Kamis, 21 Mei 2015

BEKERJA DENGAN IKLAS

        Bekerja!!! Bekerja!!! Bekerjaaaa!!!!.itu mah slogan kabinet Bapak Jokowi.
Slogan itu baik untuk memberi semangat orang agar giat bekerja. Namun, ada orang yang lantas mengkritisi, katanya bekerja melulu kapan berpikirnya. Bekerja juga perlu dipikirkan dengan baik, dikonsep dengan baik, tidak asal bekerja. Itu mungkin yang dimaksud bekerja dengan cerdas. Selain bekerja dengan cerdas, juga kita hendaknya bekerja dengan tangkas, dan tambah satu lagi agar rimanya kena yaitu bekerja dengan iklas. Sehingga slogan itu akan menjadi nampak sempurna dan bersajak sama menjadi : Bekerja dengan cerdas, tangkas, dan iklas!

     Menjalani tangung jawab untuk hidup memang berat,ketika kita dituntut untuk mendapatkan sebuah pekerjaan. Pekerjaan pun kadang sangat tidak cocok dengan apa yang kita inginkan. Mungkin pekerjaan yang didapatkan tidak  sesuai dengan bidang kita mengingat untuk medapatkan sebuah pekerjaan sekrang ini sangatlah sulit. Apalagi bila tanpa di bekali pengalaman-pengalaman yang kita punya yang di butuhkan oleh perusahaan atau lembaga tempat kita bekerja, memang akan sangat sulit ketika menjalaninya.

      Apa sih sebenarnya yang kita ingin kan dalam bekerja? Jawabanya bisa banyak, antara lain mencari sesuap nasi, kesejahteraan, prestise, kepuasan diri, pengakuan/ pembuktian diri, agar bertambah kaya, mencari segegnggam berlian, sampai pada  pelayanan. Apa pun alasan saya dan Saudara dalam bekerja, tetapi yang jelas kenyamanan dalam bekerja kunci utama untuk bergabung di dunia kerja.

     Untuk menciptakan kenyamanan dalam bekerja tentunya banyak faktor yang mempengaruhinya, fasilitas kantor, letak tempat bekerja, pimpinan/boss, dan teman kerja. Namun, yang paling utama untuk menciptakan kenyamanan itu bekerja adalah diri kita sendiri. Selengkap apa pun fasilitas, jarak yang terjangkau, sebaik apa pun pemimpin, dan sesolid apa pun teman kerja, tetapi bila diri kita tidak mempunyai hati untuk bekerja, semuanya tak akan membuat kita nyaman. Akhirnya hal yang sebenarnya nyaman pun akan terasa tidak nyaman. Karena kenyamanan itu bersumber dari diri kita untuk menerima keadaan diri kita dan yang ada di luar kita.

       Hati yang bagaimanakah yang bisa membuat bekerja itu nyaman? Salah satunya adalah hati yang iklas dalam bekerja. Ada sebuah wejangan para pini sepuh yang bunyinya seperti ini:
‘Sebetulnya rezeki itu ngintil orang yang rajin dan iklas bekerja.Yang iklas bekerja diintai oleh mata rezeki. Yang bekerja cimit-cimit slalu mengharap rezeki tiba. Rezeki tiba pada siapa malas dan rajin , kaya dan miskin, bodoh dan pintar seperti rezeki dan celaka, mubrah (kesia-siaan)  dan barokah, tetapi  rezeki barokah slalu pada yang rajin dan iklas bekerja.’

    Wejangan di atas kira-kira mau mengatakan kepada kita bahwa Tuhan itu memberikan rejeki kepada siapa pun – semua umatnya, tanpa pandang bulu. Namun, bagi orang yang bekerja dengan rajin dan tulus-iklas, berkat dan rejeki akan berlimpah.

       Mari kita melihat kata iklas dari berbagai sumber yang pernah saya baca!
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia ikhlas adalah: tulus hati, bersih hati.
Tulus : sungguh dan bersih hati (benar-benar keluar dari hati yang suci), jujur, tidak pura-pura, tidak serong, tulus hati, tulus iklas.
syarat iklas:
1. Atas dasar rasa sayang terhadap diri sendiri dan sesama
2. Hanya diri sendiri yg tahu.
3. melepas dengan merasakan lega,plong dan nikmat.
4. melepas dengan segera,tidak menunda.
5.lupakan dan tidak mengungkit kembali
6.melepas tanpa harap imbalan iklas,tidak mengenal balas jasa,berharap dari  
   orang yg sudah kita beri.

       Iklas bekerja,adalah kita benar-benar merasakan dan menikmati bekerja itu sebagai sarana optimalisasi kemampuan diri dalam rangka ibadah, menjadi berkat bagi orang lain dan keluarga. Kita bekerja,dengan mengeluarkan segala kemampuan kita,tanpa ada paksaan dari manapun. Kita bekerja dengan sepenuh hati,sesuai dengan profesi kita masing-masing.

       Bekerja dengan penuh rasa iklas dan penuh tangung jawab serta mencintai pekerjaan kita yang kita jalani sekarang ini, maka bekerja akan menjadi lebih bersemangat. Tanpa kita mencintai pekerjaan kita, pekerjaan akan menjadi terasa berat dan menjadi beban. Kalau kita bekerja yang ada dalam pikiran kita hanya nunggu tanggal gajian, maka yang akan kita dapat mungkin hanya gaji tersebut, akan tetapi kalau yang kita cari adalah keiklasan maka kita memberikan makanan pada jiwa kita.

     Saya jadi teringat kadang saya bersungut-sungut ketika melakukan pekerjaan saya dan menyalahkan ini itu di luar diri saya. Pekerjaan saya menjadi tambah berat dan orang lain kena dampaknya dari ulah negatif saya. Saya menjadi penebar aura negatif. Jadi ketika saya harus mblusuk-mblusuk mencari soal di bawah tangga untuk ulangan sususlan anak, saya tidak jadi ngomel karena ingat konsep iklas. Hanya dongkol saja. Lantas ingat lagi syarat iklas di atas bahwa kita harus rela melepas. Maka rasa dongkol pun saya lepaskan. Saya iklas mencari soal. Titik. Tidak usah menyalahkan pegawai TU yang mengomel dan cuci tangan, Kepala Sekolah, anak yang ikut susulan, atau sistem yang agak kacau.

    Bekerja dengan iklas ternyata itu enak. Bekerja dengan iklas itu ternyata nyaman.Bekerja dengan iklas itu membuat hidup lebih indah. Nikmati pekerjaan, ada ataupun tiada pimpinan. Dinilai ataupun tidak dinilai iklas saja. Diberi apresiasi ataupun tidak. Iklas saja. Itu saja. Ko,k ya enak gitu !!!

     Saya hanya bisa mengatakan: mari kita bekerja dengan iklas ada atasan atau tidak, kita tetap bekerja dengan baik. Kalau kita bekerja hanya karna atasan saja, kepribadian, kualitas diri,  dan keimanan kita yang dipertanyakan karna sebagai orang yang beriman yang kita harapkan bukan  pengawasan manusia, melainkan kesadaran bekerja untuk Tuhan jauh lebih utama karena  Allah maha melihat dan maha mengetahui jauh sampai ke hati.


(Ch. Enung Martina)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar