Doc pribadi (2015)
Duc In Altum
Ini adalah kali kedua saya misa bersama Paus Fransiskus. Misa pertama saya pada audiensi umum di lapangan Basilika St. Petrus, Vatikan, Roma, pada Rabu, 17 Juni 2015. Sembilan tahun yang silam, dan saya masih mengingat bacaan Injil hari itu. Bacaan yang diangkat tentang Yesus menyembuhkan anak janda dari Nain. Injil dibacakan dalam beberapa bahasa: Italia, Inggris, Latin, dan Arab.
Untung hari itu saya duduk bersebelahan dengan Romo Ignatius Ismartono, SJ, selaku pembimbing rohani kami selama berziarah. Padre Ignacio, begitu nama beken beliau selama berada di Italia, menjelaskan beberapa isi khotbah Paus karena diuraikan dalam bahasa Italia. Jadi saya bisa memahami isi khotbah tersebut. Ada beberapa kata Italia yang rada mirip-mirip dengan bahasa Inggris. Jadi saya bisa menyambungkan sendiri, lalu saya konfirmasi kebenarannya kepada Padre Ignacio.
Kami sangat bahagia karena pada audiensi itu, nama komunitas kami (Sekolah Santa Ursula dari Indonesia) disebut. Begitu nama kami disebut, dengan serentak kami berseru/berteriak: Yeee! Huuu! Sampai dilihat oleh orang-orang karena kami sangat heboh.
Sekarang, hari Kamis, 5 September 2024 saya berada di Gelora Bung karno (GBK), di tanah airku tercinta, mengikuti misa akbar Paus Fransiskus untuk kedua kalinya. Puji Tuhan tak terhingga. Tuhan begitu luar biasanya menyelenggarakan ini semua.
Saya tak pernah membayangkan akhirnya, Paus Fransiskus melawat kita semua, umat katolik, dan seluruh bangsa Indonesia. Saya bagaikan mimpi ketika saya mendapatkan kesempatan dari paroki saya, Villa Melati Mas untuk ikut dalam misa akbar. Tadinya saya berpikir, kalau tak mendapat kesempatan pun tak apa-apa, karena saya pernah ikut misa bersama Paus. Puji Tuhan lagi, satu anak saya bisa jadi peserta misa, dan satu lagi menjadi petugas sebagai putra altar dalam acara tersebut. Sungguh pengalaman yang langka.
Meskipun harus menunggu selama 5 jam untuk mengikuti Perayaan Ekaristi akbar, saya tak merasa lelah atau pun bosan. Saya sudah menyiapkan buku bacaan Mari Bermimpi : Jalan Menuju Masa Depan Yang Lebih Baik yang ditulis oleh Paus Fransiskus sendiri. Bayangan saya kalau saya bosan, saya bisa baca. Selain itu juga saya sudah menyiapkan sebatang coklat yang dibeli di Alfamart dekat rumah saya. Eh, ternyata coklat saya kena tilang…. Diambil petugas pintu masuk. Ya…sudah itung-itung beramal kasih coklat ke petugas. Bayangan saya, baca buku sambil mengulum coklat…. Nikmat betul!
Namun, saudara-saudari, semua yang direncanakan baca buku sambil makan coklat, keduanya tak terjadi. Di tempat duduk saya sempat membaca bagian pengantar buku (tanpa makan coklat), tetapi setelah itu ada rangkaian acara doa rosario, nyanyi lagu rohani, berdoa tolak hujan, ada doa taize dengan lagu-lagu yang saya kenal. Jadilah saya fokus pada rangkaian acara tersebut.
Ngomong-ngomong tentang doa taize, saya sudah sangat lama tak pernah berdoa dengan metode taize lagi. Terakhir saya doa taize saat saya masih di Gereja St. Monika sekitar tahun 1996-an. Sepertinya metode doa ini tak banyak digunakan lagi. Dulu Sr. Francesco saat retret guru-guru di Sukabumi, juga pernah menggunakan metode doa ini. Saya sangat menghayati berdoa dengan metode ini. Rasanya lebih khusyuk.
Pembawa acara, Romo Yustinus Ardianto, PR (Romo Yus) mengumumkan bahwa Bapa Paus akan segera memasuki GBK dengan melalui Stadion Madya terlebih dahulu. Posisi saya ada di Stadion Utama berseberangan dengan panggung utama. Posisi yang nyaman dan enak. Namun, panggung sangat mungil terlihat dari tempat duduk saya.
Akhirnya Paus tiba di GBK. Sorak sorai dan yel-yel sambutan berkumandang :
Viva Il Papa!
Viva Papa Francesco
Welcome to Indonesia Papa Francesco
Bienvenido Papa Fransesco
Yel-yel itu diulang-ulang, lalu disusul dengan lagi Kristus Jaya. Seluruh GBK bergetar dengan yel dan lagu pujian. Ternyata orang yang ikut merancang yel-yel tersebut ialah RD Pius Novrin Arimurti atau Romo Novrin. Beliau merupakan salah satu imam Keuskupan Agung Jakarta, yang pernah bertugas di paroki saya.
Mendengar dan ikut menyanyikan yel-yel serta lagu pujian Kristus Jaya, saya merinding dan terharu. Terutama saat menyanyikan lagu Kristus Jaya. Lagu ini menggambarkan pujian atas kemegahan dan keagungan Kristus. Lagu ini punya kenangan tersendiri bagi saya. Kristus Jaya pernah kami nyanyikan dengan penuh haru saat kunjungan ke Yerusalem pertama bersama rombongan Santa Ursula tahun 2008. Saat itu kami masuk melalui jalur bis dari Yordania dan masuk ke Tiberias. Kami dari Indonesia turun di Bandara Queen Alia, Yordania. Dari Yordania kami naik bis ke Israel menuju Tiberias. Saat kami memasuki kota Yerusalem setelah 3 hari berziarah di wilayah Tiberias (Galilea), kami menyanyikan beberapa lagu, salah satunya Kristus Jaya. Pastinya lagu Kristus Jaya mempunyai hubungan emosi tersendiri bagi saya.
Usai sambutan meriah, Paus menuju altar sebagai panggung utama. Mulailah persiapan menuju Ekaristi Akbar. Semua umat hening. Dan mulailah lagu pembuka perarakan masuk Dengan Gembira yang dipandu oleh 600 personel koor gabungan dari seluruh Indonesia.
Paus memulai dengan tanda kemenangan In nómine Patris, et Fílii, et Spíritus Sancti. Serentak seluruh umat menjawab : Amen. Dilanjutkan dengan sapaan pembuka : Pax vobis. Umat pun menjawab: Et cum spíritu tuo. Misa dilanjutkan sesuai dengan struktur misa yang berlaku. Misa dibawakan dalam bahasa Latin dan bahasa Indonesia, serta bahasa daerah pada saat doa umat. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa, Toraja, Manggarai, Batak Toba, Dayak Kanayatn, dan Malind (Merauke-Papua).Sepanjang Ekaristi Akbar berlangsung, semua umat berpartisipasi dengan khidmat.
Tibalah pada bacaan Injil yang diambil dari Luk. 5:1-11. Dua ayat yang bagi saya menjadi pesan utama adalah “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah
jalamu untuk menangkap ikan.” “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa. Tetapi atas perintahMu aku akan menebarkan jala juga.” (Luk.5:4-5)
Kisah Yesus bersama Petrus dan kawan kawan di Danau Genesaret mengundang saya untuk merenungkan tentang kerendahan hati untuk menjadi taat, keberanian untuk mengatasi keterbatasan diri, dan kerelaan untuk berbagi berkat dengan sesama. Saya masih sangat jauh dari itu. Saya belajar dari St. Pertrus. Simon Petrus adalah seorang nelayan. Pasti ia tahu di mana tempat yang banyak ikan di laut dan bagaimana cara menangkap ikan. Tetapi telah sepanjang malam dia dan teman-temaannya bekerja keras tetapi tidak mendapat ikan. ketika Yesus menyuruhnya untuk bertolak lebih dalam dan menebarkan jala lagi untuk menangkap ikan, Simon pun mengikutinya. Hasilnya, banyak sekali ikan yang ditangkap oleh Simon dan teman-temannya.
Di sini saya melihat dan belajar dari Simon sebagai seorang nelayan yang rendah hati dan taat. Karena kerendahan hati dan ketaatannya, ia dan teman-temannya bisa menangkap ikan dalam jumlah yang banyak sekali. Terkait dengan diri saya pun, jika saya mau taat dan setia pada Tuhan, saya pun akan mendapat kelimpahan berkat.
Pastinya untuk ‘bertolak ke yang lebih dalam’ , duc in altum, tidak akan mudah. Saya harus repot, saya harus berkorban di sana-sini, harus rendah hati, tak boleh gampang tersinggung, atau mementingkan ego saya. Saya sadar bahwa saya masih sangat jauh dari itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar