Minggu, 20 Desember 2020

Belajar Kepatuhan

 


Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Kamus versi online/daring (dalam jaringan) menjelaskan tentang kata patuh:      

patuh/pa·tuh/  suka menurut (perintah dan sebagainya); taat (pada perintah, aturan, dan sebagainya); berdisiplin

Kepatuhan suatu keadaan kala seseorang dengan iklas dan sukarela menuruti perintah, aturan, nasihat untuk melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan.

Kondisi seperti ini pada beberapa orang tak langsung dengan serta merta terjadi pastinya. Ada proses untuk menjadi patuh. Ada pembelajaran untuk menuju pada kepatuhan.

Pada kenyataan hidup kita, khususnya tahun 2020, kita langsung diminta untuk mempraktikan kepatuhan itu. Kita langsung diminta mengaplikasikannya dalam hidup kita. Mempraktikkan patuh melakukan protokol kesehatan di rumah dan di tempat umum. Patuh juga untuk tidak memberi provokasi dalam situasi yang tak mudah ini. Patuh untuk dengan hikmat memilih kata saat bermedia. Patuh juga dengan mempedulikan orang lain dengan bersedia mengikiti aturan yang berlaku secara umum, misalnya mengenakan masker.

Apakah itu mudah? Woow, sudah tentu tidak. Rupanya untuk menjadi patuh dalam situasi seperti ini sangat perlu tantangan. Tantangan terutama adalah dari diri sendiri.

Maunya ini liburan Natal ini kita geblas pergi ke mana pun kita suka. Mengunjungi berbagai tempat nan elok. Menyambangi tempat-tempat umum yang sungguh akan membuat hati menjadi gembira. Menikmati kuliner yang lezat. Maunya kita liburan. Benar-benar liburan. Keluar dari kebiasaan yang selama ini rutin dilakukan. Kebiasaan WFH, WFO, datang ke tempat tertentu dengan protokol ketat: ukur suhu tubuh, cuci tangan, semprot cairan antikuman, masuk pakai tedeng muka, memakai masker sepanjang hari yang bikin engap, tidak boleh ngobrol bareng teman, padahal ngobrol/ngerumpi/gibah itu sangat dicari. Pokoknya SEMUA yang dulu boleh-boleh saja dan tak masalah, SEKARANG bisA mendatangkan PETAKA.

Nah, situasi macam begini banyak membuat orang merasakan sumpek, sempit pikiran, dan membuat stress. Wajar ketika kantor memberikan waktunya liburan, perasaan untuk sejenak keluar dari situasi tersebut muncul. Rasanya ingin geblas pergi, cabut!

Hal yang sama juga terjadi pada kami sekeluarga. Sudah membuat rencana merayakan Natal di kampung halaman, berkumpul keluarga besar, mengunjungi sana-sini. Namun, situasi makin memerah. Kembali kita melihat kenyataan bahwa tidaklah bijak jika kita memutuskan untuk melakukan perjalanan tersebut. Akan ada banyak risiko yang akan terjadi dan pastinya bukan main game yang bisa kita berhenti begitu saja. Ini real game. Game dalam kehidupan nyata.

Maka di sinilah letaknya kepatuhan. Kepatuhan yang didasarkan pada kenyataan yang dihadapi. Kita tidak bisa egois dengan mempertaruhkan kesehatan diri,  juga orang lain yang kita jumpai. Patuh untuk menerima: baik saya tidak ke mana-mana. Saya di rumah saja. Beraktivitas menyiapkan ini itu, membereskan macam-macam, menyiangi, memupuk, mendangir, menyapu, mencuci, membongkar, membuat ini dan itu dll.

Dalam situasi penuh tantangan dan bahkan krisis serta kondisi darurat, kita dapat belajar dari Alkitab untuk meneladani Nuh dalam hal kepatuhan. Kisah tentang Nuh dan air bah sudah sangat populer. Dia dan keluarganya, karena kepatuhannya, bisa terhindar dari bencana air bah atau banjir bandang yang besar dan lama.

Pertanyaannya, bagaimana agar kita bisa patuh dan dapat mengalami keselamatan serta damai sejahtera hidup? Lalu apa manfaat konkret bila kita patuh? Mari simak jawabannya.

Kejadian 6: 22: Lalu Nuh, melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukanya.

Kejadian 7: 5: Lau Nuh melakukan segala yang diperintahkan Tuhan kepadanya.

Mengacu kembali kepada arti patuh atau taat yang disinggung sebelumnya, bahwa patuh atau taat adalah melakukan apa yang  diperintahkan otoritas. Ada 2 otoritas yang patut kita patuhi yitu: figur dan hukum. Pemilik otoritas sebagai figur adalah  Tuhan adalah Sang  Pemilik Kehidupan, figur kedua adalah atasan dalam hirarki organisasa (bisa dalam skala negara bisa dalam skala lembaga), figur ketiga adalah orang yang ahli dalam bidangnya.

Sementara terkait dengan dengan hukum yang harus kita patuhi adalah pertama hukum Tuhan yaitu mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama. Dengan mematuhi 2 hukum ini janji akan damai sejahtera, janji akan keteraturan, janji akan kebahagiaan dalam hidup kita, bisa kita raih. Hukum yang kedua adalah hokum alam. Bila kita bertindak semena-mena terhadap alam sehingga rusak, maka alam akan membalas dengan hal yang destruktif yang bisa menghancurkan. Hukum yang ketiga adalah hukum lembaga di mana kita tinggal dan bekerja.

Beberapa cara  kita harus patuh akan otoritas di atas.  Yang pertama karena kita dipaksa  atau diwajibkan untuk patuh. Dipaksa patuh bukan sesuatu yang negatif dalam konteks ini. Misalnya saat pandemic kita diwajibkan/dipaksa mengikuti berbagai peraturan agar kita selamat. Alasan yang lain kita patuh kepada otoritas karean kita dipengaruhi oleh komunitas yang patuh terhadap aturan tertentu. Dipengaruhi bisa menjadikan kita positif untuk mengikuti otoritas. Yang ketiga manusia akan patuh pada otoritas, bila ia memiliki kesadarannya sendiri. Ini merupakan kepatuhan yang paling tinggi. Kesaadarn diri membutuhkan pengalaman, pendidikan, dan pengetahuan.

Kepatuhan itu tentunya membawa manfaat dalam hidup kita, yaitu pertama hidup kita akan menjadi lebih bermakna bagi diri sendiri yang membawa keselamatan dari situasi yang buruk, kedua hidup kita akan bermakna bagi sesama. Kita di dalamnya ikut membangun komunitas yang patuh sehingga membawa keselamatan juga pada orang lain. Serta yang ketiga adalah hidup kita lebih bermakna bagi semesta. Kita dapat berkontribusi bagi kelstarian lingkungan, berkontribusi untuk memelihara lingkungan, dan juga berkontribusi untuk mencegah kerusakan.

Begitulah kepatuhan yang bisa kita lakukan dengan penuh kesadaran. Kepatuhan yang dilandasi oleh iman, harapan, dan trelebih besar lagi karena kasih. Dalam kepatuhan kita mempunyai harapan bahwa semua akan menjadi semakin baik, dengan penuh iman kita meyakini janji Allah sedang digenapi, serta dengan sepenuh kasih kita menwujudkan kepatuhan kita sebagai bukti kasih kita akan diri kita, orang yang kita kasihi, sesama, bangsa, negara, tanah air, dan terlebih lagi adalah Tuhan.

Selamat Natal 2020. Tetap kita di dalam kepatuhan yang membawa keselamatan.

Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=GMiTS1gbcpk, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

 

 (Ch. Enung Martina)

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar