TERDAMPAR
DI DUBAI
Tak
ada yang kebetulan dalam hidup ini. Begitulah orang-oang bijak berkata. Demikian
pula dengan judul tulisan ini. Dalam perjalanan rombongan para guru dan tata
usaha Santa Ursula BSD, kami mengalami terdampar di Dubai. Hal ini terjadi
karena pesawat EMIRATES dengan penerbangan
EK357 pada tanggal 15 Juni 2015 dari Sukarno Hatta menuju Roma, yang
sedianya hanya akan singgah di Dubai sekitar 4 jam, ternyata berubah menjadi 11 jam karena ada
kebakaran kecil di bandara Roma yang mempengaruhi pada oprasi Emirates di sana.
Ini artinya kami transit di Dubai hampir seharian. Dan itu berarti pula kami
menginap di hotel transit Dubai. Kami boarding pukul 17.10 dan pesawat
berangkat pukul 17.35. Penerbangan Jakarta – Dubai memakan waktu sekitar 7 jam.
Perbedaan waktu Jakarta - Dubai 3 jam. Kami tiba di Dubai sekitar pukul 24.35
waktu Indonesia bagian Barat atau pukul 21.35 waktu Dubai. Pastinya mata kami
sudah sangat berat dan perih karena mengantuk. Meskipun tidur di pesawat,
tetapi pastinya tak akan sesempurna di tempat tidur.
Bandara Internasional Dubai adalah
bandara yang melayani penerbangan internasional sekaligus menjadi tempat
singgah beberapa penerbangan internasional. Bandara yang megah ini tak pernah tidur. Menurut Wikipedia Bandara
Internasional Dubai dirancang pada tahun 1959, saat Sheikh Rashid bin Saeed Al
Maktoum mengorder konstruksi
bandara tersebut. Bandara ini diresmikan pada tahun 1960 dengan
penerbangan pesawat DC-3 dan menjadi rumah bagi 9 maskapai
penerbangan. Saat ini Bandar
ini menangani semua jenis pesawat.
Bandara
Internasional Dubai sekarang sudah mengalami ekspansi besar dengan konstruksi
terminal 3 dan landasan pacu baru yang memiliki lebar 60 m. Ekspansi ini
membuat nyaman pesawat Airbus A380, yaitu sebuah pesawat berbadan
lebar dua tingkat, dengan empat mesin yang mampu memuat 850 penumpang dalam konfigurasi
satu kelas atau 555 penumpang dalam konfigurasi tiga kelas. Bandara ini juga mengalami ekspansi untuk membangun 2 stasiun di
Green Line dari Dubai
Metro yang
dibangun secara kompleks. Sistem metro ( Rapid transit) adalah angkutan cepat, kereta bawah tanah,
yaitu sebuah jalur rel penumpang listrik di wilayah dalam kota dengan kapasitas
dan frekuensi yang tinggi. Sistem ini memisahkan jalur dari sistem
transportasi lainnya. Sistem angkutan cepat umumya ditempatkan di terowongan
bawah tanah atau rel melayang yang berada di atas tanah. Satu stasiun
dibangun pada Terminal 1 dan yang lainnya dibangun pada Terminal 3. Sistem
Metro operasinya dimulai sejak tahun 2012. Pokoknya sangat canggih dan membuat
saya terbengong-bengong karena kagum dan tidak mengerti.
Selain itu di
bandara ini secara luas diketahui umum sebagai surga
perbelanjaan Duty Free (toko yang menjual barang impor kepada pembeli yang
meninggalkan negara tersebut tidak dikenakan pajak atau tambahan lain) terbaik di dunia. Barang dengan harga
menarik dan kualitas terbaik berputar di sini. Ada banyak toko di antara
Bandara Internasional Dubai dengan branded internasional pula. Yang doyan
belanja di sinilah sorganya.
Lanjutkan
kisahnya karena nanti kita terjebak di pertokoan di bandara nan super wah ini.
Kami akhirnya mendapatkan penginapan setelah sekian lama dibawa ke sana ke mari
untuk mengurusi birokrasi ijin menginap. Lama sekali proses ini berjalan, lebih
dari satu jam. Baru pukul 23.30 waktu Dubai, kami bisa mendapatkan angkutan
menuju hotel transit kami. Di hotel, masih dilanjutkan mengantri kunci.
Akhirnya pukul 24.30, kami mendapatkan kunci kamar masing-masing. Sesudah
bersih-bersih, akhirnya pukul 01.00 pagi kami bisa beranjak tidur. Kamar
hotelnya nyaman. Apalagi bagi kami yang sudah mengalami pengembaraan
lebih dari sehari itu.
Hotel itu
membuka sarapan puku 07.00 waktu setempat. Aneka macam makanan Timur-Tengah dan
Eropa bisa kita pilih untuk sarapan. Buah-buahan sangat segar. Terutama apelnya
sangat renyah dan manis. Rotinya juga empuk dan masih hangat. Bagi penggemar
daging, sosis dan daging asap menjadi pilihan terbaik. Luar biasa. Kami masih
punya waktu lama di Dubai karena penerbangan baru pukul 15.00 waktu Dubai.
Diputuskan bahwa rombongan akan mengikuti city tour dengan bis
yang disediakan hotel. Tentunya dengan bayaran ekstra untuk acara ini. Meskipun kami tak sempat mengunjungi semua objek wisata di Dubai, tetapi
bagi saya terutama, ini luar biasa. Saya bisa mengetahui Dubai lebih
banyak lagi, tidak hanya sekedar di sekitar hotel.
Dubai adalah
salah satu emirates (negara bagian) dari 7 bagian Uni Emirat Arab. Enam emirat
yang lain adalah Abu
Dhabi, Ajman, Fujairah, Ras al-Khaimah, Sharjah, dan Umm al-Qaiwain. Dubai terletak di pantai Teluk Persia di
Uni Emirat Arab dan terletak 16 m di atas permukaan laut. Hampir 85% lebih orang yang tinggal di Dubai ini adalah
ekspatriat, alias bukan warga lokal. Beragam suku dan ras ada di sini. Kota
Dubai adalah pelabuhan pedagang penting, khususnya dari India, banyak di
antaranya menetap di kota itu. Dubai dikenal karena ekspor permatanya hingga
1930-an. Kata pemandu yang menjelaskan di bis katanya Dubai memiliki iklim panas dan, pada beberapa
waktu, lembap (kering selama panas yang ekstrim) dengan banyak bulan mencatat
temperatur di atas 40 °C. Temperatur yang pernah tercatat di Dubai adalah
47.3 °C. Curah hujan sangat sedikit.
Dalam hal ekonomi, Dubai termasuk emirat yang kaya. Terbukti dari pembangunannya yang gila-gilaan itu. Beberapa bangunan yang menggemparkan dunia antara lain adalah Burj al-Arab merupakan hotel mewah berbintang 7 yang berada di kawasan beachfront Dubai. Dinobatkan sebagai satu-satunya hotel bintang 7 di dunia. (Bintang 5 aja sudah keren, bagaimana dengan bintang 7 ya?). Tidak sembarangan orang bisa masuk ke hotel ini, hanya untuk tamu yang sudah reservasi saja. Untuk yang ingin merasakan menginap di Burj Al Arab, siap-siap saja merogoh kocek 5.300-an dirham atau sekitar Rp. 20.000.000,- per malam. Bangunan Burj al-Arab, dirancang oleh Tom Wright, yang ketinggiannya mencapai 321 meter, serta memiliki 66 lantai. Salah satu tempat wisata di Dubai ini merupakan bangunan tertinggi yang seluruhnya difungsikan sebagai hotel. Bangunan tersebut berdiri pada sebuah pulau buatan yang berada pada jarak 280 meter dari lepas pantai di Teluk Persia. Burj al-Arab sendiri dimiliki oleh Jumeirah. Bangunan ini telah dianggap sebagai sebuah bangunan spektakuler oleh orang-orang di bidang pariwisata. Bangunan ini juga dibuat sebagai penyaing untuk hotel-hotel yang ada di dunia.
Burj al Arab
Bangunan kedua
adalah Burj Khalifa. Bangunan ini merupakan tempat wisata di Dubai yang
memiliki arsitektur tertinggi dan paling menakjubkan di dunia. Menara Burj
Khalifa memiliki tinggi 153 Lantai, hingga biasa di sebut-sebut menyentuh
langit di kota Dubai. Bangunan spektakuler ini termasuk Bagian dari Hotel,
Ruang kantor, hunian apartemen dengan semua fasilitas kemewahannya.
Bangunan di Jumeriah Beach
Sebetulnya ketika saya berselncar di dunia maya, begitu banyak tempat wisata di Dubai. Namun, tentu saja tidak sempat kami kunjungi karena keterbatasan waktu kami. Selain itu, Dubai memamng tak ada pada agenda kami. Beberapa tempat lain yang memukau dan tak sempat kami kunjungi adalah Miracle Garden, Bastakia Quarter, Dubai Museum, Naif Market, Dubai Marina, Madinat Jumeirah, Deira City Center, Dubai Mall, Emirates Mall, Ibnu Batutta Mall, Mall of the Emirates dll.
Namun, rombongan
kami sempat mengunjungi sebuah mesjid dengan arsitektur nan menawan. Mesjid itu
kubahnya berwarna biru. Mungkin pembuatan mesjid itu terisnpirasi oleh Mesjid
Kubah Biru di Istambul yang melegenda itu. Mesjid itu bernama Masjid Al Farooq
Omar Bin Al Khattab. Dari sumber yang saya baca Masjid ini resmi dibuka
pada tanggal 29 Juli 2011.
Blue Mosque ini berada di belakang Emarat petrol station dan
di dekat persimpangan kedua Shaikh Zayed Road. Selain menawarkan
suasana yang nyaman dan tenang khas tempat ibadah, Masjid Al Farooq Omar
Bin Al Khattab menawarkan keunikan desain yang tidak lain merupakan perpaduan
peradaban Islam yang begitu luar biasa. Ya, masjid megah Dubai yang satu ini
dibangun dengan desain perpaduan antara gaya Ottoman dan gaya arsitektur
Andalusia. Tepatnya struktur masjid dibangun berdasarkan pada gaya masjid Turki
di era Ottoman dengan internal dekorasi, kaligrafi dan prasasti diambil dari
the Moorish style of Islamic Spain.
Blue Mosque
Begitulah
perjalanan kami di Dubai. Karena terdampar, kami menjadi mempunyai pengalaman
dan wawasan tentang bagaimanakah Dubai. Dubai memang menawan dan menjadi kota
metropolitan yang luar biasa. Namun, ketika saya melihat sekitar jalan
sepanjang kami city tor, tampaknya kota ini begitu sepi. Tak tampak keramain
penghuni kota itu. Tak nampak interaksi antarwarga. Ada beberapa orang yang
tampak, mereka berjalan dalam ketergesaan dan kesendirian. Saya melihat kota
ini begitu individualis. Manusia yang tinggal di dalamnya berada pada bangunan
megah dengan fasiltas mewah dan pendingin ruangan. Mungkin mereka enggan ke
luar karena suhu di luar begitu ekstrim. Dubai memenag menawan, tetapi saya
tetap mencintai Indonesia yang semerawut dan hiruk pikuk. Ketika teman saya,
Lucia Dwi Astuti, bertanya: Teh, mau gak tinggal di Dubai? Tanpa
pikir panjang saya menjawab: nggak!
(Ch. Enung Martina)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar