Kamis, 15 Maret 2018

Pribadi yang Bertumbuh



Pribadi yang bertumbuh menjadi dewasa mengalami perkembangan menuju kesempurnaan. Seorang dikatakan dewasa apabila ia dapat bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang telah dipilihnya. Ia bertanggung jawab dan berkomitmen atas segala hal yang telah dipilihnya.

Chili Davis, seorang pelatih bisbol Amerika Serikat, pernah mengatakan, “Growing old is mandatory; growing up is optional.” Dalam bahasa Indonesia ungkapan ini dapat diterjemahkan demikian, “Bertambah umur sudah seharusnya terjadi. Namun menjadi dewasa adalah pilihan.” Maksudnya, setiap orang pasti bertambah usianya. Namun, kedewasaan belum tentu bertumbuh seiring usia.  Ada orang juga mengatakan bahwa bertumbuh menjadi seorang pribadi yang dewasa itu adalah sebuah pilihan. Menjadi tua itu apsti, menjadi dewasa itu pilihan.



Setiap hari satu langkah menuju pertumbuhan, satu langkah membawa berkat.  Kita menjalani hari-hari dalam suka-duka, susah-senang. Sementara hari terus berjalan, kita menjalaninya dengan terseok-seok, tertatih, kadang-kadang jalan cepat, tak jarang pula jalan di tempat, atau bahkan diam tak bergeming karena bingung langkah apa yang harus diambil. Namun, kita tetap berusaha berdiri tegar untuk melaluinya, mencoba untuk mewujudkan impian kita,



Kita mencoba mencari dukungan dari orang-orang yang kita cintai dan mencintai kita: sahabat, teman, saudara, pasangan kita, anak, orang tua kita, bahkan terkadang orang yang tak dikenal-tapi kita mengenalnya karena mereka ada di dunia (maya), lewat media massa yang terkadang banyak bombastisnya, mungkin juga binatang peliharaan, juga burung-burung yang bercicit di pagi hari,  bintang gemintang, langit yang biru, lautan, dari gerimis yang perlahan turun, pelangi yang tiba-tiba terlukis, matahari, langit senja, rumput liar, buih-biuh ombak yang hadir dalam ingatan kita, entahlah, pokoknya kita mencari dukungan.



Dari waktu ke waktu kita belajr bahwa hidup memang sebuah perjuangan dan memang layak diperjuangkan.



Pada saat kita terpuruk dan benar-benar kacau, disorientasi, rasanya Tuhan tak bergeming meski diseru  sampai putus urat leher. Kita berkeluh kesah, menjerit sampai ke lapis  langit yang terujung, bahkan lorong surga yang entah di mana, rasanya semuanya sia-sia. Kita berkata:  aku sudah kalah. Tapi hati kita mengatakan: aku tak ingin menyerah. Akhirnya kita berhenti dalam kelelahan fisik dan mental. Kita sumeleh. Berpasrah. Bukan menyerah. Dan apa yang terjadi? Percaya, pasti ada hal yang tak terduga datang, yang tak mungkin kita pikirkan, rencanakan, atau bayangkan. Kita mengatakan kebetulan.



Kebetulan itu bentuknya dimulai dari hal yang remeh temeh sampai hal yang tak masuk akal. Akhirnya hal itu menghentikan kita pada sepersekian kesadaran kita bahwa hidup ini sudah ada yang mengatur dan merencanakan. Asal kita kita mempercayai dan meyakini keajaiban, maka akhirnya hidup merupakan rangakaian kejadian yang sungguh ajaib.



Seseorang bisa bertahan dalam kerasnya kehidupan karena mempunyai keyakinan akan satu harapan untuk menjadi lebih baik. Karena di balik air mata pasti ada senyuman. Kita belajar untuk memahami tak ada sesuatu pun yang abadi. Segalanya akan berlalu. Bila suatu waktu kita tak tahan lagi dengan beban yang harus kita pikul, lepaskan saja, biarkan malaikat-malaikat yang menanggung bebanmu untuk sementara. Pada saatnya dan waktunya yang tepat semuanya akan beres.



Kita belajar bahwa kita menghadapi banyak masalah, penderitaan, dan air mata. Semuanya itu terjadi dalam hidup seseorang. Orang perlahan mampu melihat dan bahwa semua penderitaan itu akan membawa pertumbuhan pada pribadinya. Membuat pribadinya makin kuat, tegar, liat, dan bersinar. Namun, percayalah bahwa di balik air mata selalu ada senyuman. Kadang-kadang kita memerlukan waktu lama untuk menunggu senyuman itu, tetapi akhirnya ia datang juga.



Lihatlah sekarang kita bisa berdiri dan memandang ke belakang dan berkata: Puji Tuhan! Aku sudah lewati masa-masa sulit itu. Meski sekian rintangan dan sekian beban yang harus kita pikul, ternyata hingga kini kita baik-baik saja. Bahkan sepertinya teramat baik.Lantas kita boleh merasa : benarlah adanya bahwa sedetik pun Tuhan tak pernah beranjak dari hidupku. Justru terkadang kita yang beranjak dan terlalu jauh melangkah meninggalkannya.



Abraham Lincoln, presiden Amerika Serikat yang terkenal itu, pernah mengatakan, “Yang penting bukanlah tahun-tahun di dalam hidupmu, melainkan hidup yang kamu jalani di dalam tahun-tahun usiamu itu.” Di sini kembali kita melihat bahwa bukan panjangnya usia, atau sejauh mana umur kita sekarang, melainkan bagaimana kita mengisi tahun-tahun usia itu dengan hal-hal yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.



Mari kita belajar berjalan di jalan yang terjal dan bersyukur kala mendapat jalan yang mulus. Mari kita menikmati setiap detik hidup kita meski terkadang rongga dada terasa sesak dan bebanmu begitu mencekung pundak. Toh satu waktu hari ini yang terasa berat akan menjadi masa lalu. (Ch. Enung Martina)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar