Lokasi : Colloseum, Roma - Itali
Pada suatu hari ketika Yesus mengajar, ada
beberapa orang Farisi dan ahli Taurat duduk mendengarkan-Nya. Mereka datang
dari semua desa di Galilea dan Yudea dan dari Yerusalem. Kuasa Tuhan menyertai
Dia, sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit. Lalu datanglah beberapa orang
mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur; mereka berusaha membawa dia
masuk dan meletakkannya di hadapan Yesus. Karena mereka tidak dapat membawanya
masuk berhubung dengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke atap rumah,
lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke
tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus. Ketika Yesus melihat iman
mereka, berkatalah Ia: ”Hai saudara, dosamu sudah diampuni.” ......berkatalah Ia kepada orang
lumpuh itu—: ”Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan
pulanglah ke rumahmu!” Dan seketika itu juga bangunlah ia, di depan mereka,
lalu mengangkat tempat tidurnya dan pulang ke rumahnya sambil memuliakan Allah.
Semua orang itu takjub, lalu memuliakan Allah, dan mereka sangat takut,
katanya: ”Hari ini kami telah menyaksikan hal-hal yang sangat mengherankan.” (Injil : Luk.
5:17-26)
Kutipan Al Kitab di atas merupakan kisah persahabatan yang menurut saya
sangat indah yang menunjukkan dukungan dan kesetiaan para sahabat pada seorang
yang sedang menderita. Menurut imajinasi saya, orang-orang yang mengusung orang
lumpuh tersebut adalah saudara dan juga sahabat-sahabat Si Lumpuh. Saya
membayangkan mereka benar-benar nekad dengan cara: naiklah mereka ke atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan
orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan
Yesus.
Hal yang mereka lakukan pasti membuat geger orang yang hadir di tempat
itu dan pastinya membuat kesal si pemilik rumah karena atap rumahnya dibongkar
begitu saja. Namun, kenekadan mereka
juga membuat orang yang ahdir terpana atas keteguhan iman mereka. Mereka sangat
yakin bahwa kalau sahabat mereka dibawa ke hadapan Yesus, pasti Yesus
menjamahnya dan sahabat mereka akan sembuh. Maka begitulah mereka mejebol atap
orang untuk membawa sahabatnya masuk.
Ada beberapa kisah dalam Al Kitab yang menceritakan tentang persahabatan
sejati. Salah satu kisah yang paling terkenal adalah kisah persahabatan antara
Daud dengan Jonathan. “Ketika Daud habis berbicara kepada Saul, berpadulah jiwa Yonatan
dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri. Pada hari
itu Saul membawa dia dan tidak membiarkannya pulang ke rumah ayahnya. Yonatan
mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya
sendiri. Yonatan menanggalkan jubbah yang dipakainya, dan memberikannya kepada
Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya.”( 1 Samuel 18:1-4 )
Saul adalah raja pertama Israel dan Yonatan adalah anaknya. Yonatan akan menjadi raja berikutnya di Israel, tetapi ayahnya, Saul, tidak menaati Allah sehingga Kerajaan Israel diambil Allah darinya. Allah telah memilih Daud menjadi raja berikutnya bagi Israel. Meskipun Yonatan tahu bahwa Daud akan menjadi raja berikutnya, ia berteman dengan pemuda itu. Yonatan memercayai keputusan Allah dalam pemilihan raja berikutnya, sambil menerima bahwa ini berarti Yonatan tidak akan pernah menjadi raja. Saul mencoba membunuh Daud, tetapi Yonatan membantunya melarikan diri. Ketika sudah jelas bahwa Raja Saul tidak akan membiarkan Daud hidup, Yonatan menempatkan dirinya pada risiko untuk melindungi Daud. Ketika Saul marah kepada Daud, Yonatan berdiri di hadapan Daud sehingga kemarahan Saul malah hampir mencelakai Yonatan.
Secara khusus, kita dapat belajar
dari persahabatan yang sehat antara Yonathan dan Daud. Persahabatan yang sehat
dapat terjadi antara sesama pria, sesama wanita, ataupun antara pria dan
wanita. Ini adalah hubungan persahabatan dan bukan hubungan pernikahan.
Hubungan pernikahan sudah sangat jelas adalah hanya antara pria dan wanita,
seperti terlihat dari awalnya bahwa Tuhan menciptakan Adam dan Hawa, bukan Adam
dan Bob dan juga bukan Hawa dan Martina.
Manusia
sering kali disebut sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian.
Manusia memerlukan teman! Itulah sebabnya sejak dari awal Tuhan sudah
meletakkan dasar kasih kepada Tuhan dan sesama sebagai landasan hidup manusia.
Tuhan Yesus
Kristus sendiri memberi kita definisi seorang sahabat sejati: "Tidak ada kasih yang lebih besar dari
pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu
adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku
tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh
tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan
kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku" (Yohanes 15: 13-15).
Yesus adalah
contoh murni dari seorang sahabat sejati karena Dia menyerahkan nyawa-Nya untuk
"teman"-Nya. Terlebih lagi, siapa pun dapat menjadi teman-Nya dengan
percaya kepada-Nya sebagai Juru Selamat pribadinya, dilahirkan kembali, dan menerima
kehidupan baru di dalam Dia.
Kebenaran yang muncul dari semua ini adalah, sebuah
persahabatan merupakan satu hubungan yang dimasuki oleh individu-individu, dan
itu hanya akan sebaik atau sedekat bagaimana individu-individu itu memilih
untuk melakukannya. Ada yang mengatakan bahwa jika jumlah teman sejati kita bisa
sejumlah jari-jari pada satu tangan, berbahagialah kita. Seorang sahabat adalah
orang yang membuat Anda dapat menjadi diri sendiri dan tidak pernah takut untuk
menilai Anda. Seorang sahabat adalah seseorang yang dapat menjadi tempat
berbagi dengan penuh kepercayaan. Seorang sahabat adalah seseorang yang Anda
hormati dan yang menghormati kita, tidak didasarkan pada kelayakan, tetapi pada
kemiripan pikiran. Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi
seorang saudara dalam kesukaran (Amsal 17:17).
Gosip dapat merusak persahabatan dan menimbulkan pertengkaran. Persahabatan
harus dipelihara dengan saling menghargai dan mempercayai satu sama lain. Seorang
sahabat sejati tak akan membiarkan sahabatnya jatuh ke dalam kesesatan dan
penderitaan. Bila ia mengetahui sahabatnya salah, maka ia akan mengingatkannya,
memberi nasihat, bahkan mungkin memarahinya.
Namun, meski hal itu terjadi, persahabatan tak akan patah begitu saja
karena satu sama lain tahu bahwa sahabatnya melakukan hal tersebut untuk
kebaikan dan perkembangan sahabatnya.
Kita bisa belajar dari berbagai kisah tentang persahabatan, baik
yang ada dalam Al Kitab maupun kisah yang bertebaran di dunia kita sekarang
ini. Jadi apakah saya dan anda sudah menjadi sahabat sejati dengan berani
mengatakan secara jujur tentang kesalahan sahabatmu tanpa menutupinya dan
merasa tidak rikuh untuk mengingatkannya dan menasihatinya? Dan apakah saya dan
Anda adalah jenis sahabat yang tersinggung bila diberitahu oleh sahabat kita,
padahal mereka bermaksud baik agar kita tidak terjatuh lebih dalam?
Karena ada tertulis : ...... Dengan tidak
mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah
dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada
dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan
kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga (Filipi 2:3-4).
(Ch. Enung martina)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar