Bekerja!!! Bekerja!!! Bekerjaaaa!!!!.itu
mah slogan kabinet Bapak Jokowi.
Slogan itu baik untuk memberi semangat orang agar giat
bekerja. Namun, ada orang yang lantas mengkritisi, katanya bekerja melulu kapan
berpikirnya. Bekerja juga perlu dipikirkan dengan baik, dikonsep dengan baik,
tidak asal bekerja. Itu mungkin yang dimaksud bekerja dengan cerdas. Selain
bekerja dengan cerdas, juga kita hendaknya bekerja dengan tangkas, dan tambah
satu lagi agar rimanya kena yaitu bekerja dengan iklas. Sehingga slogan itu
akan menjadi nampak sempurna dan bersajak sama menjadi : Bekerja dengan cerdas, tangkas,
dan iklas!
Menjalani tangung jawab untuk hidup memang
berat,ketika kita dituntut untuk mendapatkan sebuah pekerjaan. Pekerjaan pun
kadang sangat tidak cocok dengan apa yang kita inginkan. Mungkin pekerjaan yang
didapatkan tidak sesuai dengan bidang
kita mengingat untuk medapatkan sebuah pekerjaan sekrang ini sangatlah sulit. Apalagi
bila tanpa di bekali pengalaman-pengalaman yang kita punya yang di butuhkan
oleh perusahaan atau lembaga tempat kita bekerja, memang akan sangat sulit ketika
menjalaninya.
Apa sih sebenarnya yang kita ingin kan dalam bekerja?
Jawabanya bisa banyak, antara lain mencari sesuap nasi, kesejahteraan,
prestise, kepuasan diri, pengakuan/ pembuktian diri, agar bertambah kaya,
mencari segegnggam berlian, sampai pada pelayanan. Apa pun alasan saya dan Saudara
dalam bekerja, tetapi yang jelas kenyamanan dalam bekerja kunci utama untuk
bergabung di dunia kerja.
Untuk menciptakan kenyamanan dalam bekerja tentunya
banyak faktor yang mempengaruhinya, fasilitas kantor, letak tempat bekerja,
pimpinan/boss, dan teman kerja. Namun, yang paling utama untuk menciptakan
kenyamanan itu bekerja adalah diri kita sendiri. Selengkap apa pun fasilitas,
jarak yang terjangkau, sebaik apa pun pemimpin, dan sesolid apa pun teman
kerja, tetapi bila diri kita tidak mempunyai hati untuk bekerja, semuanya tak
akan membuat kita nyaman. Akhirnya hal yang sebenarnya nyaman pun akan terasa
tidak nyaman. Karena kenyamanan itu bersumber dari diri kita untuk menerima
keadaan diri kita dan yang ada di luar kita.
Hati yang bagaimanakah yang bisa membuat bekerja itu
nyaman? Salah satunya adalah hati yang iklas dalam bekerja. Ada sebuah wejangan
para pini sepuh yang bunyinya seperti ini:
‘Sebetulnya rezeki
itu ngintil orang yang rajin dan iklas bekerja.Yang iklas bekerja diintai oleh
mata rezeki. Yang bekerja cimit-cimit slalu mengharap rezeki tiba. Rezeki tiba
pada siapa malas dan rajin , kaya dan miskin, bodoh dan pintar seperti rezeki dan
celaka, mubrah (kesia-siaan) dan
barokah, tetapi rezeki barokah slalu pada yang rajin dan iklas
bekerja.’
Wejangan di atas kira-kira mau
mengatakan kepada kita bahwa Tuhan itu memberikan rejeki kepada siapa pun –
semua umatnya, tanpa pandang bulu. Namun, bagi orang yang bekerja dengan rajin
dan tulus-iklas, berkat dan rejeki akan berlimpah.
Mari kita melihat kata iklas dari berbagai sumber yang
pernah saya baca!
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia ikhlas adalah:
tulus hati, bersih hati.
Tulus : sungguh dan bersih hati (benar-benar keluar
dari hati yang suci), jujur, tidak pura-pura, tidak serong, tulus hati, tulus
iklas.
syarat
iklas:
1. Atas dasar rasa sayang terhadap diri sendiri dan sesama
2. Hanya diri sendiri yg tahu.
3. melepas dengan merasakan lega,plong dan nikmat.
4. melepas dengan segera,tidak menunda.
5.lupakan dan tidak mengungkit kembali
6.melepas tanpa harap imbalan iklas,tidak mengenal balas jasa,berharap dari
1. Atas dasar rasa sayang terhadap diri sendiri dan sesama
2. Hanya diri sendiri yg tahu.
3. melepas dengan merasakan lega,plong dan nikmat.
4. melepas dengan segera,tidak menunda.
5.lupakan dan tidak mengungkit kembali
6.melepas tanpa harap imbalan iklas,tidak mengenal balas jasa,berharap dari
orang yg sudah kita beri.
Iklas
bekerja,adalah kita benar-benar merasakan dan menikmati bekerja itu sebagai
sarana optimalisasi kemampuan diri dalam rangka ibadah, menjadi berkat bagi
orang lain dan keluarga. Kita bekerja,dengan mengeluarkan segala kemampuan
kita,tanpa ada paksaan dari manapun. Kita bekerja dengan sepenuh hati,sesuai
dengan profesi kita masing-masing.
Bekerja dengan penuh rasa iklas dan penuh tangung
jawab serta mencintai pekerjaan kita yang kita jalani sekarang ini, maka
bekerja akan menjadi lebih bersemangat. Tanpa kita mencintai pekerjaan kita, pekerjaan
akan menjadi terasa berat dan menjadi beban. Kalau kita bekerja
yang ada dalam pikiran kita hanya nunggu tanggal gajian, maka yang akan kita
dapat mungkin hanya gaji tersebut, akan tetapi kalau yang kita cari adalah
keiklasan maka kita memberikan makanan pada jiwa kita.
Saya jadi teringat kadang
saya bersungut-sungut ketika melakukan pekerjaan saya dan menyalahkan ini itu
di luar diri saya. Pekerjaan saya menjadi tambah berat dan orang lain kena
dampaknya dari ulah negatif saya. Saya menjadi penebar aura negatif. Jadi
ketika saya harus mblusuk-mblusuk
mencari soal di bawah tangga untuk ulangan sususlan anak, saya tidak jadi
ngomel karena ingat konsep iklas. Hanya dongkol saja. Lantas ingat lagi syarat
iklas di atas bahwa kita harus rela melepas. Maka rasa dongkol pun saya
lepaskan. Saya iklas mencari soal. Titik. Tidak usah menyalahkan pegawai TU
yang mengomel dan cuci tangan, Kepala Sekolah, anak yang ikut susulan, atau
sistem yang agak kacau.
Bekerja dengan iklas ternyata itu enak.
Bekerja dengan iklas itu ternyata nyaman.Bekerja dengan iklas itu membuat hidup
lebih indah. Nikmati pekerjaan, ada ataupun tiada pimpinan. Dinilai ataupun
tidak dinilai iklas saja. Diberi apresiasi ataupun tidak. Iklas saja. Itu saja.
Ko,k ya enak gitu !!!
Saya hanya bisa mengatakan: mari
kita bekerja dengan iklas ada atasan atau tidak, kita tetap bekerja dengan baik.
Kalau kita bekerja hanya karna atasan saja, kepribadian, kualitas diri, dan keimanan kita yang dipertanyakan karna
sebagai orang yang beriman yang kita harapkan bukan pengawasan manusia, melainkan kesadaran
bekerja untuk Tuhan jauh lebih utama karena Allah maha melihat dan maha mengetahui jauh
sampai ke hati.
(Ch.
Enung Martina)