Rabu, 13 Maret 2019

SEBUAH MIMPI


MIMPI MENUJU STATSIUN KHERUGMA


Jam 02,48 dini hari, Kamis 14 Maret 2019. Terbagun dalam keadaan sadar=sesadar-sadarnya. Bangun dari pembaringan dan duduk perlahan menurunkn kaki untuk menapak lantai. Rupanya saya bermimpi. Mimpi yang menarik. Saya berada di suatu rumah yang entah rumah siapa. Menantikan bis yang akan membawa saya ke suatu tujuan. Saya sudah memesan bis tersebut dan memastikan bahwa saya akan menaikinya. Pemesanan melalui HP. Saya merasa sangat yakin bahwa saya pasti tak akan ditinggalkan oleh bis tersebut. Saya sudah berdandan dengan baju yang sepertinya baju kerja. Namun, saya belum memakai sepatu saya. Tiba-tiba seseorang memberitahu bahwa bis sudah dekat. Lantas bergegas saya menggunakan sepatu saya dan berlari ke pinggir jalan untuk mengahadang bis. Telat! Bis sudah menderu sekitar 10 meter di depan saya. Saya berteriak, tapi bis tetap melaju. Lantas beberapa lama kemudian ada bis lain di belakangnya. Namun, bis itu tidak lewat di jalan tempat saya berdiri. Ia langsung berbelok di tikungan sebelum menuju jalan kea rah saya. Kemabli saya berteriak-teriak. Namun, tetap bis tak melihat saya.

Saya kecewa dan jengkel sekali. Tiba-tiba teman saya Ibu Rini datang. Ia menyatakan bahwa untuk tiba di tempat yang ingin saya tuju ada alat transportasi lain yaitu kereta barang. Saya bisa mencegatnya dan menumpang kereta itu di perempatan jalan. Di sana kereta akan melambat maka biasanya orang-orang akan meloncat untuk menaikinya.

Saya merasa tersemangati karena ada harapan lain sampai di empat yang akan saya tuju. Hingga saya bangun tempat yang akan saya tuju tak jelas. Namun, saya merasa tempat tersebut tempat saya bekerja.

Akhirnya saya memutuskan diri untuk berjalan menuju perempatan tempat kereta api barang itu ada. Maka saya berjalan menyusuri jalan pedesaan itu. Benar saja saya melihat ada kereta barang yang lewat dan beberapa orang mulai menaikinya. Kereta itu berlalu. Saya jadi yakin bahwa kereta itu memang ada dan sewaktu-waktu bisa lewat.

Lantas saya berjalan lagi. Akhirnya saya menemukan ada jalan semacam rel. namun jalan itu sangat berkabut atau tepatnya penuh kepulan asap sehingga pemandangan tak begitu jelas. Saya merasakan bahwa ini memang jalan yang dimaksud. Saya mendengar akan ada satu kendaraan yang lewat di situ. Maka saya minggir ke tepi takut tertabrak.

Saya maasih melihat situasi. Tiba-tiba di antara kabut itu ada seorang perempuan yang memegang kertas. Saya mengira itu adalah tiket. Saya meminta kertas itu. Perempuan tersebut memberikannya pada saya. Dia memandang saya seolah ingin minta uang. Tapi tak terucap untuk meminta uang. Saya ragu memberi uang atau tidak. Tapi saya memutuskan tak memberinya uang.

Saya membawa kertas tersebut ke arah perempatan tempat orang-orang menghadang kereta barang. Saaya berjalan lagi. Dan tiba di sana. Benar saja banyak orang yang sudah mengantri di sana. Saya melihat mereka berbicara bukan dalam bahasa yang saya kenal. Mereka orang asing. Dugaan saya mereka turis. Saya melihat kebangsaan mereka dari sosok dan warna kulit mereka. Sepertinya mereka orang Asia (Jepang) dan perpaduan denga bule (Eropa atau Amerika).

Tiba-tiba ada seorang perempuan lain yang meminta kertas yang diberi perempuan sebelumnya. Ia menyatakan bahwa itu bukan karcis. Lantas dia menunjukkan karcis yang ada pada tangaannya. Saya meminta apakah saya boleh menukarnya. Ia mengangguk. Saya menukarkan kertas saya dengan karcis yang bentuknya seperti karcis pesawat. Saya memutuskan untuk memberi uang pada perempuan kedua. Saya menyorongkan uang selembar 20.000 yang warnanya masih sangat hijau karena itu uang baru. Perempuan itu menerimanya.

Karcis sudah ada di taangan saya. Lantas saya clingak-clinguk untuk mencari info tentang cara-cara saya naik. Kemudian saya melihat ada seorang laki-laki  petugas yang mengatur langsir kereta di sana di antara suasana temaram dan kabut sekitar saya. Dia menatap saya dan mengatakan satu kata yang tak begitu jelas. Saya membaca gerak bibirnya. Lantas saya mendengar sekilas bahwa  saya harus turun di statsiun Yoima atau Kherigma. Dua kata itu berseliweran di telinga dan otak saya.

Ketika saya bangun saya masih memikirkan 2 kata itu. Lantas saya memutuskan untuk bermeditasi karena saya tak bisa tidur lagi.

Dalam meditasi saya, impian tadi ahdir kembali. Lantas saya mengingat bahwa sore tadi saya sempat menangis di ruang cuci di alntai 2 rumah saya. Biasanya saya mencuci sore hari ketika saya selesai memasak dan membereskan lantai bawah rumah saya. Tempat cucian saya ada di lantai 2 karena sekalian ada tempat penjemuran. Biasanya saat saya menunggu mesin cuci membersihkan pakaian yang saya masukkan, saya akan duduk di sudut raunagn sambil bermeditasi sebisa saya. Tujuan meditasi saya untuk menimba energi karena dari pagi hingga sore saya pecicilan. Nah, ada kesempatan duduk sendiri di ruang cucian di antara tumpukan baju kotor dan derunya mesin cuci.

Saat meditasi sore itu, ingatan lantas tertuju pada peristiwa yang saya alami di tempat kerja. Hari itu memang sangat tidak nyaman bagi saya dan teman-teman sejawat. Perasaan itu muncul saat saya bermeditasi. Lantas saya mempertanyakan: Bapa, saya nggak ngerti dengan apa yang terjadi. Saya juga nggak ngerti tentang pribadi yang menjadi atasan/boss saya. Saya nggak ngerti kenapa cara yang diambil untuk mengingatkan seseorang dan memecahkan suatu masalah kok selalu mencari cara yang kasar dan menyinggung perasaan banyak orang. Saya merasa sangat lelah dan bosan. SAYA SUDAH TERLUKA. Saya sangat muak! Kini banyak orang yang juga terluka.  Saya mempertanyakan: Bapa adakah cara yang lebih baik dari yang selama ini digunakan. Bapa kepada siapa lagi kami harus bercerita? Kami tak punya tempat untuk mengadu. 
Senja itu, saya curhat pada Tuhan. Saya menangis dan masih dengan pernyataan: Saya tidak mengerti!

Rupanya kecamuk hati saya terbawa sampai ke mimpi. Namun, kala saya bermeditasi pada dini hari itu, saya merasakan bahwa Bapa Surgawi saya sangat mencintai saya. Saya menerjemahkan mimpi saya yang absurd itu dengan menghubungkannya dengan situasi saya dan pekerjaan saya di kantor/sekolah.

Pengertian dalam meditasi tentang mimpi saya tertuju pada 2 kata yang diucapkan laki-laki di tempat langsir kereta. Namun kata yang tertangkap yaitu kherigma. Saya teringat dengan kata itu. Kata itu saya ketik saat saya membuat laporan tahunan Legio Maria bulan Oktober tahun lalu (2018). Kherigma atau kherugma adalah salah satu bidang dari 5 hal yang harus dilakukan oleh seorang legioner. Sebenarnya itu merupakan pancatugas Gereja.  Kelima hal itu adalah: liturgia, kherugma (pewartaan), martyria (pengorbanan), koinonia (persekutuan, dan diakonia (pelayanan).  

Dalam meditasi itu, saya tercekat. Karena pengertian saya dibawa bahwa saya harus turun di Statsiun Kherigma untuk melanjutkan ke tempat tujuan saya yang berikutnya. Laki-laki di tempat langsir kereta tahu bahwa saya akan menuju suatu tempat. Tapi saya harus turun dulu di Statsiun Kherigma untuk bisa sampai di tempat yang akan saya tuju. Dari Statsiun Kherigma itu akan ada kereta lain yang membawa saya ke tempat tujuan saya.

Di pagi buta itu saya merasa betapa Bapa Surgawi mencintai saya dengan sepenuh hati. Betapa dia memberikan penghiburan dan petunjuk kepada saya. Pertanyaan dan kegalauan saya kala senja kemarin di tempat cucian itu,  jawabannya adalah permasalahan kamu harus dibawa dalam kherigma. Statsiun Kherigma adalah statsiun untuk melanjutkan ke satu tujuan yang dikehendaki oleh Bapa Surgawi.

Saya tahu bahwa saya tiap hari berdoa. Namun, Bapa Surgawi menghendaki doa saya jauh lebih intens dan lebih dalam daripada yang selama ini saya lakukan. Saya harus duc in altum melebihi dari yang saya lakukan selama ini. Selain itu saya juga diharapkan menjadi pewarta kabar sukacita. Saya diharapkan menjadi orang yang membawa suka cita di antara orang-orang yang saya temui. Bukan orang yang membawa kepanikan atau kesedihan. namun, membawa terang yang membuat orang mempunyai harapan. Jawaban dari pertanyaan saya akan ditunjukkan oleh Dia. Juga ke amna saya harus menuju akan ditunjukkan setelah saya melalui Statsiun Kherigma.

Sementara kata Yaoma ketika saaya cari maknanya di internet ini yang saya dapat:

Yaoma-Yaoma (permainan tradisional)

Cara memaninkannya: Ini merupakan permainan yang saling mengadu nyanyian. Dua kelompok anak masing-masing bergandeng dengan kelompoknya lalu secara bergantian menyanyikan semboyan Kami ini orang kaya yaoma-yaoma. Kemudian kelompok lain membalas Kami ini orang miskin yaoma-yaoma. Titik penghabisan permainan ini adalah ketika salah satu kelompok yang mengaku miskin menyanyikan semboyan bahwa mereka menginginkan anak dari kelompok yang kaya, atau sebaliknya. Di antara yang kaya dan yang miskin sama-sama boleh meminta anak ataupun memberikan anak. Hingga habislah anak mereka, permainan akan diulang kembali. (http://sayangianak.com/mainan-anak-yang-jarang-dimainkan-oleh-anak-masa-kini-dan-cara-memainkannya/)

Apa maknanya bagi saya? Saya belum merenungkannya lebih jauh. (Ch. Enung Martina)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar