TEMBOK RATAPAN
Seperti yang sudah diketahui
umum, Jerusalem atau Yerusalem merupakan destinasi paling opuler di Israel dan
Palestina. Sebagai kota suci Yahudi, Nasrani, dan Islam kota Tua Yerusalem
ramai oleh wisatawan sepanjang tahun.Salah satu yang terkenal, di sini terdapat
Tembok Ratapan, tempat orang-orang Yahudi beribadah hingga menangis. Mari kita
mengenal Tembok Ratapan lebih dekat.
Kawasan Tembok Ratapan di
Yerusalem dipercaya sebagai lokasi terpenting dan tersuci yang dimiliki oleh
umat Yahudi. Tembok yang terletak di bagian barat ini merupakan peninggalan
dari Bait Suci kedua yang dihancurkan Kerajaan Romawi pada tahun 70 Masehi.
Bait Suci pertama yang dibangun Raja Salomo dihancurkan oleh Nebukadnezar dari
Babilonia pada tahun 587 SM.
Selama lebih dari 3.500
tahun, Yerusalem berulang kali dikuasai oleh berbagai penakluk yang berbeda.
Penguasaan Tembok Ratapan terus menjadi titik pertikaian hingga abad ke-20 dan
awal abad ke-21. Yahudi menguasai kembali tembok tersebut pada tahun 1967.
Berbicara tentang
peninggalan sejarah, ekskavasi atau penggalian arkeologi dilakukan pemerintah
Israel di mana-mana karena mereka sangat getol mencari tau akar sejarah mereka.
Makanya bila ke Israel, kita bisa melihat ada aja yang digali. Kayaknya aktivitas
gali-menggali merupakan bagian yang biasa di Israel, sama seperti di
Indonesia juga kan? Bedanya kalao di Israel yang digali situs-situs peninggalan
kuno, kalau di Indonesa menggali untuk keperluan pemasangan kabel dan perbaikan
jalan atau gorong-gorong.
Kembali ke situs Tembok Ratapan.
Tembok ini adalah sisa dinding Bait Suci di Yerusalem yang dibangun oleh Raja Salomo.
Bait Suci itu hancur ketika orang-orang Yahudi memberontak kepada kerajaan
Romawi pada tahun 70 Masehi. Panjang tembok ini aslinya sekitar 485 meter, dan
sekarang sisanya hanyalah 60 meter. Orang Yahudi percaya bahwa tembok ini tidak
ikut hancur sebab di situlah berdiam "Shekhinah" (Kehadiran Ilahi).
Jadi, mereka percaya berdoa di situ sama artinya dengan berdoa kepada Hadirat Tuhan.
Amazine.co menulis, tembok
Ratapan merupakan dinding batu yang menjulang sekitar 18,9 m dari atas tanah.
Tembok ini dianggap situs sakral oleh orang Yahudi, dan ribuan orang berziarah
di sana setiap tahunnya. Orang Yahudi meyakini dinding tersebut sebagai bagian
dari Bait Suci (Bait Allah) Kedua yang
telah berdiri selama ratusan tahun.
Raja Herodes memerintahkan
renovasi dan perluasan kuil sekitar tahun 19 SM, dan pekerjaan itu tidak
selesai sampai sekitar 50 tahun kemudian. Kuil ini lantas dihancurkan oleh Roma
sekitar tahun 70 M, hanya beberapa tahun setelah selesai. Tembok Ratapan secara
luas diyakini sebagai satu-satunya bagian Bait Suci yang masih berdiri.
Orang Yahudi sebenarnya
menamai tembok tersebut sebagai Tembok Barat, atau HaKotel Hama'aravi dalam
bahasa Ibrani. Perang yang tidak berkesudahan di atas mengakibatkan bagian Bait
Allah hanya tersisa pada bagian sebelah barat. Sedangkan orang nonYahudi menyebutnya sebagai Tembok
Ratapan. Dinamai Tembok Ratapan karena di situ orang Yahudi berdoa dan meratapi
dosa-dosa mereka dengan penuh penyesalan. Selain mengucapkan doa-doa, orang
Yahudi juga meletakkan doa mereka yang ditulis pada sepotong kertas yang
disisipkan pada celah-celah dinding tembok itu.
Dinding Tembok Ratapan dibagi dua dengan sebuah pagar pemisah (mechitza) untuk memisahkan laki-laki dan
perempuan. Orang Yahudi Ortodoks percaya bahwa mereka tidak boleh berdoa
bersama-sama dengan kaum perempuan. Ada pintu masuk terpisah untuk pria dan
wanita, meskipun mereka dapat berkumpul kembali di dalam tembok.
Bagian utama dari tembok, di
mana orang pergi untuk berdoa, memiliki panjang sekitar 57 m dan terbuat dari
batu kapur meleke. Sebagian besar batu memiliki berat hingga 1,814.4 kg atau
lebih, dan satu batu terbesar yang disebut Batu Barat, beratnya mencapai lebih
dari 500.000 kg.
Menurut Alkitab ada bait pertama
agama Yahudi kuno di Yerusalem. 1 Raja-raja 6:1, "...maka Salomo mulai
mendirikan rumah bagi Tuhan." Bait Allah yakni tempat peribadatan yang
dibangun di masa Raja Salomo.
Setelah Raja Salomo wafat,
Israel dilanda oleh perang saudara. Wilayah kerajaan pun kemudian dibelah
menjadi dua. Sebelah utara Israel dengan ibukota Samaria, sementara Yerusalem
merupakan ibukota bagian selatan Yehuda.
Tembok Ratapan dapat
dikunjungi setiap saat sepanjang hari. Pengunjung biasanya digeledah secara
menyeluruh untuk tujuan keamanan.
Umat Yahudi dari seluruh
dunia dan wisatawan dari berbagai latar belakang agama berdoa di Tembok Ratapan
sebab tembok ini diyakini memiliki telinga Tuhan. Sementara bagi orang yang
tidak dapat berdoa secara langsung di tembok bisa menitipkan doanya atau kaddish (sebuah doa Aramaik yang
mengagungkan dan menguduskan nama Tuhan) dengan cara menuliskannya dalam sebuah
secarik kertas dan diselipkan di sela-sela dinding. Kegiatan ini disebut dengan
Kvitelach.
Tradisi doa inilah yang menjadi
salah satu peninggalan dari bait suci membuat banyak orang rela terbang ke
Yerusalem hanya untuk mengunjungi Tembok Ratapan. Tentunya para wisatawan sekaligus
melakukan kegiatan wisata religi lainnya.
Hingga sekarang tetap
terjadi permusuhan antara pihak Yahudi dan Muslim menyangkut Tembok Ratapan ini. Namun, tembok ini telah
menjadi simbol rekonsiliasi antara Yahudi dan Katolik. Pada tahun 2000, Paus
Yohanes Paulus II menjadi orang Katolik pertama yang mengunjungi dan berdoa di
Tembok Ratapan. Paus juga meminta maaf atas penganiayaan yang dilakukan oleh
Katolik pada Yahudi selama berabad-abad.
Ada kisah menarik yang
terjadi pada suami saya (Yohanes Bob Hariyadi) pada tahun 2008 kami mengunjungi
Tembok Ratapan. Bob dan Pak Andreas terpisah dari rombongan saat memasuki
Tembok Ratapan. Mereka berdua berjalan menuju ke araah samping bagian tembok. Ternyata
malah mereka berdua menemukan situs tembok yang sangat kuno yang tak ditemukan
rombongan kami.
Rupanya yang ditemukan Pak
Bob dan Pak Andreas adalah terowongan Tembok Ratapan yang lokasinya dempet
dengan kawasan Masjid Kubah Emas dan Masjid Al Aqsha. Bagian tersebut disebut Western Wall Tunnel. Sebetulnya
nonYahudi tidak boleh masuk lokasi ini. Tapi karena kegemaran Pak Bob mengambil
gambar, maka dia tersesat masuk ke situ.
Sisi tembok itu sesungguhnya
adalah lokasi yang dianggap lebih dekat
dengan Ruang Maha Suci dari Bait Suci. Di Ruang Maha Suci inilah tersimpan
Tabut Perjanjian, tempat hadirat Tuhan turun dan cuma imam keturunan Lewi saja
yang bisa masuk Ruang Maha Suci saat Bait Suci kuno masih berdiri.
Kata Pak Bob di sisi ini terdapat
pilar-pilar besar dan fondasi yang ribuan tahun usianya, juga ada sebuah batu
yang super besar dan berat dengan perkiraan berat 570 ton. Batu itu dalam keadaan utuh, bukan berbentuk
potongan-potongan.
Tentu saja saya juga
rombongan tidak sampai ke sisi tersebut akrena pasti penjagaan sangat ketat. Kami
berada di pelataran Tembok Ratapan pada jam 11 siang. Bisa dibayangkan
bagaimana teriknya amtahari menimpa para wisatawan. Namun, bagi umay Yahudi
terik matahari tak menghalangi kekhusyukan mereka berdoa. Karena saya berada di
bilik perempuan, saya memperhatikan para perempuan berdoa dengan ekspresip
sambil memegang buku doa mereka. Sementara mulut mereka berkomat-kamit, kepala
mereka beberapa kali mengangguk-angguk. Setelah itu mereka akan menyentuh
tembok. Usai mereka berdoa, mereka meninggalkan Tembok Ratapan dengan penuh
hormat: beberapa langkah berjalan mundur
tanpa membelakangi tembok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar