BIARLAH SALIB SUCI
KRISTUS MENJADI SUMBER SUKACITAKU
( Crux Sacra Gaudii
Mei)
Redemptus Febri Ferdinand Laleno, OSC
Robertus B. Evodeus Karunia Lembaga, OSC
Peter Elvin Atmaja Hidayat, OSC
Rabu, 24 April 2019,
pukul 17.00 WIB, Gereja Santo Ignatius, Baros, Cimahi, Jawa Barat. Senja di
Kota kecil Cimahi menjadi saksi tiga putra dari tiga keluarga mengikatkan janji
dengan berkaul untuk mengabdikan diri mereka keapada Tuhan di bahawah naungan
Salib nan Suci. Perarakan masuk dari pintu utama ke panti imam secara berurutan
dari seremoniarius, pembawa peupaan beraroma, pembawa lilin, para putra altar,
tiga orang Diakon yang akan ditahbiskan, para Diakon petugas, para Imam
Konselebran, para Imam asisten, dan Bapa Uskup sebagai selebran utama yang
diikuti dua putra altar yang membawa mitra, buku perayaan, dan membawa tongkat
gembala Uskup.
Di depan altar para
peserta perarakan berlutut. Semua konselebran menuju ke altar berdua-dua secara
bergantian mencium altar. Kemudian mereka duduk di bangku di panti umat yang
telah disediakan. Uskup Bandung, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC mendupai
salib dan altar. Berikutnya Bapak Uskup giliran yang didupai putra altar.
Dengan didampingi para Imam Asisten, Bapak Uskup berdiri di depan katedra.
Sementara perarakan berlangsung, koor dengan syahdu menyanyikan lagu Salib
Pembawa Damai.
Ketika perarakan itu
masuk, saya melihat satu persatu mereka memasuki ruangan dengan pakaian liturgi
meraka. Mereka tampak pas dan gagah dengan pakaian tersebut. Saya melihat
bebarapa wajah yang saya tak asing lagi dengan mereka. Di antaranya para pastur
yang beberapa waktu berselang pernah saya menjadi umat mereka. Yang kentara
tampak berbeda adalah Pastur Rutten dengan sosok bulenya. Tampak ia berjalan
dengan agak limbung menandakan bahwa usia tak lagi mampu disembunyikan. Ada
perasaan hangat yang mengalir pada tubuh saya ketika mereka masuk. Ada
kekaguman yang terselip di hati menyaksikan para pria yang dengan keberanian
mereka mengikrarkan diri untuk setia menjalani panggilan hidup mereka menjadi
seorang pastur. Inilah para pria yang berani mengambil jalan hidup mereka untuk
melampau kodrat mereka sebagai laki-laki. Saya tahu itu pasti tak mudah. Itulah
kekaguman saya pada mereka.
Bacaan pertama yang
diambil pada Ekaristi Agung ini diambil dari Kisah Para Rasul 10: 37-43. Bacaan
kedua diambil dari Roma 12: 4-8. Injil
yang dibawakan saat itu dari Yohanes 15: 9-17.
Setelah, liturgi
sabda, tibalah pada ritus tahbisan imam. Dengan mengenakan mitra, Bapak Uskup
duduk di depan altar. Imam Asisten 1 memanggil para diakon calon imam. Para
calon imam menjawb sambil berdiri di tempat yang ditentukan. Para daikon calon
imam satu persatu menghadap Bapak Uskup; mereka terlebih dahulu memberi
penghormatan kepada Bapak Uskup dengan membungkukkan badan. Iamam Asisten 1,
Pastor Basilius Hendra Kimawan, OSC, selaku Pastor Provinsial OSC di Indonesia,
mendampingi para calon imam, beliau berdiri di samping mereka dan mengajukan
para calon imam. “Bapak Uskup yang mulia, Bunda Gereja yang kudus dan seluruh umat Allah memohon agar Bapak
Uskup menahbiskan saudara-saudara kita ini ke dalam tugas pelayanan sebagai
imam.” Ada Tanya jawab tentang layak tidaknya para calon imam. Ketika dikatakan
bahwa mereka layak, maka Uskup menyatakan memilih ketiga calon imam tersebut
untuk ditahbiskan menjadi imam.
Khotbah Bapak Uskup
dalam Ekaristi tersebut seputar panggilan hidup. Bahwa karunia panggilan itu
aneka macamnya. Semuanya saling melengkapi. Karunia itu berlaku tanpa syarat,
tanpa kondisi. Kita mempunyai karunia berlain-lainan menurut kasih karunia yang
dianugrahkan Tuhan kepada kita. Gunakanlah karunia itu dalam panggilan kita.
Setelah homily
dilakukanlah ritus janji calon imam. Para calon imam berdiri di hadapan Bapak
Uskup. Terjadilah dialog Antara Bapak Uskup dengan calon imam sesuai panduan
yang berlaku.
Setelah ucap janji
para calon imam, semua berlutut, sementara itu para calon imam merebahkan diri
di hadapan altar sebagai ungkapan pasrah dan ketidakpantasan. Kemudian litany
Para Kudus pun dinyanyikan bergantian oleh solis dan umat. Setelah litany
selesai, Bapak Uskup berdiri, lalu beliau berdoa dengan tangan terentang. Calon
imam tetap meniarap dan umat tetap berlutut.
Setelah semua umat
berdiri dengan tertib, Diakon Petugas memebrikan penjelasan bahwa sebentar lagi
Bapak Uskup akan menumpangkan tangan ke atas saudara-saudara yang telah dipilih untuk ditahbiskan menjadi
imam. Seluruh imam yang hadir di situ juga akan melakukan hal yang sama. Umat
diminta mengikuti ritus ini dengan khidmat.
Setelah Bapak Uskup
dan para imam yang hadir menumpangkan tangan pada para calon imam terpilih,
para calon masih tetap berlutut di hadapan Bapak Uskup. Bapak Uskup
melambungkan doa tahbisan imam. Para imam konselebran pun turut mengulurkan
tangan kanan ke arah para calon terpilih secara bersamaan.
Doa tahbisan
selesai. Bapak Uskup duduk dengan mengenakan mitranya. Para imam asisten
berdiri di sampingnya. Para orang tua iamam baru sudah siap di belakang
putranya masing-masing. Imam baru satu persatu berlutut di hadapan Bapak
Uskup. Stola diakon dilepas diganti dengan stola imam. Bapak Uskup menyerahkan
stola dan kasula kepada imam baru dengan menyebutkan nama lengkap imam baru sambil
berkata: Jadilah pelayan umat yang baik. Masing-masing imam baru menjawab:
Mohon doa Bapak Uskup. Para imam baru mengenakan kasula dan stola dibantu oleh
orang tua masing-masing. Sementara itu koor menyanyikan lagu Panggilan Hidupku
hingga selesai pengurapan tangan.
Sementara umat dan
koor menyanyikan lagu Panggilan Hidupku, Bapak Uskup mengurapi tangan para imam
baru satu persatu dengan minyak krisma sambil berkata: Melalui kuasa Roh Kudus,
Allah bapa telah mengurapi Tuhan Yesus Kristus. Semoga Ia mendampingi engkau
demi pengudusan umat kristiani dan demi persembahan kurban bagi Allah. Setelah
usai pengurapan, Bapak Uskup dan imam baru membersihkan tangan dengan roti.
Persembahan itu
diserahkan oleh para wakil keluarga kepada Bapak Uskup. Bapak Uskup
menerimanya. Lalu Bapak Uskup menyerahkan persembahan itu kepada imam baru satu per satu untuk
diletakkan di altar sambil berkata: (Menyebutkan nama lengkap imam baru) Terimalah bahan persembahan ini, yang dibawa oleh umat Allah yang kudus,
sadarailah yang engkau lakukan; hayatilah yang engkau rayakan, selaraskanlah
hidupmu dengan Misteri Salib Tuhan.
Setelah itu Bapak
Uskup berdiri dan memberikan salam damai kepada para imam baru sambil berkata:
Damai Tuhan bersamamu. Lalu dijawab para imam baru: Bersama Bapak Uskup juga.
Para imam konselebran pun memberikan salam sebagai tanda kolegialitas
presbiterat (rasa setia kawan terhadap teman sejawat.sesama imam).
Sementara itu koor
menyanyikan lagu Unum in Deum. Para iamam baru mempersiapkan altar untuk
Liturgi Ekaristi. Setelah beres, salah satu mempersilakan Bapa Uskup. Mereka
berdiri di dekat Bapak Uskup. Para iamam asisten mengapit mereka. Ritus ini
diiringi lagu persiapan persembahan.
Selesai persembahan,
maka masuklah pada Doa Syukur Agung. Saat lagu Kudus dinyanyikan Misdimar
mengambil wiruk-dupa dan berlutut di depan altar.
Bapak Uskup
menumpangkan tangan (epiklesis) di atas roti dan anggur. Para imam konselebran
juga melakukan tata gerak epiklesis, tetapi hanya dengan tangan kanan terulur
ke arah roti dan anggur. Dengan tangan
terentang, bergantian dengan Bapak Uskup, para imam baru mendoakan Doa Syukur
Agung. Saat Doksologi hanya dinyanyikan oleh para imam konselebran. Sementara
itu, daikon petugas mengangkat piala dan para imam baru yang berdiri persis di
sebelah Bapa Uskup mengangkat tinggi sibori-sibori. Demikian juga bapak Uskup
mengangkat sibori. Berjalanlah pembagian komuni seperti pada umumnya.
Pada ritus penutup,
petugas mengajak para umat berdiri dan mempersilakan para imam baru tampil di
depan altar untuk memberikan berkat pertama.
Para imam baru
kembali ke panti imam, bergabung dengan para konselebran. Bapak Uskup kembali
ke altar. Diakon petugas mengajak umat berdiri untuk menerima berkat meriah.
Hening sejenak. Lalu Bapak Uskup mengenakan mitra dan mengulurkan tangannya ke
arah umat sambil memberikan berkat meriah untuk pemimpin gereja, untuk umat
Allah, untuk kehadiran para gembala sejati di tengah umat Allah, dan untuk umat
yang hadir di situ. Berkt diakhiri dengan perutusan.
Akhirnya, Bapak
Uskup meninggalkan Gereja dengan urutan seperti pada perarakan masuk pertama
tadi. Lagu pengiring pun dinyanyikan yaitu Yesus Mengutus Murid-Nya. Maka
selesailah Misa Pentahbisan. Masih dilanjutakn dengan sambutan dari panitia,
wakil orang tua imam baru, imam baru, juga Pastor Provinsial OSC.
Hari sudah petang.
Cimahi sudah berselimut kegelapan. Cahaya lampu kota dan kendaraan menerangi kota kecil ini. Perlahan
kami bergerak kea rah depan untuk memberikan selamat keada ketiga imam baru.
Akhirnya, diterangi lampu jalanan kendaraan kami membawa kami kembali ke BSD
untuk menembus kemacetan di sana-sini. Dalam hati, kami berharap akan masa depan pelayanan para imam baru ini. saya berdoa setulus hati untuk mereka. (Ch.
Enung Martina)