Selasa, 08 Desember 2015

MERAYAKAN PERSAHABATAN

Lokasi : Colloseum, Roma - Itali


Pada suatu hari ketika Yesus mengajar, ada beberapa orang Farisi dan ahli Taurat duduk mendengarkan-Nya. Mereka datang dari semua desa di Galilea dan Yudea dan dari Yerusalem. Kuasa Tuhan menyertai Dia, sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit. Lalu datanglah beberapa orang mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur; mereka berusaha membawa dia masuk dan meletakkannya di hadapan Yesus. Karena mereka tidak dapat membawanya masuk berhubung dengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia: ”Hai saudara, dosamu sudah diampuni.” ......berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu—: ”Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan seketika itu juga bangunlah ia, di depan mereka, lalu mengangkat tempat tidurnya dan pulang ke rumahnya sambil memuliakan Allah. Semua orang itu takjub, lalu memuliakan Allah, dan mereka sangat takut, katanya: ”Hari ini kami telah menyaksikan hal-hal yang sangat mengherankan.”  (Injil : Luk. 5:17-26)

Kutipan Al Kitab di atas merupakan kisah persahabatan yang menurut saya sangat indah yang menunjukkan dukungan dan kesetiaan para sahabat pada seorang yang sedang menderita. Menurut imajinasi saya, orang-orang yang mengusung orang lumpuh tersebut adalah saudara dan juga sahabat-sahabat Si Lumpuh. Saya membayangkan mereka benar-benar nekad dengan cara: naiklah mereka ke atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus.

Hal yang mereka lakukan pasti membuat geger orang yang hadir di tempat itu dan pastinya membuat kesal si pemilik rumah karena atap rumahnya dibongkar begitu saja. Namun,  kenekadan mereka juga membuat orang yang ahdir terpana atas keteguhan iman mereka. Mereka sangat yakin bahwa kalau sahabat mereka dibawa ke hadapan Yesus, pasti Yesus menjamahnya dan sahabat mereka akan sembuh. Maka begitulah mereka mejebol atap orang untuk membawa sahabatnya masuk.

Ada beberapa kisah dalam Al Kitab yang menceritakan tentang persahabatan sejati. Salah satu kisah yang paling terkenal adalah kisah persahabatan antara Daud dengan Jonathan. Ketika Daud habis berbicara kepada Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri. Pada hari itu Saul membawa dia dan tidak membiarkannya pulang ke rumah ayahnya. Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri. Yonatan menanggalkan jubbah yang dipakainya, dan memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya.”( 1 Samuel 18:1-4 )

Saul adalah raja pertama Israel dan Yonatan adalah anaknya. Yonatan akan menjadi raja berikutnya di Israel, tetapi ayahnya, Saul, tidak menaati Allah sehingga Kerajaan Israel diambil Allah darinya. Allah telah memilih Daud menjadi raja berikutnya bagi Israel. Meskipun Yonatan tahu bahwa Daud akan menjadi raja berikutnya, ia berteman dengan pemuda itu. Yonatan memercayai keputusan Allah dalam pemilihan raja berikutnya, sambil menerima bahwa ini berarti Yonatan tidak akan pernah menjadi raja. Saul mencoba membunuh  Daud, tetapi Yonatan membantunya melarikan diri. Ketika sudah jelas bahwa Raja Saul tidak akan membiarkan Daud hidup, Yonatan menempatkan dirinya pada risiko untuk melindungi Daud. Ketika Saul marah kepada Daud, Yonatan berdiri di hadapan Daud sehingga kemarahan Saul malah hampir mencelakai Yonatan. 
 
Secara khusus, kita dapat belajar dari persahabatan yang sehat antara Yonathan dan Daud. Persahabatan yang sehat dapat terjadi antara sesama pria, sesama wanita, ataupun antara pria dan wanita. Ini adalah hubungan persahabatan dan bukan hubungan pernikahan. Hubungan pernikahan sudah sangat jelas adalah hanya antara pria dan wanita, seperti terlihat dari awalnya bahwa Tuhan menciptakan Adam dan Hawa, bukan Adam dan Bob dan juga bukan Hawa dan Martina.

Manusia sering kali disebut sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian. Manusia memerlukan teman! Itulah sebabnya sejak dari awal Tuhan sudah meletakkan dasar kasih kepada Tuhan dan sesama sebagai landasan hidup manusia.

Tuhan Yesus Kristus sendiri memberi kita definisi seorang sahabat sejati: "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku" (Yohanes 15: 13-15).

Yesus adalah contoh murni dari seorang sahabat sejati karena Dia menyerahkan nyawa-Nya untuk "teman"-Nya. Terlebih lagi, siapa pun dapat menjadi teman-Nya dengan percaya kepada-Nya sebagai Juru Selamat pribadinya, dilahirkan kembali, dan menerima kehidupan baru di dalam Dia.

Kebenaran yang muncul dari semua ini adalah, sebuah persahabatan merupakan satu hubungan yang dimasuki oleh individu-individu, dan itu hanya akan sebaik atau sedekat bagaimana individu-individu itu memilih untuk melakukannya. Ada yang mengatakan bahwa jika jumlah teman sejati kita bisa sejumlah jari-jari pada satu tangan, berbahagialah kita. Seorang sahabat adalah orang yang membuat Anda dapat menjadi diri sendiri dan tidak pernah takut untuk menilai Anda. Seorang sahabat adalah seseorang yang dapat menjadi tempat berbagi dengan penuh kepercayaan. Seorang sahabat adalah seseorang yang Anda hormati dan yang menghormati kita, tidak didasarkan pada kelayakan, tetapi pada kemiripan pikiran. Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran (Amsal 17:17).

Gosip dapat merusak persahabatan dan menimbulkan pertengkaran. Persahabatan harus dipelihara dengan saling menghargai dan mempercayai satu sama lain. Seorang sahabat sejati tak akan membiarkan sahabatnya jatuh ke dalam kesesatan dan penderitaan. Bila ia mengetahui sahabatnya salah, maka ia akan mengingatkannya, memberi nasihat, bahkan mungkin memarahinya.  Namun, meski hal itu terjadi, persahabatan tak akan patah begitu saja karena satu sama lain tahu bahwa sahabatnya melakukan hal tersebut untuk kebaikan dan perkembangan sahabatnya.

Kita bisa belajar dari berbagai kisah tentang persahabatan, baik yang ada dalam Al Kitab maupun kisah yang bertebaran di dunia kita sekarang ini. Jadi apakah saya dan anda sudah menjadi sahabat sejati dengan berani mengatakan secara jujur tentang kesalahan sahabatmu tanpa menutupinya dan merasa tidak rikuh untuk mengingatkannya dan menasihatinya? Dan apakah saya dan Anda adalah jenis sahabat yang tersinggung bila diberitahu oleh sahabat kita, padahal mereka bermaksud baik agar kita tidak terjatuh lebih dalam?

Karena ada tertulis : ...... Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga (Filipi 2:3-4).

(Ch. Enung martina)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar