Retret tahun 2018
membawa saya pada sebuah film lama bertema pendidikan yang diproduksi 11 tahun silam
( tahun 2007). Nammun, film ini tetap relevan dengan dunia pendidikan dan
profesi saya sebagai seorang pendidik. Film ini berjudul TAARE ZAMEN PAR.
Taare Zameen Par (Seperti bintang-bintang di Bumi?) adalah
sebuah film drama India tahun 2007 yang diproduksi dan disutradarai oleh Aamir
Khan. Film ini mengeksplorasi kehidupan dan imajinasi Ishaan, anak disleksia
berusia 8 tahun. Meskipun dia unggul dalam seni, tetapi kinerja akademisnya sangat parah sehingga orang
tuanya mengirimnya ke sebuah sekolah asrama. Dari sekian guru yang
mengajar Ishaan, tak ada satu pun yang menyadari bahwa anak ini mempunyai
kelainan dalam belajar. Seorang guru seni rupa yang masih honorer melihat dan menyadari
bahwa anak ini adalah penderita disleksia. Bagi para guru yang lain Ishaan hanyalah anak
bandel, malas, dan bodoh.
Ishaan Nandkishore Awasthi tidak suka sekolah dan gagal
setiap tes atau ujian. Ia menemukan semua mata pelajaran yang sulit. Karena ketidakmampuannya itu, ia diremehkan dan dimarahi oleh guru dan teman
sekelasnya. Namun, dunia internal (imajinasi) Ishaan penuh dengan keajaiban
yang dia tidak dimiliki oleh anak-anak
lain. Imajinya begitu hidup dan berwarna: tempat-tempat magis yang penuh dengan warna, dunia animasi hewan yang imajinatif, dan
benda-benda ajaib yang tak ditemukan di dunia nyata. Sebenarnya ia adalah seorang calon seniman yang berbakat. Namun,
sayangnya tak satu orang pun yang melihat itu, termasuk kedua orang tuanya.
Ayah Ishaan, Nandkishore Awasthi, adalah seorang eksekutif yang
sukses dalam karirnya. Ia mengharapkan
anak-anaknya menjadi anak yang sukses seperti dirinya. Ibu Ishaan bernama Maya
Awasthi, ia seorang perempuan yang meninggalkan karirnya demi mengurusi
keluarga, khususnya kedua buah hatinya. Maya sering merasa frustrasi karena ketidakmampuannya untuk mendidik anaknya, Ishaan. Kakak Ishaan,
Yohaan, adalah seorang murid teladan dan
juga atlet tenis, yang mengerti Ishaan.
Setelah menerima laporan akademik semester pertamam di kelas
3 SD yang sangat buruk, orang tua Ishaan mengirimnya ke sebuah sekolah berasrama.
Dengan harapan agar anak ini bisa lebih disiplin dan fokus dalam belajar serta tidak
malas atau bandel lagi.
Di sekolah asrama tersebut, Ishaan tenggelam ke dalam ketakutan dan depresi
karena jauh dari keluarga, tidak punya teman, dan takut menghadapi sekolah yang disiplin dan
tanpa ampun. Namun, ada salah satu anak bernama Rajan Damodharan, seorang anak cacat fisik
(memakai kursi roda), yang mau berteman
dengan Ishaan. Karena kesepian dan depresinya
yang mendalam, ia bahkan memikirkan
untuk bunuh diri dengan terjun dari
balkon.
Sampai akhirnya ada seorang guru baru bernama Ram Shankar
Nikumbh (Aamir Khan). Guru ini menemukan hal yang berbeda dari Ishaan. Dengan
kesabaran dan kerja keras tanpa putus asa, pak guru muda ini mendampingi Ishaan.
Bapak Ram Shankar Nikumbh melatih Ishan sedikit demi
sedikit untuk membaca, menulis, melukis
dan juga menghitung dengan cara naik
turun tangga. Hingga akhirnya, Ishaan
bisa memahami pelajaran dan menjadi seperti layaknya anak anak lain.
Pada akhir tahun pelajaran bapak Ram Shankar Nikumbh
mengadakan lomba melukis yang di ikuti oleh semua siswa dan para guru. Namun, pada saat lomba itu berlangsung, Ishaan menghilang, tak nampak di antara para peserta lomba. Ram Shankar Nikumbh
mencari Ishaan dan menanyakan ke sahabat Ishaan, Rajan Damodaran,tetapi dia
tidak tahu dimana Ishaan berada.
Akhirnya, setelah lomba berselang cukup lama, Ishaan datang
untuk mengikuti perlombaan tersebut. Ishaan melukis dengan imanijasinya yang
tinggi. Semua imajinasinya ia tuangkan dalam karyanyaa sehingga hasilnya nampak
hidup dan berwarna. Tibalah saatnya para
juri menilai karya para peserta lomba. Ada 2 karya terbaik dalam lomba itu yaitu
karya Ram Shankar Nikumbh dan lukisan Ishaan Nandkishore Awasthi. Dengan
berbagai pertimbangan, para juri akhirnya memutuskan karya Ishaan-lah yang
terbaik.
Pembagian rapot kenaikan pun tiba. Para orang tua datang untuk
menerima hasil laporan belajar anak-anaknya dan juga sekalian menjemput mereka
untuk berlibur. Demikian pula orang tua Ishaan pun datang menjemputnya. Betapa
kagetnya kedua orang tuanya, karena nilai Ishaan baik. Tak kalah membaggakannya
karena lukisan Ishaan menjadi sampul belakang buku tahuanan sekolah, sementara wajah Ishaan
(lukisan karya Ram Shankar Nikumbh) menjadi sampul depan .
Tentu saja keluarganya tak menyangka ini terjadi pada
anaknya. Mereka sangat bangga akan prestasi Ishaan. Berkat kepedulian, kesabaran, dan ketelatenan,
serta perhatian seorang guru; Ihsaan akhirnya selamat dari kegelapan yang
selama ini menyelimutinya.
Selamat hari guru untuk
semua guru di seluruh pelosok Tanah Air! Ibu dan Bapak adalah para pahlawan nyata
di zaman now! Kiranya kisah seorang guru Ram Shankar Nikumbh yang masa kecilnya
mengalami disleksia menjadi inspirasi untuk kita semua dalam menjalankan tugas
mulia kita. Saya teringat para guru saya yang sudah sepuh dan yang sudah tiada.
Bagimu, guruku doa dan hormatku. (Ch.
Enung Martina)