Hidup dibentuk oleh langkah-langkah kecil. Setiap
langkah adalah penting. Seperti yang kita ketahui bahwa jalan hidup itu
mengejutkan, tak terduga, penuh emosi. Siapa pun di antara kita tak pernah tahu
apa yang menanti di depan kita. Kesulitan hidup juga adalah sebuah jalan yang
harus ditempuh dan dilalui.
Ada
saatnya dan akan tiba saatnya kita harus menghadapi hidup ini seorang diri. Ada
saatnya langit dalam kehidupan kita menjadi gelap dan kita tinggal sendirian.
Namun, ada yang mengatakan bahwa: kehidupan mungkin bisa menderita, tetapi bisa
teratasi. Orang beriman telah menemukan di dalam Yesus suatu harapan yang lebih
kuat daripada sejarah dan cinta yang lebih kuasa dari kematian (Anthony Padovano).
Manusia
tak pernah merasa puas dengan berkah yang diterima, sekali pun berkah itu
berlimpah ruah. Ada yang mengatakan kalau direntang terus tanpa henti, tanpa
perhitungan, di luar batas kemampuan dan kecepatan tinggi, maka manusia itu
akan kembali ke titik awal. Para pembaca mungkin pernah mendengar tentang
dongeng Tukang Batu? Mari kita menyimak kembali kisahnya!
Ada
seorang tukang batu. Ia merasa tak puas dengan dirinya dan hidupnya. Ia berbikir
alangkah enaknya kalau menjadi orang kaya yang berlimpah harta. Tentunya ia tak
perlu bersusah payah lagi. Dewa mengabulkan keinginannya. Jadilah ia saudagar
kaya, banyak harta, banyak uang, dan juga banyak saingannya. Pada suatu hari ke
desanya datanglah seorang pejabat kerajaan. Pejabat itu diiringi oleh para
pengiringnya. Semua orang menghormatinya termasuk orang kaya. Ia merasa
tersaingi dan merasa tak puas menjadi orang kaya. Maka ia pun berpikir alangkah
enaknya bisa menjadi seorang pejabat. Dewa mengabulkan keinginannya yang kedua.
Jadilah ia menjadi seorang pejabat yang banyak pengikutnya dan banyak pula
musuhnya. Tak berapa lama ia menikmati hidupnya menjadi pejabat, tiba-tiba ia
diperintahkan oleh Kaisar untuk pindah ke bagian lain. Ia pun berpikir alangkah
enaknya menjadi kaisar. Kali yang ketiga ini pun, Dewa mengabulkan permohonannya.
Jadilah ia seorang kaisar dengan daerah kekuasaan yang luas dan juga para
pejabat dan tentara ada pada kuasa tangannya. Suatu hari Kaisar berjalan-jalan
ke alam terbuka. Ketika ia sedang ditandu, ia merasakan sengatan matahari yang
sangat terik. Ia iri terhadap matahari karena semua mahluk, termasuk kaisar
harus berlindung dari sinarnya. Ia berpikir betapa hebatnya menjadi matahari.
Dewa mengabulkan keinginannya lagi. Jadilah ia matahari. Setiap hari matahari
ini memancarkan sinarnya yang terik ke seluruh penjuru jagat. Semu mahluk tak
ada satu pun mampu menghindari sinarnya yang terik. Namun, suatu hari matahari
yang sedang bersinar terik itu terhalang oleh awan gemawan. Dengan sekejap
matahari terutup dan sinarnya yang terik pun tak mampu menembus awan. Alangkah
murkanya matahari. Ternyata masih ada yang lebih hebat dari dirinya, yaitu
awan. Ia pun menginginkan dirinya menjadi awan. Dewa yang baik pun mengabulkan
keinginannya kembali. Berubahlah dia menjadi awan. Setiap hari awan ini
menutupi langit sehingga matahari tak bisa memancarkan sinarnya dengan sempuna.
Puaslah hatinya untuk sesaat. Namun, ketika awan itu sedang menjadi mendung
tebal di langit, datanglah angin yang menyibakkan awan tadi. Dengan segera awan
itu bergeser tertiup angin. Astaga rupanya masih ada juga yang mengalahkan
dirinya. Ia pun berpikir untuk menjadi angin. Terkabullah keinginannya itu. Angin
jelmaan itu segera menggunakan kekuatannya untuk menerbangkan segala. Semua
benda tak tersisa terbawa angin. Ia menjadi badai yang ganas, sekali waktu
berubah menjadi angin puyuh, angin puting beliung, angin dingin, angin panas,
bahkan tofan dahsyat. Ia merasa puas sementara karena ia menjadi tak
terkalahkan. Hingga akhirnya angin menjadi ragu akan kekuatannya kala dia
tertumbuk pada gunung batu yang berdiri dengan kokohnya. Ia tak tergoyahkan
meskipun sang angin sudah mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk merobohkannya.
Ia kembali mempertanyakan kekuatannya. Ia kembali melontarkan keinginanya:
ingin menjadi gunung batu. Maka jadilah demikian. Ia berdiri dengan pongahnya
tak gentar dan tak tergoyahkan oleh badai tofan sekali pun. Hingga suatu kali
ia merasakan guncangan pada tubuhnya, mula-mula perlahan, tetapi makin lama
makin sering. Ia merasakan tubuhnya dipukuli dan dilubangi. Rupanya nun di
bawah sana seorang tukang batu sedang giat bekerja menggunakan palunya untuk
mendapatkan bongkahan-bongkahan batu. Selama ini ia salah, sebetulnya yang
paling hebat, paling berkuasa, dan paling sempurna adalah menjadi tukang batu.
Demikianlah, kisah ini berakhir dengan kembalinya ia menjadi seorang tukang
batu.
Kalau
demikian bagimanakah kita bersikap untuk masalah puas dan tak puas? Prinsip
ajaran Zen berkata: hiduplah untuk hari ini. Menikmati hari ini dengan penuh
syukur adalah pintu menuju kepuasan dan kebahagiaan. Hari ini dinikmati dengan
sepenuh hati. Hidup dalam Roh Allah dimulai ketika bangun dipenuhi dengan
harapan baik. Ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa seseorang yang tidak
mengharapkan apa-apa, ia tidak mendapat apa-apa. Sambil menjalani hari ini kita
boleh menyelipkan pertanyaan: Apa yang akan disiapkan Allah untuk saya pada
hari ini? Apakah yang akan dikatakan-Nya? Bagaimana Dia akan membimbing saya?
Apa yang akan menjadi saat-saat penting hari ini: jalan simpangan, pertemuan
dengan orang-orang, tanda-tanda, peristiwa, tempat?
Saya
pernah membaca,tetapi saya lupa apa persis sumbernya, bahwa ketumpulan jiwa
adalah penyakit kesayangan umat manusia. Hidup tidak tinggal landas karena yang
menjalaninya tidak percaya bahwa hidup itu tinggal landas. Tidak ada apa-apa
yang terjadi dalam hidupnya bagi orang yang tidak memiliki daya reka cipta dan
kepekaan serta kebebasan untuk membiarkan segala keajaiban terjadi.
Keajaiban
pada hidup seseorang terjadi karena ada kepercayaan akan keajaiban itu.
Kejaiban dimulai dari langkah kecil kita yaitu: percaya akan keajaiban. Hal
yang beriktnya adalah kita melanjutkan langka-langkah kita dengan penuh
semangat dan keyakinan. Perjuangan besar kita dalam hidup ini adalah mampu
mengalahkan diri sendiri. Saya merasa hingga umur saya yang sudah godlen age ini, mengalahkan diri sendiri
adalah pekerjaan yang tidak mudah. Saya bisa saja mengomel panjang pendek pada
anak, suami, murid, teman, atau siapa pun tentang banyak hal. Namun, tak akan
berpengaruh banyak bila saya juga tak melakukan apa yang saya omelkan tersebut.
Saya hanya OD, omong doang, tanpa melakukan tindakan apa pun.
Demikian
sebuah langkah kecil memulai segala sesuatu dari sendiri mampu mengubah banyak
hal dalam hidup seseorang. Memang pasti perlu pengorbanan untuk ini. Namun,
pengorbanan itu tak seberapa ketika menuai hasil di akhir dari perjuangan itu.
Kesetiaan dan kesabaran merupakan teman seiring sejalan yang tak bisa
terpisahkan untuk meraih hasil yang maksimal. Terkadang rasanya saya ingin
menyerah saja pada saat saya mengalami rintangan di tengah jalan. Di situ
letaknya kesetiaan pada apa yang sudah kita pilih dan sedang kita perjuangkan
rupanya menjadi sebuah nilai-value
yang sangat berarti.
Saya
dan Anda sedang menapaki langkah-langkah dalam hidup kita masing-masing.
Langkah itu terkadang lancar, penuh
energi, dan semangat yang membara. Namun, terkadang langkah kita tertatih,
letoy, tak bertenaga, dan kehabisan apinya. Biasanya kala kita dalam keadaan
terpuruk ditambah dengan komentar dari kiri kanan kita yang menjatuhkan dan tak
mendukung, termasuk dari orang yang kita harapkan memberi dukungan, lengkap
sudah paket daya juang kita: sudah jatuh tertimpa tangga. Apa yang kita
sebaiknya kita lakukan? Sangat dibolehkan bila kita berhenti sejenak, bahkan
mungkin mundur beberapa langkah sebelum kita maju melanjutkan langkah. Ini
bukan berarti kalah. Ini bagian dari strategi. Dalam situasi ini kita perlu
waktu untuk diri sendiri, menyusun tenaga baru. Kembali melihat ulang tujuan, rancangan, kondisi,
sarana, dan dukungan yang kita punyai.
Barangkali juga kita membutuhkan pernasihat yang bijak untuk menatanya. Namun,
surutnya langkah kita tak berarti surut pula perjuangan kita. Setiap langkah
kecil kita menjadi penentu untuk langkah-langkah besar kita. Selamat berjuang
menapaki setiap langkah yang sedang diperjuangkan.
(Ch. Enung Martina)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar