Bagi saya mula-mula meditasi adalah coba-coba mengikuti apa
yang disarankan oleh orang-orang (suami, teman, atau pembimbing retret). Pada
tingkat awal, meditasi adalah sebuah alat untuk meningkatkan kesehatan. Begitu orang yang berbicara tentang meditasi. Katanya
lagi, meditasi dapat membantu memerangi stress, meningkatkan kesehatan fisik,
meringankan nyeri kronis, membuat tidur lebih baik, merasa lebih bahagia dan
lebih damai.
Ya, saya percaya-tidak percaya, karena saya belum
membuktikannya. Ya, akhirnya saya memutuskan untuk belajar meditasi dari suami
saya. Namun, sejujurnya saya agak takut. Saya takut tiba-tiba saya kesurupan
atau roh saya pergi ke mana yang saya tak tahu tempatnya. Pokoknya banyak
kekuatiran saya.
Saya pernah bermeditasi bersama teman - teman dalam suatu kegiatan
kerohanian bersama seperti retret. Itu saja saya jatuh dalam rasa kantuk dan
kebosanan yang tiada tara. Saya berpikir, saya tak mempunyai bakat untuk hal
seperti itu, meskipun itu tujuannya rohani sekali pun.
Namun, pendapat saya berubah terhadap meditasi ketika melihat
suami saya, Bob Hariyadi Martopranoto, bisa naik bukit Totombok setelah 3 bulan
bermeditasi. Padahal, dia mempunyai gangguan radang lutut kanan, sementara kaki
kirinya mengecil karena terserang polio saat dia kecil.
Nah, lantas berubahlah pandanan saya terhadap meditasi.
Mulailah tertarik dengan meditasi. Itu dia, semangat penuh, lha ternyata
meditasi itu tidak semudah yang dibayangkan. Hal yang paling sulit adalah
disiplin untuk konsisten berlatih. Selain itu, juga sensasi rasa tak nyaman
selama saya berlatih. Meditasi yang saya ikuti adalah meditasi kesehatan dengan
pernafasan: Zhen Qi Sirkulasi.
Banyak pengalaman sensasi tubuh yang pernah saya alami dan
saya bagi dalam tulisan saya:
Yang belum saya ceritakan adalah pengalaman mengalami
penglihatan – visual yang muncul saat bermeditasi.
Awal meditasi pun visual dalam otak kita sudah muncul.
Mungkin ini yang yang membuktikan tentang hal yang pernah saya dengar dan baca bahwa otak itu
sangat visual. Awal meditasi, visual itu sudah muncul, tetapi tidak beraturan.
Berganti-ganti tidak fokus. Makin sering berlatih meditasi, seiring waktu,
visual makin terarah dan makin fokus. Visual itu sangat berwarna dan sangat indah. Akan
tetapi, terkadang juga menyeramkan.
Meditasi saya banyak dipenuhi dengan visual warna hijau tua,
hijau muda, hijau kekuningan, hijau menuju biru, terkadang coklat tanah, coklat
batu, keunguan, agak jingga, terkadang biru kelabu, biru langit, biru laut,
bening, dan campuran antara aneka warna. Pokoknya kaya warna. Namun, yang
sering muncul adalah warna hijau dengan variasinya.
Saat saya bermeditasi, otak saya memvisualkan beraneka bentuk
bentang alam: laut, pantai, hutan, ladang,
padang pasir, sawah, pegunungan, bukit terjal, padang rumput, lorong-lorong
gua, dasar laut. Kebanyakan tempat-tempat itu belum pernah saya kunjungi. Atau
ada juga gabungan antara tempat yang pernah dikunjungi dengan visual otak yang
jeleas lebih indah dari kenyataannya.
Selain itu tak jarang dalam meditasi hadir visual pribadi
seseorang baik yang dikenal maupun yang tak kenal, bahkan sosok baru. Dalam
meditasi saya pernah hadir Sukarno, presiden RI pertama. Sukarno tidak hanya
hadir dalam meditasi juga bersambung dalam mimpi saya. Unik sekali pengalaman
saya. Dalam mimpi Sukarno hadir dalam keadaan saya masih gadis, umur 20-an. Dia
memaksa saya memakai kebaya merah. Saya katakan, saya mau kebaya hijau. Lantas
saya dengan percaya diri tetap memakai kebaya berwarna hijau lumut. Pada meditasi-meditasi
berikutnya sosok Sukarno masih hadir
beberapa kali. Mungkin sekitar 3 kali meditasi. Uniknya lagi, beliau hadir
dalam visual seperti tayangan film. Beliau berjuang dan berpidato. Saya merasa
saya harus mendoakan beliau. Jadi saya mendoakan beliau untuk kebahagiaannya
bersama Sang Pencipta. Saya mendoakan agar Pencipta
juga mengampuni beliau. Sesudah itu visual itu memudar.
Sososk lain yang unuik saya ceritakan adalah kakak ipar saya,
Mas Rudy. Beliau sakit kanker paru-paru. Beberapa kali dia hadir dalam meditasi
saya. Lantas saya bilang dengan suami untuk menjenguk beliau. Rupanya beliau
dibawa ke RS. Dua minggu kemudian visual itu muncul lagi. Lantas saya berdoa
untuk kesehatan beliu. Tiga hari kemudian beliau dikabarkan sudah pulang pada
Sang Pencipta. Dalam meditasi berikutnya visual Mas Rudy masih hadir dengan
badannya yang kurus. Saya terus berdoa. Karena saya tak tahu apa yang harus
saya lakukan. Sekitar seminggu visual it u terus ada. Lantas setelah itu visual
beliau hadir lagi. Namun, berbeda penampilan dengan sebelumnya. Yang ini beliau nampak di usia prima belia (40 thn). Tampak prima, sehat, tampan, ceria,
bersih, dan bahagia. Mengenakan baju batik warna kemerahan. Beliau tersenyum.
Saya merasa ikut bahagia melihat visual yang hadir dalam meditasi saya. Saya
berdoa dan bersyukur atas cinta Tuhan melalui Mas Rudy yang telah diberikan
untuk keluarga selama belua hidup.
Ada banyak sosok-sosok yang sekilas muncul. Namun, kalau saya
bertemu visual sosok yang terus-terusan muncul, biasanya saya berdoa saja. Saya lebih merasa nyaman dan merasa baik adanya kalau saya berdoa.
Selain itu juga saya bertemu dengan visual-visual lain.
Beberapa visual unik yang saya temukan lain
adalah saya pernah melihat naga sebesar pohon kelapa dan panjangnya tak
bisa saya tangkap oleh mata. Naga itu merayap. Saya melihat dengan sangat jelas sisiknya
yang lembut dan berkilau, warnanya kecoklatan, dan dia mempunyai gerigi seperti
gergaji di atas punggungnya. Geriginya itu bergurat kemerahan sampai di ujung
ekornya.
Visual unik lain. Saya pernah berada di suatu tempat. Berjalan
di lorong sebuah bangunan seperti sekolah atau rumah sakit. Bangunan itu banyak
pintu-pintunya yang tertutup. Bangunan itu namapak tua, tetapi bersih. Ternyata
tempat itu saya temukan pada saat saya menengok Mas Rudy di rumah sakit sebelum
beliau meninggal. Unik bukan? Itulah keajaiban otak. Kenapa bisa terhubung?
Saya belum menemukan jawaban yang memuaskan untuk pengalaman
berbagai visual ini. Bila saya sudah menemukan jawaban yang masuk akal menurut
saya, baru nanti saya bagikan. (Ch. Enung Martina)