PADUA,
dikenal sebagai Padova di Italia.
Padua merupakan kota tertua di Italia Utara. Kota ini diyakini berdiri
pada abad ke-12 SM oleh penguasa Trojan
(Troya-Yunani). Padua sudah pasti sarat dengan sejarah yang
membentuknya. Sebagai kota tertua, tentunya Padua
kaya akan kisah dan peninggalan sejarah, di antaranya Galileo Galilei yang
pernah menjadi dosen di Universitas Padua yang berusia hampir 800 tahun; ahli
sejarah Livy yang lahir di kota tersebut; serta Santo Antonius, seorang pastor
dari ordo Fransiskan yang terkenal akan kotbah-kotbahnya yang kuat. Basilica
di Sant'Antonio (tempat istirahat dari St.
Anthonius) merupakan salah satu situs
sejarah terkenal dan tertua di Eropa
(1222). Selain itu ada juga Kapel Scrovegni yang dibangun pada abad ke-13.
Untuk masa sekarang Padua merupakan salah satu comune di wilayah
Veneto, Italia
Utara, tepatnya timur laut. Kota ini dialiri dua sungai besar yaitu Sungai Bacchiglione dan Sungai Brenta. Memang, kota ini masih
kalah populer dengan Venezia, yang berada tidak jauh dari Padova (lebih kurang
40 Km). Tapi soal potensi wisata, Padova tak kalah memesonanya. Bagi penggemar
sepak bola Calcio San Paolo Padova
merupakan klub sepak bola dari kota Padua. Pemain terkenal dari Padua adalah Francesco
Toldo , yang lahir di sini, dan Alessandro Del Piero , yang
memulai karir profesionalnya di Calcio Padova .
Kami mengunjungi kota ini pada hari ke-7, tepatnya
hari Minggu, tanggal 21 Juni 2015. Kami tiba di Padua disambut dengan hangatnya
matahari bulan Juni. Kami bermakssud untuk mengikuti perayaan ekaristi di
Basilica St. Antonio Padova.
Apa hubungannya Kota Padua dengan napak tilas Santa
angela? Rupanya Santa Angela semasa hidupnya juga pernah pergi mengunjungi kota
ini, tentunya untuk berdoa di Basilika Santo Antonius Padua yang terkenal itu.
Seperti kita ketahui bahwa Angela itu seorang anggota Fransiscan ordo ke-3.
Sudah pasti tempat itu merupakan tempat yang penting bagi Angela. Mari kita mengenal sedikit wisata rohani di kota ini!
Basilika
Santo Antonius Padua
Pada masa Santo
Antonius, di tempat ini awalnya berdiri sebuah gereja kecil bernama Santa Maria
Mater Domini, yang pada akhirnya disatukan ke dalam bangunan Basilika. Bagian
bekas gereja kecil ini sekarang bernama Chapel of the Black Madonna.
Basilika
ini memiliki altar yang dihiasi pahatan dan relief
bergaya rennaisance karya seniman master Donatello. Di dalamnya
terdapat tempat penyimpanan relikwi dari Santo Antonius dan beberapa santo
lainnya. Setidaknya lima juta peziarah dari berbagai penjuru dunia mengunjungi
gereja ini setiap tahunnya.
Pembangunannya
dimulai pada tahun 1232, tepat satu tahun setelah Santo Antonius wafat, dan
rampung pada tahun 1301 setelah melalui beberapa tahapan renovasi di atas tiga
konstruksi. Basilika yang ada saat ini merupakan
bangunan yang berdiri di atas 3 konstruksi sebelumnya dalam kurun waktu 70
tahun, mulia tahun 1238-1310.
Di dalam Gereja terdapat 3 tempat yang menyimpan relikwi dari
Santo Antonius dan Santo-santo yang lainnya. Yang menjadi bagian paling penting
adalah tempat yang menyimpan relikwi lidah dari St. Antonius sendiri yang masih
utuh sampai saat ini.
Makam dari St. Antonius yang disebut sebagai tabut dari
awalnya, berada di altar dari kapel yang bernama Chapel of the tomb of St. Anthony. Pada awalnya jenazah St.
Antonius berada di Kapel St. Maria Mater Domini (yang sekarang disebut Chapel of the Black Madonna) mulai dari
tahun 1231 sampai 1263. Kemudian dari tahun 1263 sampai 1310 jenazahnya berada
di bagian tengah Basilika di bawah altar utama. Lalu sampai akhirnya mulai dari
tahun 1350 – sekarang dipindahkan ke dalam kapel yang sekarang ini disebut
sebagai Chapel of the tomb of St. Anthony.
Kami mengikuti perayaan ekaristi di sini dari pukul 11.00
sampai pukul 11.45. pada hari Minggu setiap jam di basilika ini diselenggarakan
ekaristi kudus. Misa diselenggarakan dalam bahasa Italia. Namun, keuntungan
dari Gereja Katolik adalah tata cara liturgi yang sama di seluruh dunia,
sehingga meskipun bahasa pengantar menjadi kendala, kami tetap bisa mengikuti
perayaan itu dengan baik. Selama kami mengikuti ekaristi, pengunjung yang
keluar dan amsuk untuk berdoa di dekat makam Santo antonius tak henti mengalir.
Mereka berjalan dengan tenang, tanpa menganggu perayaan ekaristi yang sedang
berlangsung.
Sepanjang mengikuti perayaan ekaristi di basilika ini, saya
merasakan bahwa gereja kuno ini auranya memang lain. Tatkala berdoa itu rasanya
berbeda. Karena saya sedang belajar meditasi, saat berdoa saya berusaha
menerapkan metode meditasi tersebut. Berdoa di basilika ini ketika saya
memadukan cara ini, aliran energi yang saya rasakan adalah hangat di dalam
tubuh, tetapi hawa di sekitar saya dingin, serjuk menyegarkan.
Usai perayaan misa, giliran
kami untuk mengantri mendekati makam tersebut. Antrian berjalan perlahan
dalam tenang. Beberapa orang meletakkan foto dan kertas ujud doa di altar dekat
makam tersebut. Kami tidak tahu hal itu, jadi kami tak menyiapkan hal seperti
itu. Saat sedang mengantri, kami
berpapasan dengan rombongan lain dari berbagai bangsa. Ketika saya melihat kiri
dan kanan, tiba-tiba ada seorang perempuan Asia tersenyum kepada saya seolah
sudah mengenal saya. Saya pun membalas senyumnya. Dia lantas menyapa saya
denagn bahasa yang saya tak mengenalinya. Namun, ketika saya simak rupanya itu
bahasa Thailand. Perempuan itu menyangka saya orang Thailand juga. Saya jawab
dalam bahasa Inggris bahwa saya dari Indonesia. Namun, rupanya ia kurang
memahami bahasa Inggris. Jadi kami hanya saling melempar seyum persahabatan
saja.
Kisah Santo Antonius Padua
St. Antonius lahir di Lisbon pada tahun 1195 dari sebuah
keluarga bangsawan yang kaya dan terhormat. Orang tuanya mengirim dia studi
untuk berharap suatu hari kelak anaknya akan menjadi seorang magister atau
uskup. Ia kecewa dengan rencana orangtuanya yang sangat ambisius agar kelak
anaknya menjadi orang terkenal. Antonius kecil yang menerima nama baptis Ferdinand, sangat
rajin berdoa. Sebuah lukisan yang
melegenda menceritakan kepada kita kekuatan yang dimilikinya karena doanya :
suatu hari sementara dia sedang berdoa di Katedral Lisbon, dia mengusir setan
dengan membuat tanda salib di atas lantai.
Pada usia 11
tahun kedua orangtuanya meninggal dunia sehingga Fernando menjadi yatim piatu.
Ia diasuh oleh pamannya yang sangat memanjakannya. Ketika usianya
mencapai 13 tahun, setelah doa yang panjang dan refleksi yang sangat serius, ia
memutuskan untuk masuk biara. Pada usia 15 tahun, Fernando merasa terpanggil untuk menjadi seorang imam.
Meskipun pamannya menentang dengan keras keinginannya, toh pada akhirnya
Fernando diijinkan juga masuk biara. Dia meninggalkan
istananya yang kaya dan pergi ke biara Santo Vincent. Di dalam ordo ini
Antonius mendapatkan pendidikan intelektual yang sangat baik sehingga dia
menjadi salah seorang religius yang sangat pandai di daratan Eropa pada permulaan
abad ke 13. Namun kehidupan di dalam biara di situ tidak mendukung kehidupan
Antonius. Maka dengan ijin superiornya, dia meninggalkan biara tersebut dan
menuju ke biara St. Agustinus yang penuh kedamaian di Coimbra, Portugal. Di
situ dia melanjutkan studinya dengan intensif sampai berumur 25 tahun dan pada
saat itu dia telah ditahbiskan menjadi imam. Sembilan tahun di Universitas Coimbra, Fernando belajar dengan tekun. Ia
menjalin persahabatan dengan para pengikut St. Fransiskus dari Asisi.
Kemudian Fernando memutuskan untuk bergabung dengan
Ordo Fransiskus Asisi (OFM = Ordo Saudara-saudara Dina) dengan tujuan agar
dapat segera ditugaskan ke Maroko, supaya ia pun juga dapat menjadi saksi
sekaligus martir Kristus seperti para martir yang lain. Fernando diterima di
Ordo Fransiskus dengan nama Antonius. Sayang sekali, begitu tiba di Maroko,
Antonius jatuh sakit sehingga terpaksa pulang kembali.
Sembilan tahun lamanya Antonius berkhotbah,
mempertobatkan banyak orang dan melakukan banyak mukjizat di Perancis, Sisilia
serta Italia. Ia seorang pengkhotbah yang ulung. Kemana pun ia pergi orang
banyak datang berduyun-duyun untuk mendengarkan khotbahnya. Menurut legenda,
bahkan ikan-ikan di danau pun bermunculan keluar untuk mendengarkan khotbahnya.
Antonius
begitu bersemangat dalam mewartakan Injil, sehingga ia sering lupa makan dan
kurang istirahat. Karena itu ia jatuh sakit dan meninggal dunia di Arcella,
dekat Padua, pada tanggal 13 Juni 1231, dalam usia 36 tahun. Setahun kemudian,
ia dimaklumkan sebagai santo oleh Paus Gregorius IX. Pesta St. Antonius
dirayakan tanggal 13 Juni.
Kita mengenal beliau sebagai santo yang dimintai
doanya bila ada barang yang hilang. Mengapa bisa begitu? Nah, ini kisah
dibaliknya! Santo Antonius diangkat menjadi santo pelindung barang-barang yang
hilang atau pun dicuri karena pengalaman hidupnya. St. Antonius mempunyai
sebuah buku Mazmur yang sangat berarti baginya. Dalam buku Mazmurnya itulah ia
mencoretkan catatan-catatan atau komentar-komentar yang dipergunakannya untuk
mengajar murid-muridnya di Ordo Fransiskus. Seorang novis (yaitu seorang
biarawan yang sedang menjalani masa percobaan) mulai bosan dengan kehidupan
religius biara, karenanya ia memutuskan untuk melarikan diri. Ia pergi dengan
membawa serta buku Mazmur St. Antonius! Ketika St. Antonius menyadari bahwa
bukunya telah hilang, ia menjadi sangat sedih. St. Antonius berdoa dengan
sangat agar buku Mazmurnya segera diketemukan atau dikembalikan kepadanya.
Tuhan menjawab doa St. Antonius. Novis yang telah mencuri bukunya itu merasa
tidak tenang jiwanya, sehingga akhirnya ia mengembalikan buku Mazmur itu kepada
St. Antonius. St. Antonius memaafkan segala perbuatannya. Novis itu bahkan
diterima kembali di biara. Begitu ceritanya!
Prato della Valle
Saat
kami akan menuju Basilika Santo antonius Padua, kami diajak melewati sebuah
taman berumput hijau yang luas. Rupanya nama taman itu adalah Prato della Valle
(“padang rumput dari pebukitan). Prato della
Valle memiliki luas 90 ribu meter persegi, berbentuk lingkaran elips dan
termasuk salah satu taman terluas di Eropa dan terluas di Italia.
Taman ini dikelilingi parit yang dialiri air sehingga
mengesankan sebagai sebuah pulau di tengah laut. Ada empat jembatan sebagai
penghubung taman dengan jalan utama. Mulai
dibangun pada tahun 1636 dengan didanai oleh sekelompok bangsawan asal Venezia
dan Veneto, awalnya tempat ini dibuat sebagai tempat pertarungan antar
penunggang kuda. Sementara di sekelilingnya berdiri megah puluhan patung.
Salah satunya adalah patung Andrea Memmo, dianggap sebagai pendiri kota Padua.
Saat kami lewat di taman itu, banyak sekali orang sedang
berekreasi, keluarga, muda-mudi berpasangan, dan orang-orang tua. Mereka asyik
menikmati hangatnya udara musim panas di tengah hamparan rumput hijau yang
diselingi pohon-pohon. Keindahan taman itu yang menimbulkan suasana romantis
sehingga banyak digunakan untuk mengambil foto preweding.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar