Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan(Yeremia 29:11).
Setiap orang mempunyai salibnya untuk dipikulnya. Karena ada tertulis : barang siapa tidak memikul salibnya sendiri dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi pengikutKu (Luk.14:27.
Kita tidak diperintahkan untuk memikul salib yang lain, tetapi salib kita sendiri. Salib itu sudah disesuaikan dengan tubuh kita. Dengan pertolongan Allah, kita pasti mampu memikulnya.
Hanya pada saat saya memikul itu terkadang saya sering mengandalkan strategi sendiri. Karenanya saya merasa kelelahan. Saya sering lupa bahwa ada strategi-Nya. Strategi-Nya tak bisa kita tebak.
Untuk menjalani hidup ini pun juga mempunyai strategi. Saya mempunyai bebagai cara untuk bisa meraih tujuan saya. Saya dianugrahi Tuhan dengan akal budi untuk menyiasati hidup. Namun, terkadang saya terlalu percaya diri dengan strategi yang saya buat untuk menghadapi hidup saya sehingga melupakan bahwa ada rancangan Tuhan di atas rancangan dan strategi saya.
Saya mengalami bila strategi yang saya jalankan itu sukses, saya merasa senang dan tentu saja bangga. Namun, kebalikannya bila strategi itu gagal, saya menjadi kecewa dan terkadang bingung.
Tuhan adalah pemain catur yang maha hebat. Strategi Tuhan memang sering susah saya pahami. Sebagai pion, saya menurut saja pada Pengatur Strategi Agung. Tuhan mengarahkan hidup saya dengan berbagai cara maju, mundur, menyamping, atau melompat. Namun, saya percaya bahwa tujuannya satu, yaitu: Untuk menang.
Dengan demikian saya semakin yakin bahwa strategi untuk memikul salib saya adalah juga mengandalkan pada kekuatan-Nya bukan pada kekuatan saya. Dengan mengosongkan kekuatan diri , maka kuasa Tuhan yang luar biasa itu mengalir memenuhi hidup saya. Dengan kekuatan itu, saya dapat melakukan berbagai perkara.
Kekuatan itu disediakan-Nya bagi saya dan Anda yang mengasihi-Nya. Satu penghalang yang menyebabkan kekuatan dan kuasa Allah tidak bekerja dalam diri saya adalah kekuatan saya sendiri. Saya terlalu mengandalkan kekuatan diri saya sendiri. Saya terlalu sombong dan terlalu percaya diri. Akhirnya saya merasa kelelahan dalam perjalanan saya. Semuanya terasa berat dan menjadi beban.
Baiklah, saya akan mengatur strategi untuk supaya saya tidak kelelahan dan energi positif selalu ada dalam diri saya, bahkan bisa mengalir bagi orang lain. Caranya tentu saja dengan hanya mengandalkan diri saya pada kekuatan-Nya dan bukan pada kekuatan diriku saja. Ustadz di mesjid Al Muhajirin dekat rumah saya berkata: Laa haula walaa quwwata illa billahil'aliyyil'adziim
yang terjemahannya kira-kira: Tiada daya dan kekuatan melainkan dari Tuhan Semesta Alam yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Begitu kata Pak Ustadz. Dan saya setuju sekali dengan perkataannya.
Ch. Enung Martina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar