Minggu, 19 Januari 2020

JEJAK LANGKAH 29

TEMBOK RATAPAN


Seperti yang sudah diketahui umum, Jerusalem atau Yerusalem merupakan destinasi paling opuler di Israel dan Palestina. Sebagai kota suci Yahudi, Nasrani, dan Islam kota Tua Yerusalem ramai oleh wisatawan sepanjang tahun.Salah satu yang terkenal, di sini terdapat Tembok Ratapan, tempat orang-orang Yahudi beribadah hingga menangis. Mari kita mengenal Tembok Ratapan lebih dekat.

Kawasan Tembok Ratapan di Yerusalem dipercaya sebagai lokasi terpenting dan tersuci yang dimiliki oleh umat Yahudi. Tembok yang terletak di bagian barat ini merupakan peninggalan dari Bait Suci kedua yang dihancurkan Kerajaan Romawi pada tahun 70 Masehi. Bait Suci pertama yang dibangun Raja Salomo dihancurkan oleh Nebukadnezar dari Babilonia pada tahun 587 SM.

Selama lebih dari 3.500 tahun, Yerusalem berulang kali dikuasai oleh berbagai penakluk yang berbeda. Penguasaan Tembok Ratapan terus menjadi titik pertikaian hingga abad ke-20 dan awal abad ke-21. Yahudi menguasai kembali tembok tersebut pada tahun 1967.


Berbicara tentang peninggalan sejarah, ekskavasi atau penggalian arkeologi dilakukan pemerintah Israel di mana-mana karena mereka sangat getol mencari tau akar sejarah mereka. Makanya bila ke Israel, kita bisa melihat ada aja yang digali. Kayaknya aktivitas gali-menggali merupakan bagian yang biasa di Israel, sama seperti di Indonesia juga kan? Bedanya kalao di Israel yang digali situs-situs peninggalan kuno, kalau di Indonesa menggali untuk keperluan pemasangan kabel dan perbaikan jalan atau gorong-gorong.

Kembali ke situs Tembok Ratapan. Tembok ini adalah sisa dinding Bait Suci di Yerusalem yang dibangun oleh Raja Salomo. Bait Suci itu hancur ketika orang-orang Yahudi memberontak kepada kerajaan Romawi pada tahun 70 Masehi. Panjang tembok ini aslinya sekitar 485 meter, dan sekarang sisanya hanyalah 60 meter. Orang Yahudi percaya bahwa tembok ini tidak ikut hancur sebab di situlah berdiam "Shekhinah" (Kehadiran Ilahi). Jadi, mereka percaya berdoa di situ sama artinya dengan berdoa kepada Hadirat Tuhan.

Amazine.co menulis, tembok Ratapan merupakan dinding batu yang menjulang sekitar 18,9 m dari atas tanah. Tembok ini dianggap situs sakral oleh orang Yahudi, dan ribuan orang berziarah di sana setiap tahunnya. Orang Yahudi meyakini dinding tersebut sebagai bagian dari Bait Suci (Bait Allah)  Kedua yang telah berdiri selama ratusan tahun.


Raja Herodes memerintahkan renovasi dan perluasan kuil sekitar tahun 19 SM, dan pekerjaan itu tidak selesai sampai sekitar 50 tahun kemudian. Kuil ini lantas dihancurkan oleh Roma sekitar tahun 70 M, hanya beberapa tahun setelah selesai. Tembok Ratapan secara luas diyakini sebagai satu-satunya bagian Bait Suci yang masih berdiri.

Orang Yahudi sebenarnya menamai tembok tersebut sebagai Tembok Barat, atau HaKotel Hama'aravi dalam bahasa Ibrani. Perang yang tidak berkesudahan di atas mengakibatkan bagian Bait Allah hanya tersisa pada bagian sebelah barat.   Sedangkan  orang nonYahudi menyebutnya sebagai Tembok Ratapan. Dinamai Tembok Ratapan karena di situ orang Yahudi berdoa dan meratapi dosa-dosa mereka dengan penuh penyesalan. Selain mengucapkan doa-doa, orang Yahudi juga meletakkan doa mereka yang ditulis pada sepotong kertas yang disisipkan pada celah-celah dinding tembok itu.


Dinding Tembok Ratapan  dibagi dua dengan sebuah pagar pemisah (mechitza) untuk memisahkan laki-laki dan perempuan. Orang Yahudi Ortodoks percaya bahwa mereka tidak boleh berdoa bersama-sama dengan kaum perempuan. Ada pintu masuk terpisah untuk pria dan wanita, meskipun mereka dapat berkumpul kembali di dalam tembok.

Bagian utama dari tembok, di mana orang pergi untuk berdoa, memiliki panjang sekitar 57 m dan terbuat dari batu kapur meleke. Sebagian besar batu memiliki berat hingga 1,814.4 kg atau lebih, dan satu batu terbesar yang disebut Batu Barat, beratnya mencapai lebih dari 500.000 kg.


Menurut Alkitab ada bait pertama agama Yahudi kuno di Yerusalem. 1 Raja-raja 6:1, "...maka Salomo mulai mendirikan rumah bagi Tuhan." Bait Allah yakni tempat peribadatan yang dibangun di masa Raja Salomo.

Setelah Raja Salomo wafat, Israel dilanda oleh perang saudara. Wilayah kerajaan pun kemudian dibelah menjadi dua. Sebelah utara Israel dengan ibukota Samaria, sementara Yerusalem merupakan ibukota bagian selatan Yehuda.

Tembok Ratapan dapat dikunjungi setiap saat sepanjang hari. Pengunjung biasanya digeledah secara menyeluruh untuk tujuan keamanan.

Umat Yahudi dari seluruh dunia dan wisatawan dari berbagai latar belakang agama berdoa di Tembok Ratapan sebab tembok ini diyakini memiliki telinga Tuhan. Sementara bagi orang yang tidak dapat berdoa secara langsung di tembok bisa menitipkan doanya atau kaddish (sebuah doa Aramaik yang mengagungkan dan menguduskan nama Tuhan) dengan cara menuliskannya dalam sebuah secarik kertas dan diselipkan di sela-sela dinding. Kegiatan ini disebut dengan Kvitelach.

Tradisi doa inilah yang menjadi salah satu peninggalan dari bait suci membuat banyak orang rela terbang ke Yerusalem hanya untuk mengunjungi Tembok Ratapan. Tentunya para wisatawan sekaligus melakukan kegiatan wisata religi lainnya.


Hingga sekarang tetap terjadi permusuhan antara pihak Yahudi dan Muslim menyangkut  Tembok Ratapan ini. Namun, tembok ini telah menjadi simbol rekonsiliasi antara Yahudi dan Katolik. Pada tahun 2000, Paus Yohanes Paulus II menjadi orang Katolik pertama yang mengunjungi dan berdoa di Tembok Ratapan. Paus juga meminta maaf atas penganiayaan yang dilakukan oleh Katolik pada Yahudi selama berabad-abad.

Ada kisah menarik yang terjadi pada suami saya (Yohanes Bob Hariyadi) pada tahun 2008 kami mengunjungi Tembok Ratapan. Bob dan Pak Andreas terpisah dari rombongan saat memasuki Tembok Ratapan. Mereka berdua berjalan menuju ke araah samping bagian tembok. Ternyata malah mereka berdua menemukan situs tembok yang sangat kuno yang tak ditemukan rombongan kami.

Rupanya yang ditemukan Pak Bob dan Pak Andreas adalah terowongan Tembok Ratapan yang lokasinya dempet dengan kawasan Masjid Kubah Emas dan Masjid Al Aqsha. Bagian tersebut disebut Western Wall Tunnel. Sebetulnya nonYahudi tidak boleh masuk lokasi ini. Tapi karena kegemaran Pak Bob mengambil gambar, maka dia tersesat masuk ke situ.


Sisi tembok itu sesungguhnya adalah  lokasi yang dianggap lebih dekat dengan Ruang Maha Suci dari Bait Suci. Di Ruang Maha Suci inilah tersimpan Tabut Perjanjian, tempat hadirat Tuhan turun dan cuma imam keturunan Lewi saja yang bisa masuk Ruang Maha Suci saat Bait Suci kuno masih berdiri.

Kata Pak Bob di sisi ini terdapat pilar-pilar besar dan fondasi yang ribuan tahun usianya, juga ada sebuah batu yang super besar dan berat dengan perkiraan berat  570 ton. Batu itu  dalam keadaan utuh, bukan berbentuk potongan-potongan.

Tentu saja saya juga rombongan tidak sampai ke sisi tersebut akrena pasti penjagaan sangat ketat. Kami berada di pelataran Tembok Ratapan pada jam 11 siang. Bisa dibayangkan bagaimana teriknya amtahari menimpa para wisatawan. Namun, bagi umay Yahudi terik matahari tak menghalangi kekhusyukan mereka berdoa. Karena saya berada di bilik perempuan, saya memperhatikan para perempuan berdoa dengan ekspresip sambil memegang buku doa mereka. Sementara mulut mereka berkomat-kamit, kepala mereka beberapa kali mengangguk-angguk. Setelah itu mereka akan menyentuh tembok. Usai mereka berdoa, mereka meninggalkan Tembok Ratapan dengan penuh hormat: beberapa langkah  berjalan mundur tanpa membelakangi tembok.

(Ch. Enung Martina: Teriring ucapan terima kasih tak terhingga kepada : Sr. Francesco Maryanti,OSU yang menjadi jalan semua ini teralami, Romo Hendra Suteja, SJ pembimbing rohani yang kepada beliau kebijaksanaan diberikan Tuhan, kepada Romo Sugeng yang mempunyai talenta untuk menghibur, kepada Mas Edi dan Mas Engki yang tak lelah melayani,  kepada seluruh tour guide, crew di bis, dan seluruh peserta ziarah dari Keluarga besar Santa Ursula BSD.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar