Perjalanan kami sesudah berkunjung
dari Basilika Santo Antonius Padua adalah menuju tempat yang terkenal, yaitu
kota air, Venesia.
Kota yang dikenal dengan sebutan Kota Kanal ini memiliki daya
tarik tersendiri karena karena jalur transportasinya kebanyakan terdiri atas
kanal-kanal alih-alih jalanan beton atau aspal. Oleh karena itu, penduduk Venesia
menggunakan gondola sebagai alat transportasi mereka. Gondola adalah perahu
dayung tradisional dari Venesia yang berbentuk panjang dan bagian bawahnya
datar. Selain gondola, kota terapung ini juga memiliki vaporetto, semacam
perahu untuk memuat orang banyak.
Kota air nan
cantik ini memiliki sebutan "City of Mask" karena topeng khasnya.
Mengapa dengan topeng? Orang-orang Venesia memakai topeng saat diadakannya
karnaval tahunan di negara mereka. Karnaval ini dimulai dari 40 hari sebelum
hari paskah dan berakhir pada hari Rabu Abu. Para pengrajin topeng, yang
disebut mascherari memiliki tingkat sosial yang spesial di antara masyarakat.
Venesia (bahasa Italia: Venezia) adalah ibu
kota regione Veneto dan Provinsi
Venesia di Italia. Kota ini memiliki luas wilayah 412 km². Dahulunya pernah menjadi sebuah negara
tersendiri. Republik
Venesia (bahasa Italia: Repubblica di Venezia, bahasa
Venesia: Repùblica Vèneta atau Repùblica de Venesia) adalah
negara yang berpusat di daerah Venesia di Italia timur-laut.
Negara ini berdiri selama satu milenium, dari akhir abad ke-7 hingga tahun
1797. Negeri ini juga dikenal dengan julukan La Serenissima. Republik
Venesia pada masa kejayaannya adalah kekuatan maritim dan perdagangan utama di
wilayah Mediterania. Republik Venesia berdiri di kota ini dari abad
ke-9 hingga ke-18.
Kota yang terletak di bagian timur laut Italia ini langsung
mengingatkan kita pada sebuah nama, Marco Polo. Nama pedagang asal Venesia yang
mengembara ke sejumlah negara Asia ini mudah diingat karena tercantum di
pelbagai buku sejarah yang diajarkan sejak sekolah dasar. Nama Marco Polo tak
bisa dipisahkan dari Venesia. Bahkan nama Marco Polo diabadikan sebagai nama
bandara di kota itu.
Venesia lebih dikenal sebagai kota wisata dan kota industri.
Peninggalan dari kemasyhuran kota dagang menjadikan Venesia sebagai salah satu
tempat wisata yang terkenal di tepi Laut Adriatik. Dengan julukan The Queen of
The Adriatic yang hingga kini masih melekat.
Beberapa tempat yang terkenal di Venesia selain Rialto Bridge
adalah Piazza San Marco, atau disebut juga St. Mark's Square, adalah taman
terkenal di Venesia. Tempat ini dibangun pada abad ke-9. Ada sebuah kanal kecil
di dekat tempat ini, namanya Rio Batario. Piazza San Marco dapat disebut
sebagai tempat yang paling terkenal di Venesia. Tempat ini selalu dipadati oleh
turis dan masyarakat setempat. Selain dipenuhi oleh manusia, tempat ini juga
dipenuhi oleh burung merpati.
Campanile
di San Marco atau mungkin dikenal sebagai menara lonceng St Marks telah
berdiri di bawah satu abad, atau lebih dari seribu tahun. Menara lonceng
ini masih asli dan runtuh pada tahun 1902. Struktur yang berdiri pada saat ini
telah diselesaikan pada tahun 1912 dan merupakan replika yang tepat dari
menara. Lima lonceng yang
digunakan untuk menyampaikan lima pesan yang berbeda dan masih dibunyikan saat
ini, tetapi hanya untuk mempertahankan tradisi dan bukan sebagai alat
komunikasi. Untuk mencapai atas gunakan lift dan akan melihat bagian atas untuk
serta melihat pemandangan isi kota yaitu melihat atap, air, pelabuhan,
pegunungan dan alun-alun semua dapat dilihat dari pandangan 360 derajat.
Venesia
dahulu merupakan wilayah terkaya di Eropa dan pernah berdiri sendiri sebagai
Republik sehingga tak heran memiliki banyak gereja indah.Beberapa wisata gereja
di Venesia antara lain :
Gereja St. Roch, nama St. Roch
dikenal sebagai santo yaitu pelindung orang sakit. Pengunjung dapat melihat
makam kaca di gereja di mana tubuhnya terbungkus. Banyak wisatawan berjalan-jalan di
jalur utama Venesia ini untuk mencari ketenangan sambil menikmati karya seni
yang luar biasa. Namun, saat kami berkunjung ke Venesia begitu banyak wisatawan
sehingga tak ada ketenangan itu.
Gereja
Basilica San Marco ini dibangun pada tahun 1084-1117 oleh arsitek Domenico
Contarini dengan gaya arsitektur campuran Gotik dan Byzantine. Pengaruh
Byzantine terlihat jelas pada kelima kubahnya yang menyerupai kubah masjid
bergaya Ottoman Turki. Gereja ini merupakan gereja terpenting di kota air
Venesia dan menyimpan relik jenazah St. Markus, salah satu dari ke-12 murid
Yesus. Pada abad ke-11, keindahan gereja ini membuatnya dikenal dengan
nick-name Chiesa del Oro atau “Gereja Emas”. Basilika ini merupakan gereja katedral
Katolik Roma Keuskupan Agung Venice, Italia utara. Didepan gereja Basilika
tersebut terdapat halaman yang begitu luas berbentuk kotak, dimana disetiap
pinggirnya juga terdapat banyak toko-toko yang berjualan termasuk juga ada
rumah makan dan kafe-kafe.
Gereja Santa Maria della Salute ini dibangun pada 1631-1681
oleh arsitek Baldassare Longhena, gereja bergaya Baroque ini didirikan sebagai
wujud syukur atas berakhirnya wabah yang melanda Venesia pada 1630 (“salute”
sendiri berarti kesehatan). Kubah raksasanya telah mewarnai panorama Venesia
dan terlihat jelas saat wisatawan memasuki Grand Canal, aliran sungai terbesar
di Venesia.
Gereja San Giorgio Maggiore adalah di sebuah gereja dekat di
Basilika St Mark, di seberang Lapangan Santo Markus. Gereja ini dirancang oleh
arsitek Italia terkenal Andrea Palladio. Selesai pada 1610, desain adalah
contoh klasik dari arsitektur Renaissance, dengan material marmer. Dibuat dua tingkat dan tinggi, dan berbentuk kolom
simetris. Di dalam ruangan, cahaya menelusup melalui jendela untuk menerangi
lengkungan tinggi. Bangunan itu dengan pengaturan sederhana dari ubin berwarna
putih dan terakota.
Gaya bangunan Gereja San Zaccaria mengusung transisi
campuran ghotik dan renaissance. Gereja tersebut mengisi ruang
bawah tanah selaras dengan sungai yang menjadi ikon Venesia. Salah satu pemimpin
lokal yang dikenal dengan Doge e mendirikan
gereja sejak abad ke-9. Belum sampai satu abad penuh, seorang arsitek melirik
gereja untuk direnovasi. Tak lama kemudian, Doge e meninggal dan dimakamkan di ruang bawah tanah. Lahan
pemakaman sang pendiri gereja ditata rapih sesuai karakter.
Biasanya sebagian ruang bawah tanah di Venesia menjadi tempat
pembuangan air sungai. Berbeda dengan sekitar gereja malah dibuat ruang doa
bagi umatnya. Daripada menghancurkan pemakaman asli, sang arsitek membuat taman
pemakaman cantik di bawah tanah dengan hiasan kolam segar. Namun, pemakaman
tersebut belum banyak terekspose. Pengunjung hanya mengincar segi arsitektur
gereja yang unik dan elegan (dikutip Atlas
Obscura, Selasa (23/9/2014).
Di Venesia ada sebuah gereja yang diubah
menjadi mesjid. Karena itu saya mencari beberapa sumber kebenarannya. Ini
hasilnya:
Sebuah
Gereja Katolik di kawasan Cannaregio, Santa Maria della Misericordia, Venesia
akan difungsikan sebagai Masjid. Bangunan ini disulap hingga dinding ruangannya
berhiaskan huruf arab, lantainya ditutupi sajadah yang menghadap ke kiblat
serta tidak menghilangkan identias mosaik salib yang berada di balik mihrab. Adapun
hasil karya seniman Swiss-Islandia Christoph Buchel ini merupakan bagian dari
Venice Bienalle yang akan dijadikan paviliun nasional selama Bienalle. Buchel
sendri dikenal sebagai seorang seniman progresif yang kerap kali membuat karya
yang menyita perhatian publik lantaran kerap kali mengangkat tema yang memiliki
pro dan kontra.
Awalnya ia
cukup kesulitan memilih lokasi yang tepat untuk dijadikan masjid, hingga
akhirnya pilihan jatuh ke Gereja Katolik Santa Maria della Misericordia, yang
sudah tak digunakan selama lebih dari 40 tahun. Setelah menemukan tempat yang
cocok, masalah lainnya pun datang. Dalam pertemuannya bersama dengan tokoh
Venesia, polisi dan pejabat Bienalle, Buchel
diingatkan untuk tidak mengubah eksterior gereja termasuk di antaranya tidak
diperbolehkan memasang lafadz 'Allahu Akbar' di pintu masuk.
Bahkan pada
bulan April kemarin, proyek ini terancam gagal setelah pemimpin tokoh Venesia
mengirim surat ke Pusat Seni Islandia dengan peringatan bahwa ini bisa menjadi
ancaman keamanan. Terutama setelah mereka mengaitkannya dengan isu-isu
kekerasan di dunia internasional. Para pejabat Bienalle juga memberi jarak
dengan proyek tersebut. Namun begitu, Buchel dan kurator seni Nina Magnúsdóttir
tak menyerah.
Setelah
mereka berkonsultasi dengan pengacara, mereka memutuskan untuk terus membangun
proyek tersebut. Hingga pada hari Rabu (06/5/2015) kemarin, proyek ini nyaris
rampung. Buchel berharap ini bisa menjadi simbol toleransi ditengah krisis
Islamophobia di Eropa.
Dua hari
sebelum peresmian, diharapkan masjid ini sudah bisa digunakan untuk Shalat
Jumat. Hamad Mahamed, seorang imam lokal juga sudah datang dan memimpin doa di
masjid tersebut.
"Tidak
masalah jika masjid berada di Gereja Katolik, ini juga bisa menunjukan
bagaimana sebenarnya Islam, tidak seperti yang mereka kerap lihat di
media," tandasnya.
Bagaimanapun,
ini merupakan langkah berani di tengah meningkatkan islamophobia di Eropa.
Pemimpin muslim di Venesia mengatakan, bahwa ini merupakan media yang tepat
untuk mengkampanyekan hal yang sebenarnya tentang Islam. Terutama untuk
mengimbangi isu yang sangat kuat mengenai pandangan barat soal islam dan
kekerasan.
"Kadang-kadang
anda harus memperlihatkan diri untuk menunjukkan bahwa anda cinta perdamaian
dan menunjukkan diri untuk memperlihatkan bagaimana budaya anda pada
orang-orang," jelas Mohamed Amin Al Ahdab, Presiden Komunitas Muslim
Venesia, kepada New York Times, Kamis (07/5/2015).
Keberadaan
masjid ini akan melengkapi masjid agung di Marghera yang selama ini dijadikan
sebagai pusat komunitas Islam di Venesia. Umat Islam di Venesia sendiri sudah
sejak lama memimpikan adanya masjid yang berada di pusat kota Venesia.
(jogya.tribunnews.com)
Venesia memang kota yang diimpikan orang untuk
dikunjungi. Saya orang yang tidak terlalu suka keramaian. Karena itu ketika
saya datang di Venesia, saya merasa kurang nyaman karena padatnya pengunjung. Di
sini begitu banyak kafe dan toko-toko merek terkenal. Di beberapa tempat bisa ditemui kafe
24 jam, jadi tak perlu takut kelaparan. Mau minuman beralkohol, kopi panas, sampai minuman teh tersedia di sudut-sudut
kota. Demikian pula makanan dari pasta hingga pizza semua ada di sini. Pesan
saya adalah berhati-hati ketika memesan makanan di kafe atau restaurant karena
kebanyakan hanya menggunakan bahasa Italia. Terutama ketika kita memesan pasta
dengan saus sea food. Mengapa begitu? Karena kelompok kami mempunyai pengalaman
seru dan kecut dalam hal ini. Di daftar menu tertulis 13 Euro, tetapi ketika
bayar harus bayar 32 Euro. Ketika ditanya alasannya karena tergantung pada
timbangan lobster yang dipesan. Begitu katanya!
Namun, di atas semua pengalaman yang
kami alami, saya sungguh bersyukur atas kesempatan yang Tuhan berikan sehingga
saya sampai di tempat yang luar biasa ini.
(Ch. Enung Martina)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar