan
mengatakan demikian: bahwa yang tidak
mengharapkan apa-apa, maka ia tak akan mendapat apa-apa. Ungkapan ini tidak
semata dilihat secara harafiah belaka, tetapi dilihat tentang pemaknaan
terhadap hal yang dialami setiap saatnya. Artinya bukan hanya melulu berharap
tanpa melakukan tindakan nyata. Tindakan itu merupakan usaha. Dalam Alquran
juga dikatakan: Allah tak akan mengubah nasib suatu kaum tanpa usaha dari kaum
itu. Itu kata Ua Penah, tetangga saya yang rajin ikut pengajian setiap minggu.
Namun, seperti yang
kita ketahui bahwa ketumpulan jiwa memang penyakit manusia turun - temurun.
Seperti saya ini yang seperti kebanyakan orang. Orang sering berpikir bahwa
hidup itu tidak tinggal landas karena memang orang tersebut tidak percaya kalau
hidup itu dapat tinggal landas. Saya juga begitu kadang kurang percaya. Tidak
ada apa-apa yang terjadi bagi kebanyakan orang, karena kebanyakan orang tidak
mempunyai daya reka cipta, kepekaan, serta kebebasan untuk membiarkan segala
sesuatu terjadi. Saya juga begitu. Saya kadang tidak yakin pada yang seharusnya
saya yakini.
Sebetulnya, kalau
saya setiap hari bangun dengan rasa kebaruan, ketajaman, kesiapan untuk hidup
dalam kesegaran hari, dalah keharumannya dan cahaya hari, sudah pasti segalanya
akan nampak berbeda. Saya pasti akan lebih bersemangat, lebih percaya diri,
lebih yakin, lebih antusias, lebih bersuka cita, lebih, bahagia, lebih.... Saya samar-samar mengingat tentang sebuah
kalimat bijak yang berkata bahwa tidak pernah ada dua kali terbitnya
matahari yang sama persis. Nah, lo!
Berarti setiap hari itu berbeda dong! Ya....
iya... lah...masa gitu aja gak tahu!
Hubungannya dengan doa?
Sebagai orang yang
mengaku diri beriman, kayaknya tidak pas
kalau tidak mengaitkan dengan doa. Baiklah begini penjelasannya: Doa menguasai
seluruh hari. Meskipun doanya terasa tergesa dan kurang masuk di hati? Nah,
kalau yang ini saya mengalaminya. Namun, saya tak tahu jawabannya. Sing penting wis madep karo Gusti Allah.
Biarlah Tuhan yang menilai doa seseorang. Pada kala saya berdoa, saya
menghadapi Allah yang berlainan, tidak sama setiap kali saya berdoa. Artinya
Allah jadi banyak? Bukan begitu, tetapi yang saya maksud situasi hati saya pada
saat berelasi dengan Dia itu tak sama setiap saatnya. Satu saat saya berdoa
khusyuk, lain kali saya galau, kali lain saya bersemangat, dan kali lain saya
tenang penuh kesadaran. Namun, sisi lain saya juga melihat-Nya tetap diam
mendengarkan saya, sabar, tak pernah berubah, abadi, tak berkesudahan.
Seharusnya saya
berdoa juga mendengarkan, memandang, merefleksikan, mensyukuri berkat hidup
yang saya dapat. Seharusnya dalam doa saya juga merasakan dan menikmati
kasih-Nya yang luar biasa. Akhirrnya saya jadi tahu bahwa gerak hati saya yang
saya alami itu ditangkap dalam doa sebagai persiapan dan latar belakang untuk
menghadapi hidup saya yang penuh dengan pilihan-pilihan yang akan menjadi
bagian hari-hari saya. Setelahnya juga doa menjadi ucapan syukur atas semua hal
yang saya sudah alami dan saya terima.
Puncak dari semua
itu, bagi saya yang mengaku diri sebagai orang Katolik, adalah dalam perayaan
Ekaristi ( catatan: meskipun saya merayakan Ekaristi tidak duduk manis di
bangku gereja, tetapi menjadi pengasuh yang baik bagi seorang anak balita yang
tak bisa diam). Ekaristi puncak kontak saya dengan Allah. Pergi ke gereja (
bagi yang beragama lain: kenisah,
mesjid, kuil, pure, dll.) artinya masuk
ke Hadirat Allah. Artinya juga saya masuk untuk menemukan kehendak Allah, yang
akhirnya saya akan mengambil keputusan untuk menentukan pilihan-pilihan dalam
hidup saya. Pilihan besar atau kecil, sepele atau penting, bukan menjadi kadar
ukuran untuk sebuah kontak. Dalam situasi itu berarti saya berhadapan dengan
Pencipta, menerima perintah, mendapat petunjuk.
Begitulah kira-kira.
Dengan begitu saya berharap selalu siap menghadapi dan menjalani hari-hari
saya. Saya bertemu dengan hal-hal baru untuk setiap harinya. Bagaimana dengan
Anda?
Januari 2014, saat hujan
mengguyur seluruh penjuru tanah air
Christina Enung Martina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar