IMAN DAN MUJIJAT
“ Marilah kita kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus yang memimpin kita ke dalam iman…” (Ibrani 12:2)
Tuhan sedang menulis kisah tentang iman melalui kehidupan kita. Apakah yang akan diceritakan-Nya?
Akankah itu akan menajdi catatan kemenangan atas tantangan seperti kisah Perjanjian Lama tentang Yusuf?
Atau sebuah tragedi yang berubah menjadi sukacita, seperti cerita anak yang hilang?
Apa pun yang diceritakan oleh catatan kita , jika kita mengasihi Tuhan, akhir hidup kita tidak perlu dipertanyakan. Mereka yang mengasihi DIA akan berakhir di surga, terlepas dari segala pencobaan mereka di bumi. Jalan yang panjang dan melelahkan berakhir di tangan-Nya. Hari ini, tulislah satu bab di dalam cerita iman kita, dari kasih Tuhan yang mengagumkan.
“ Sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya bukan karena melihat.” (2Kor 5:7)
Ada lebih dari satu ara untuk melihat. Kita memandang dunia di sekeliling kita dengan mata kita. Namun, dengan melakukan seperti ini, kita tidak melihat segala hal yang ada di dalam hidup. Semua hal yang kita lihat dengan iman, tidak dapat dipandang dengan mata jasmani kita.
Iman membuka pintu mujizat kalau kita benar-benar menyentuh-Nya maka mujizat benar-benar akan mengalir daripada-Nya. Begitu kata seoang pendeta yang bernama Agus Vianus dalam bukunya yang aku baca.
Bila kita mencari anak kunci untuk membuka pintu surga dan membuat kita dapat memasuki alam penuh mujizat di atas bumi ini, maka salah satu kunci terampuh yang pernah dimiliki oleh manusia adaah seperti yang dimiliki oleh perempuan yang menderita sakit pendarahan selama 12 tahun. Perempuan itu berusaha menyentuh jubah Yesus saat banyak orang berdesakan. Dan seperti yang digambarkan dalam Injil, Yesus merasakan bahwa ada yang menyentuh jubah-Nya dan ada energi berkat yang keluar dari diri-Nya. Anak kunci itu, kita sebut saja IMAN PEMBAWA MUJIZAT.
Mujizat tidak ditentukan oleh banyaknya kita ‘menyentuh’ Yesus sehingga DIA menjawab doa kita. atau kita menganggap diri kita sedang menyentuh Yesus melalui puasa yang panjang sehingga setelah puasa itu berakhir, kita pasti menerima jawaban atas permohonan kita.
Kita juga melakukan doa dan puasa di dalam hidup kita, Tuhan Yesus sangat menghargai semua itu. Namun, itu semua hanya merupakan sentuhan yang biasa saja., seperti orang banyak yang mengerumuni Yesus dan menyentuh-Nya. Tidak lebih dari itu, hanya Menyentuh-Nya. namun, berbeda dengan perempuan penderita pendarahan tadi, ia lebih dari sekedar menyentuh, tetapi sentuhannya menghasilkan sebuah mujizat.
Ketika perempuan pendarahan itu menyentuh ujung juabah Yesus , itu merupakan titik temu antara imannya dan mujizat yang dibutuhkannya.
Sentuhan yang menghasilkan sebuah mujizat adalah sentuhan yang disertai oleh iman. Doa dan puasa yang disertai oleh iman adalah sentuhan yang membawa mujizat.
Sentuhan yang dilakukan si perempuan itu hanya merupakan sebuah fasilitas iman bagi terjadinya mujizat. Mujizat terjadi ketika iman kita berkata bahwa melakukan sentuhan kali ini kita akan menerima mujizat.
Iman merupakan faktor penting dalam terjadinya sebah mujizat. Iman memerlukan aksi karena iman dan perbuatan adaah pemicu mujizat.
“Demikian juga halnya dengan iman: jika iman itu tidak disertai dengan perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” (Yakobus 2:17)
Ketika perempuan itu beriman, maka ia bertindak untuk dapat memperoleh apa yang diimaninya. Hanya iman yang sejati yang dapat menghasilkan mujizat yang sejati pula. Iman yang sejati adalah sesuatu yang mendasar untuk melihat mujizat Allah atau janji-janji Tuhan yang terjadi di dalam hidup kita.
Teh Enung Martina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar